Mulai gila.

12 0 0
                                    

Aku berjalan terus ke arahmu, melintasi kerumunan orang dengan kesibukan yang mereka cintai. Aku melewati mereka tanpa tahu mereka sedang bekerja dan bergerak. Mereka menarikku, meneriakiku sebagai orang gila. Aku jawab mereka yang gila, karena saat berjalan ke arahmu, aku tidak melihat mereka. Cinta membutakanku. Mereka melihatku hanya karena mereka tidak cinta dengan pekerjaan mereka, sehingga tatapan mereka mudah terpalingkan.

Kepalaku ditetuk oleh banyak tangan, tanda mereka sedang memeriksa kewarasanku. Mereka menganggapku gila, mengapa harus berletih hati mengejar yang tak ingin menepi. Aku menjawab, karena hanya kamulah cinta itu. Aku tidak menangkap ikan-ikan yang berlalu lalang, karena aku sedang menyelam kedalam laut yang gelap untuk meraih permata.

Mereka menganggapku gila, mencintai orang yang sama sekali belum tentu mencintai kembali. Akupun menjawab, karena disitulah letak cinta. Aku tidak mengenal ukuran cinta, sebab aku mencintaimu tanpa ukuran. Aku mencintaimu tanpa kadar, semua rasa ini total untukmu.

Orang lain meneriakiku gila, sebagai manusia hina yang berani menembus tadqir langit. Aku menjawab, bahwa taqdir langit yang tak dapat dicegah hanyalah kematian. Selama aku belum mati, selama itulah aku bebas mencintaimu, sampai kapanpun, kendati dirimu bersua bersama dekapan orang lain. Aku tidak peduli.

Orang lain menganggapku gila, tidak membuka hati untuk kesempatan yang tak datang dua kali. Aku menjawab, aku tak akan membuka hati ini, meski untuk bangsawan berdarah biru, bergaun emas, dan berparas indah. Aku tidak dapat membuka hatiku, sebab kuncinya ada pada genggamanmu, bidadari ciptaaan Tuhan yang sedang kukejar sungguh-sungguh.

Semakin kutegaskan rasaku, semakin gila diriku dipandang Dunia. Aku tidak peduli. Nafasku masih berhembus, urat nadiku belum terputus. Biar kuajarkan kamu bagaimana cara mencintai. Langkahmu terus melaju, dan kepadamulah tatapanku tertuju. Lari saja sekuat tenaga, sebab dunia ini terlalu sempit untuk menampung luasnya rasaku. Berlarilah, aku masih ada di belakangmu.

Apakah kamu pun memandangku gila? Atau mungkin kita sama-sama gila? Semoga hanya aku. Biarkan kau dipandang normal karena mengabaikan rasaku. Sepertinya kasta yang selama ini merenggangkan jarak kita.

Sesak (senandika cinta).Where stories live. Discover now