Awal

57 8 2
                                    

Kenapa sangat sulit mengendalikan perasaan?

~~•Δ•~~

Aku sedang bersiap siap di depan rumah, menunggu sepupuku Reza, untuk berangkat sekolah bersama.

Hari ini aku memintanya agar datang lebih awal ke sekolah, karena aku ingin berlatih lagi, agar tidak terlalu gugup saat lombat nanti.
Saat ini di sekolahku sedang di adakan lomba membaca puisi. Ya,aku adalah salah satu pesertanya dan aku adalah perwakilan dari kelasku, X Ipa 2.

Aku sangat suka membaca puisi, dan guru perwalian kami juga sengaja menunjukku karena katanya suaraku memiliki intonasi yang tegas, bukan katanya sih, tapi Faktanya.

~~•Δ•~~

Saat ini semua siswa dan siswi yang mengikuti lomba puisi sudah berkumpul di Aula sekolah.

Dan tadi kami sudah di berikan nomor urut tampil, dan aku adalah peserta ke enam.
Huftt, setidaknya bukan yang pertama kan?

Aku merasa takjub saat menyaksikan penampilan dari beberapa peserta lain. Wow mereka sangat hebat dalam berekspresi, sedangkan aku? hanya bermodalkan suara dengan intonasi tegas.
Aku sering di juluki Singa lapar oleh teman teman cowokku.
Karena muka aku katanya sihh, sangar.

Oh ya, aku ingat saat beberapa bulan lalu, saat kita belum menjadi siswa siswi sah di SMA ini, saat kita masih menyandang status Casis.

Aku sangat ingat, kejadian kejadian dimana aku tidak memiliki kenalan saat itu, kemana mana selalu sendiri, bahkan aku tidak terlalu akrab dengan teman temanku yang dari SMP.
Cuma ada beberapa sih, dua atau tiga mungkin.

Oke, sekarang aku sadar yang sedang berpuisi sekarang adalah peserta yang ke empat, setelah itu yang kelima, dan lalu? yang keenam aku sendiri.

Saat peserta keempat mulai membaca judul puisinya, aku sangat sangat tidak percaya, karena judul puisi kami sama.
Awalnya aku pikir mungkin judulnya saja, tapi aku hafal betul puisiku, dan baris perbaris di baca oleh peserta itu, dan benar saja itu adalah puisiku.

Setelah semua peserta selesai tampil di depan, termasuk aku. Aku datang menghampiri dia, aku mau tau dia dapat puisinya darimana.

Iya sih, puisi itu bukan ciptaanku, aku ngambilnya di internet. Tapi masa iya, sekian banyaknya puisi, masa puisi kita bisa samaan.

Aku keluar dari aula, buat nyamperin dia, tadi sih aku liat dia lagi sama temennya, terus jalan ke belakang sekolah, aku nyusul dia ke belakang sekolah.
Saat aku liat dia sedang duduk sendirian, aku langsung nyamperin dia.

"Hey" Tegurku. Dia berdiri dan menghadapku.

"Ya,kenapa?" Tanyanya.

"Itu puisi kita kenapa bisa sama?" Tanyaku datar.

"Gatau, aku cuma di kasih sama ibu"
Balasnya santai.

Jujur saat itu aku pengen banget cakar mukanya, enak aja samain puisi.
Tapi aku mikir udahlah, masalah gitu juga gausah di panjang lebarkan.

Tanpa mengatakan sepatah kata pun, aku langsung pergi dari sana.
Perutku saat ini sudah sangat lapar, secepat mungkin aku berjalan ke kantin, sebelum pelajaran dimulai.

BAPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang