Yami –Hikaru (cahaya), tak sanggup berkedip ketika ingatan itu masuk ke dalam kepalanya. Jauh lebih cepat dibanding kesadarannya sendiri untuk mencerna semua itu. Seolah tak ingin mengulang kejadian yang sama, ia menatap gadis tu lekat, tak melepaskannya sedetik pun. Wajah yang masih menatap rumput itu, hanya tersenyum tipis dengan bibirnya.
Bibir Yami bergetar, “Apa yang terjadi setelah itu?”
Seolah tak peduli dengan reaksi pemuda itu, Mori terus berucap, “Saat peristiwa itu terjadi aku diculik dan hampir dijual oleh orang-orang jahat itu. Meskipun sangat sulit, aku berhasil melarikan diri ke hutan ini dan terus bersembunyi sampai sekarang.” tuturnya pelan.
“Huh, siapa juga yang peduli padaku. Tak ada yang menginginkan atau bahkan melihatku ada. Awalnya aku adalah boneka paman dan bibi yang bisa dibawa dan diperlakukan sesuka hati. Aku bersyukur bisa lepas dari semua itu.” tanpa sadar pandangan gadis itu telah menuju pada bulan keperakan, berkata seolah ia telah mendapatkan kebebasan sesungguhnya.
“Tentu saja sesekali aku pergi ke kota utuk membeli makanan. Dan asal kau tahu aku juga bekerja sebagai pesuruh untuk mendapatkan uang. Jadi jangan kau berpikir kalau aku mencuri, ya.. hahaha...”
“Kenapa kau tetap di hutan ini?” Yami terus saja membanjiri gadis itu dengan pertanyaan. Mori menoleh cepat masih sambil tertawa. “Aku hanya tidak punya tempat untuk...”. Ucapan gadis itu terhenti ketika melihat tetesan bening mengalir dari balik kaca mata bening Yami.
Matanya memancarkan sesuatu yang tak bisa dijelaskan. Ada amarah sekaligus kesedihan di sana. “Kau sama sekali belum menjawab pertanyaanku."
Mori menurunkan senyum palsunya. Lalu mengela napas panjang sebelum lanjut berbicara, “Aku... takut pada orang-orang.” suaranya terdengar lemah.
.
.
.
.
Entah bagaimana rasanya hidup dengan memiliki segala sesuatu. Tidak. Aku tidak memerlukan semua itu. Aku selalu bertanya apa yang sebenarnya kuinginkan jika saja aku punya hak untuk meminta.Kurasa aku sudah menemukan jawabannya.
Bertahun-tahun lamanya sendirian di dalam hutan yang dingin membuatku sadar apa yang sebenarnya menjadi keinginan terbesarku.
Aku hanya ingin ditemani.
Aku hanya ingin ada seseorang di sampingku.
Awalnya kupikir itu hal yang mustahil kudapatkan. Tapi sekarang, aku telah mengeluarkan semua yang menjadi bebanku. Ada seseorang yang dengan kebaikan hatinya mendengarkan semua kenyataan pahitku. Dan aku yakin bahwa dialah satu-satunya orang yang dengan kelembutan hatinya menerimaku, ia bahkan menenangkanku ketika aku ingin menangis.
Sungguh, aku ingin bisa terus bersamanya.
Mungkin ini adalah keinginan keduaku dalam hidup. Aku tak memintanya untuk dikabulkan. Aku cukup tahu diri untuk tak mengungkapkannya.
Tapi, traumaku pada orang-orang itu benar adanya. Aku masih tak berani jika harus berhadapan dengan orang lain selain dirinya. Pekerjaan pun kulakukan dengan sebisa mungkin menghindari kontak langsung dengan penduduk sekitar.
Aku begitu takut hal yang sama terulang kembali.
.
.
.
.TBC...
Yume suka bgt adegan melow kek gini😭👌
Jgn lupa vote n comentnya gengs... Gratis loh,, srius
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Moon in the Lake
Short Story#Budayakan follow sebelum membaca:)# SUMMARY: Aku tidak tahu kapan semuanya dimulai. Tapi aku tahu, bahwa ia sudah tak ada di sini.