chapter 1 - A sea of blood

15 2 0
                                    

"Hormat ku, yang mulia." Athlaya berada diruang tengah istana. Ia berada diruang dimana tempat duduk kekuasaan Ratu Aresha berada. Athlaya membungkukkan badan nya seraya memberi hormat kepada sang Ratu.

"Berdirilah dengan tegak."

Athlaya langsung menegakkan badan nya. Seperti biasa, jika Athlaya mendapat panggilan untuk menghadap sang Ratu, maka akan ada tugas untuknya.

"Aku dapat memastikan hanya ada 2 tahanan yang tersisa, yaitu gadis yang berada di desa disebelah Barat, dan-"

"Saya mengerti" Ucapan Ratu Aresha dipotong oleh Athlaya. Ia benar-benar membenci kalimat itu.

Ratu Aresha menghembuskan nafas pelan, "Ini adalah tugasmu yang terakhir.. Aku ingin kau membawa tahanan terakhir yang berada didesa kecil yang berada ditengah desa Giru dan desa Giyan. Aku sudah memilih 2 pasukan inti yang akan bergabung bersamamu demi keberhasilan tugas ini."

"Tidak perlu, saya dapat menanganinya sendiri."

Ratu Aresha menggeleng pelan, "Dengarkan aku, aku yakin kau dapat membawa tahanan itu keluar dari desa dengan cepat, namun aku tidak yakin kau dapat membawa tahanan itu ke istana dengan mudah."

Athlaya diam, berusaha mencerna kata-kata Ratu Aresha.

"Dengar, aku dapat memastikan bahwa hanya ada dua tahanan yang tersisa, namun aku tidak dapat memastikkan bahwa tidak akan ada yang lain."

"Yang lain?"

"Dibuku yang umurnya sudah beribu-ribu tahun, terdapat kalimat yang mengatakan bahwa pernikahan antara manusia biasa dengan seorang tahanan akan memiliki keturunan seorang manusia yang hanya memiliki setengah kekuatan sihir. Ia disebut dengan darah campuran. Dan seorang darah campuran, akan berusaha mempertahankan seseorang yang mereka anggap sebagai tahanan murni terakhir."

"Jadi maksud anda, tugas ini akan lebih sulit karna saya akan menghadapi tahanan campuran itu?" Tanya Athlaya.

Ratu Aresha mengangguk, "Walau mereka hanya memiliki setengah kekuatan sihir, namun sihir adalah sesuatu yang tidak boleh diremehkan, Athlaya. Sihir itu berbahaya."

Athalaya diam, lalu mengangguk, "Saya akan memulai tugas ini sekarang juga."

Ratu Aresha tersenyum lembut, "Kembalilah dengan selamat."

Kalimat Ratu Aresha adalah kalimat terakhir yang Athlaya dengar sebelum meninggalkan ruangan. Ia berjalan menelusuri koridor, berniat keluar dari istana.

Seorang pria berambut cokelat pekat dengan pakaian khas istana sedang berdiri tepat di pintu masuk istana. Setelah ia melihat Athlaya, ia langsung membungkukkan badannya.

"Maaf karena saya sudah lancang menemui anda secara tiba-tiba. Saya Zavier dari pasukan inti yang ditugaskan Ratu Aresha untuk ikut serta dalam tugas ini."

"Tegakkan badanmu."

Zavier menegakkan badannya sesuai perintah Athlaya, "Katakan apa yang dapat kau lakukan dalam tugas ini."

"Saya akan membantu anda digaris depan untuk mengamankan tahanan."

Athlaya mengangguk pelan, "Lalu bagaimana dengan pasukan inti yang lain?"

"Setelah terjadi pembantaian didesa tersebut 1 bulan yang lalu oleh kelompok tanpa nama, pengamanan desa itu semakin diperketat. Ia sudah berada di desa bagian Barat untuk membaur dengan warga desa dan meyakinkan mereka untuk memperbolehkan kita masuk."

"Pastikan pedang yang kau bawa tidak tumpul. Kita akan menuju desa itu sekarang juga." Tegas Athlaya.

"Saya mengerti."
---
Setelah menempuh perjalanan selama beberapa jam dalam keheningan yang panjang, mereka berdua sudah sampai di desa Giru. Seharusnya beberapa menit lagi mereka akan dapat sampai ke desa tujuan.

THE GIRL MAGICAL OF LUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang