chapter 2 - Two man with sword

6 2 0
                                    

Luna tersenyum, "Aku tidak akan pergi kemana-mana.. aku akan ikut bersama mu."

Entah mengapa kata-kata Luna mampu membuat Athlaya merasa lega. Pria itu melepaskan tangan nya yang menahan Luna.

"Luna.. ada siapa diluar?" Seorang wanita paruh baya keluar dari rumah.

"Ibu.." Luna menghampiri wanita paruh baya tersebut dan memapah nya menuju kursi berwarna cokelat muda diteras rumah.

Setelah wanita paruh baya itu sudah duduk, Luna menyamakan tingginya, "Sudah waktunya Luna pergi, Bu"

Terlihat jelas genangan air mata mulai memenuhi matanya. Wanita paruh baya itu memeluk Luna dengan sangat erat, "Tidak ada yang dapat ibu lakukan.. berjanjilah bahwa kau akan menjaga dirimu, nak.."

"Aku pasti akan baik-baik saja." Luna menatap ke tiga pria dibelakang nya.

Athlaya sangat bingung. Ada banyak pertanyaan yang melintas dikepala nya.

Mengapa ia seakan sudah mempersiapkan semua ini? Kenapa ia tidak melawan?

Luna melepaskan pelukan nya dan berjalan menuju ke-tiga pria yang kini berada dihadapan nya, "Baiklah! tolong tunjukkan jalan menuju istana."

Athlaya sangat bingung dengan sikap gadis dihadapan nya.

"Apa yang kau rencanakan?" Kata-kata Athlaya terdengar sangat dingin. Luna menatap lekat mata amber milik Athlaya.

"Aku dengar bahwa keinginan setiap tahanan akan terpenuhi.." Ucap luna.

Zavier dan Erland saling bertatapan. Lalu kemudian mereka berdua menatap Athlaya seakan menunggu jawaban.

"Apapun akan dikabulkan kecuali membiarkan tahanan pergi." Jawab Athlaya.

Luna tersenyum sangat lega, "Aku memohon padamu agar selama diperjalanan menuju istana, jangan memperlalukan ku selayaknya seorang penjahat yang baru saja ditangkap!"

Luna mengambil nafas panjang, "Perlakukan aku selayaknya kita ber empat sedang melakukan perjalanan panjang yang menyenangkan. Dan, ada beberapa tempat yang ingin aku kunjungi.. apa bisa dipenuhi?"

Athlaya mengerutkan pelipisnya, Mata amber nya menatap mata berwarna perak milik Luna, "Aku bisa mengabulkan nya terkecuali tentang pergi ketempat yang kau inginkan."

Senyum Luna memudar, dia sedikit menunduk seakan sedang berfikir, beberapa saat kemudian ia kembali menatap Athlaya, "Baiklah.. tidak apa-apa jika memang tidak bisa."

Beberapa detik kemudian, terlihat jelas dari tempat Athlaya berada, segerombolan warga mulai berlarian tak tentu arah. Ekspresi mereka sangat ketakutan. Keadaan desa tak lagi setenang tadi.

Athlaya menajamkan matanya. Sorotan mata Athlaya terlihat sangat tidak senang. Mood nya mendadak memburuk. Dan aura menyeramkan yang disebarkan Athlaya kembali dirasakan Zavier. Perasaan merinding ini sama seperti pertarungan tadi.

"Tetap disini. Jaga tahanan dan pertahankan rumah ini."

Kata-kata Athlaya membuat Erland dan Zavier saling bertatap bingung. Luna diam tak berkutik, ia sangat cemas.

"Melihat kerusakan yang dialami desa, saya yakin mereka tidak sedikit. Kami bisa membantu.." Ucap Erland.

"Diam, dan patuhi perintahku."

Zavier dan Erland tersentak. aura seorang Athlaya saat ini benar-benar membuat merinding.

Athlaya meninggalkan tempatnya. Ia mulai berjalan menuju pusat kekacauan. Erland dan Zavier juga sudah bersiap. Mereka sudah meletakkan satu tangan mereka di gagang pedang seakan-akan siap menebas siapapun yang datang.

THE GIRL MAGICAL OF LUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang