[10] Bertemu

6 0 0
                                    

Saskia semakin kecil hati, merasa tidak seorang pun di sekolah yang tulus berteman dengannya. Baik itu Rengganis, Jagad, bahkan Lintang. Hari itu ia ingat betul, setelah Lintang mengatakan kebenarannya, Saskia langsung berdiri dan memandangnya tidak percaya. Kekecewaan jelas menusuk ke dalam hatinya. Walau belum kenal terlalu lama, tetapi dia sudah menganggap Lintang teman baiknya.

"Jagad.anak.pembantu.sama.sopir.gue."

"Kenapa lo tiba-tiba jadi omong kosong gini sih, Tang?" Saskia mengerutkan kening tak percaya setelah mendengar kata-kata Lintang. Setitik pikirannya pun tak pernah mennyangkut pautkan Jagad menjadi anak seorang pembantu dan sopir di rumah Lintang. Bukannya dia memandang rendah laki-laki itu, justru ia heran orang seperti Jagad yang selalu mendominasi ternyata punya latar belakang keluarga yang kurang beruntung.

"Tapi kata Rengganis waktu itu Jagad anak pembesar? Kenapa tiba-tiba jadi anak sopir sama pembantu? Gue gak mandang rendah dia, cuman gue gak nyangka aja Jagad dengan semua tempramennya bukan dari keluarga terpandang.

"Terus yang bebasin dia dari penjara waktu itu siapa?" tanya Saskia dengan tampang bingungnya.

"Bokap gue, Ray." Lintang tersenyum kecut mengingat kejadian hari itu. Namun semua sudah menjadi masa lalu, jadi tak perlu ia pikirkan lagi.

Helaan napas Saskia terdengar kasar, ia membuang wajahnya ke samping, menghindari tatapan Lintang. "Gue gak nyangka lo sama aja kayak Rengganis." Saskia berucap tanpa tedeng aling-aling. Sedangkan Lintang langsung merasa hatinya tertusuk belati, perkataan Saskia jelas langsung menepati sasarannya.

"Kalo gitu gue pulang dulu, Tang." Saskia berdiri dan menggendong tasnya lalu berjalan di depan Lintang. Namun gadis itu mendengar laki-laki di belakangnya mengikutinya.

"Stop di sana dan gue bisa pulang sendiri."

"Sayang, kamu ngelamun lagi?" Saskia segera tersadar setelah Oma Ami memergokinya kembali melamun. Gadis itu hanya menggeleng, menyangkalnya lagi lalu segera mengambil seragam sekolahnya di dalam lemari.

"Kamu sekolah hari ini?" Pertanyaan itu segera diangguki oleh Saskia. Kemudian oma kembali berbicara, "Tapi kamu demam, Saskia." Oma Ami buru-buru kembali mengecek suhu tubuh Saskia. Benar saja, keningnya masih sepanas tadi malam walau wajahnya sudah tak merah lagi.

"Pokoknya kamu gak boleh masuk sekolah. Oma bakal telepon wali kelas kamu." Wanita paruh baya itu akan pergi dari kamar Saskia, tetapi tiba-tiba tangannya ditahan.

Wajah Saskia benar-benar menyedihkan saat itu. Jurus jitunya untuk merayu sang oma tidak pernah gagal. Asal sang oma melihat tampang melasnya, dia pasti akan mendapatkan semua kemauannya.

"Oma...plis... Jagad hari ini bakal masuk sekolah. Aku udah lama banget gak ketemu dia," kata Saskia memohon pada omanya. Namun sang oma justru mendengus kasar, kesal setelah mendengar permintaan cucunya itu.

"Hm... Terserah kamu aja lah! Capek Oma denger Jagad, Jagad, Jagad terus. Pengang kuping Oma." Saskia bersorak gembira dan memeluk omanya erat-erat, kemudian segera berlari untuk mengganti pakaiannya sambil terus-menerus bernyanyi. Sedangkan Oma Ami hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sang cucu seperti itu.

Setelah siap dengan seragam dan tasnya, Saskia tiba-tiba mendengar suara mobil berhenti di depan gerbang rumahnya. Tali sepatunya belum selesai ia ikat, tetapi ia sudah mendongak dan dibuat terkejut oleh Lintang yang sedang berbicara dengan satpam rumahnya di depan gerbang. Saskia mau tidak mau segera berbalik dan berlari menuju pintu belakang. Mengendap-endap agar semua orang di rumah tidak tahu.

Saskia berhasil keluar dari rumah tanpa ada orang yang memergokinya. Sekarang ia sudah duduk di dalam taksi sembari menulis pesan untuk sopirnya. "Pak, jangan cariin aku, ya. Aku udah berangkat naik taksi. Jangan bilang oma, bapak ke mana dulu gitu, muter-muter biar dikira nganterin aku."

Jagad RayaWhere stories live. Discover now