~Jika Kamu ingin pergi, maka pergilah. Senangkan hatimu yang sedang dibanting kesana kemari itu. Tapi jangan lupa pulang dan menjadikanku sebagai rumahmu.🍃🌸~
(Author'sPoV)
Arafah berjalan menelusuri koridor sekolah tak bersemangat. Wajahnya begitu masam. Karena sepagi ini ia harus dikeluarkan dari kelas dan dianggap alfa karena mengabaikan tugas kimia dipertemuan lalu.
Ia mengabaikan semua yang ada disekitarnya,sehingga ia hampir saja terjatuh karena tak sengaja mengenai_. Ahh Arafah baru sadar ketika ia cukup lama memperhatikannya. kalau benda itu adalah kaki pria yang tengah berduduk santai di bangku lorong sekolah.
Betapa cerobohnya dia, saking kesalnya ia tidak sadar posisinya telah berada dilorong sekolah yang cukup sepi. Wajar karna saat ini adalah jam pelajaran jadi tidak ada siswa-siswi yang berkeliaran. Kecuali, dirinya dan pria yang tengah duduk dengan penampilan urakan, baju lusuh, rambut kusut dan pastinya tidak patut untuk dicontoh.Huft. Pemandangan yang semakin membuatnya buntu. Tapi tunggu!. Arafah yang merasa dirinya sedang diperhatikan,hanya bisa diam dengan perasaan kikuk.
"Emangnya ada yang salah dari penampilan gue? Perasaan semuanya ok. Kecuali kasut gue yang agak kendoran dikit." Arafah mulai panik. "Heran amat kalo cewek secantik gue harus punya kasut kedodoran. Gue kan nggak mikirin sampe kesitu."
Arafah memberanikan diri untuk menatap wajah pria itu. Namun ia seperti mendapati sesuatu darinya. Sepertinya, dia kenal dengan__
"Santai aja kali liatinnya." Ucapnya semakin meyakinkan Arafah. Bahwa ia penah bertemu dengannya.
"Lo__?" Tanya Arafah ragu.
"Iya ini gue,Dyas Devano. Lo inget kan?." Pria itu lebih dulu mengatakannya sebelum Arafah angkat bicara, seakan ia bisa menebak pikirannya." Kaget ya soal keberadaan gue disini?."
Arafah tersenyum menanggapi.
"Gue emang anak sekolah sini,gue klas akhir."lanjut pria itu.
"Kakak kelas gue dong?"
Dyas balas mengangguk .
"Kok gue nggak pernah liat ya?. Padahal udah dua tahun gue sekolah disini."
"Guru udah pada capek kali ngurusin gue. Makanya kasus kenakalan gue udah nggak sebuming dulu lagi."
"Gila Lo,kak. Trend dengan cara nakal."
"Biarin,Gue suka kebebasan. Makannya gue lebih suka bolos dari pada harus masuk dan dengerin penjelasan-penjelasan pelajaran yang bisa bikin gue puyeng. Tapi bukan berarti gue kudet ya soal sekolah."
Arafah melipat kedua tangannya didepan dada. Ia semakin tertarik dengan obralan pria yang baru ia temui kemarin sore.
"Gue tau nama Lo." Lanjut Dyas menatap Arafah enteng. "Reshalya Arafah,kan? Anak kelas 11 IPA 3. Dan, punya kedekatan sama Hanif."
"Hanif itu sahabat kecil gue. Hmm,, BTW.nice bisa ketemu sama Lo sebelum Lo lulus,kak."
Dyas memperhatikan sekitar Arafah. Batinnya bertanya, mengapa gadis itu keluar kelas disaat jam pelajaran berlangsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arafah
Teen FictionWaktu serta keadaan yang menjadikan kita merenggang,bersamaan dengan datangnya seseorang yang menurut kita akan membawa bahagia. Namun, Ternyata terungkap lewat suatu kejadian yang membuat kita yakin bahwa bersama adalah kunci untuk menjaga.