Empat Puluh Tujuh

117 34 2
                                    

Dua minggu setelah Alditya memutuskan Chayra. Tiba-tiba saja cowok itu datang ke rumah Chayra.

Pintu kamar Chayra diketuk oleh Namira. Ia sudah tahu Namira Mama nya akan mengatakan jika, Alditya datang. Sebab, suara motor Alditya sudah terdengar oleh Chayra. Chayra yang penasaran pun mengintip dari balik jendela.

"Sayang, ada yang nunggu kamu di depan."

Chayra yang sedang pura-pura asik di meja belajarnya langsung terhenyak. Menghentikan aktivitasnya. Dengan terpaksa, ia membuka pintu kamar.

"Siapa, Ma? Kak Alditya?" Namira mengangguk. Chayra berdecak pelan.

'Mau ngapain dia? Mau buat klarifikasi?'

"Chayra engga mau ketemu, Ma. Tolong bilangin ke Kak Alditya, kalau Chayra udah tidur."

Namira menghampiri anak tunggalnya itu. Membelai lembut rambut Chayra seraya berkata, "Kamu ada masalah, sayang?"

Chayra mengeleng. Ia tidak mau Mamanya pusing memikirkan permasalahannya.

"Engga kok, Ma." Chayra melirik buku-buku yang berserakan di meja belajarnya.

"Benar? Kata Alditya, dia mau ngomong penting."

Chayra membelalak usai mendengar penuturan Namira. Chayra segera menghampiri Alditya diikuti oleh Namira. Pandangan mata Alditya langsung tertuju pada Chayra ketika melihat seseorang turun dari lantai dua. Chayra meneguk salivanya, lalu menyelipkan anak rambut ke belakang telinga. Ia pun berdehem.

"Ada apa, Kak?"

Alditya terdiam. Ia melirik pada Namira. Namira yang sadar pun berkata, "Tante buatin minum dulu, ya?"

Setelah Namira berlalu Chayra pun duduk dengan ragu dan bertanya sebab kedatangan Andrian.

"Ada apa, Kak?"

"Buku gua ada sama lu, ya?"

Chayra sedikit mengernyit. Mengingat-ingat, namun ia sama sekali tidak ingat.

"Buku yang mana, Kak?"

"Buku gua. Yang tulisannya Pengantar Ilmu Komunikasi. Kalau ga salah waktu itu ketinggalan di meja, pas gua ketemu sama lo." Alditya menatap manik mata Chayra.

"Bukunya ada sama lo, ga?"

Chayra terdiam berperang dengan rasa kesal sekaligus marah mengingat kejadian seminggu yang lalu. Maksud hati ingin melupakan Alditya, sekarang orang yang menyebabkan hatinya patah berada tepat dihadapannya. Chayra sebenarnya ingin memukul-mukul Alditya mengunakan batal yang berada tepat di samping tubuhnya. Karena tidak ada rasa bersalah sedikit pun dari cowok itu.

"Ra?" Alditya melambaikan-lambaikan tangan di depan wajah Chayra. Membuat Chayra tersadar dari lamunan.

"O-oh buku Kak yang itu. Kenapa gak bilang di chat aja, biar gua kirim pake ojek online. Kenapa harus datang ke rumah, Kak?" jawab Chayra ketus.

"Gua udah chat lo. Tapi gak bisa. Lo ngeblokir gua 'kan?" jawab Alditya enteng.

Jawaban Alditya membuat Chayra geram. Chayra pun langsung berdiri dan berkata, "Ya udah bentar gua ambilin."

'Dasar nyebelin...'

'Manusia ga tau diri!'

Umpatan-umpatan rasa kekecewaan tersebut terlontar ketika, Chayra sudah berada di dalam kamar. Chayra mengambil buku milik Alditya dan tidak lupa ia, memukul-mukul buku milik Alditya sebagai pelampiasannya.

Sehabis melampias 'kan rasa kesal pada buku milik Alditya. Namira dan Andrian sudah berdiri seakan sudah menunggu seseorang.

"Lho Ra, kamu kok ga ganti baju? Alditya bukannya ngajak kamu jalan?"

Story Of Chayra  [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang