Afterhours

80 14 38
                                    

20 April 2016.

Terhitung kurang dari sebulan lagi perusahaan tempatku bekerja akan berulang tahun tepatnya pada 18 Mei, kelak. Tak banyak aku berharap pada perusahaan yang baru saja berdiri dua tahun ini.

Semuanya akan lebih indah jika dilakukan secara sederhana dan bersahaja, mengingat mereka juga tak memiliki dukungan finansial yang kuat untuk menyelenggarakan pesta glamor dengan mengundang bintang tamu ataupun membuat acara dengan tajuk tertentu yang jelas-jelas akan merogoh palung kas perusahaan hingga yang terdalam.

Kaz, Sawanee, Ter, Bas, Mike, Phoom, Prin, Top, Chaya, dan beberapa orang lainnya hadir pada rapat yang akan mendiskusikan perayaan itu di ruang konferensi yang tinggal menunggu waktu untuk direnovasi.

"Aku mau Nui yang menjadi ketua pelaksananya," ucap Top yang saat itu duduk pada kursi putar favoritnya.

"Aku?" jawabku sambil mengerutkan dahi.

"Tidak salah lagi. Aku tau kemampuanmu. Lagipula, kau juga baru menyabet karyawan terbaik bulan ini bukan?"

Benar saja. Seketika rasa jumawa menguasaiku dengan berbagai kesombongan yang menyertainya. Aku adalah karyawan terbaik bulan ini. Hal buruk apa yang akan terjadi jika memegang acara sekelas ulang tahun perusahaan?

Dalam rapat perusahaan yang dihadiri oleh orang-orang yang penting dalam ruang pertemuan yang perlahan mulai memanas akibat pergolakan yang akan timbul karena aku akan ditunjuk sebagai ketua pelaksana.

Bagaimana jika mereka berpikir bahwa keputusan ini hanyalah akal-akalan Top saja untuk mengangkat citraku? Padahal tak sekalipun aku meminta pada Top untuk hal semacam ini.

"Kami akan memberikan kuasa penuh dalam tanganmu untuk melancarkan acara ini. Aku akan menyandingkanmu dengan Kaz sebagai wakil pelaksana," cetus Top.

Tapi tak apa. Aku dapat pasangan yang sebanding. Pria kepala tiga dengan otak yang bisa dikatakan paling kreatif sebagai motor pada jalannya divisi produksi. Ia bisa merangkap menjadi wakil sekaligus mentorku karena tahun lalu ialah yang menjadi ketuanya.

"Kau dengar? Kita berdua akan mencetak sejarah kali ini!" ucap Kaz dengan penuh semangat kepadaku.

Kalau bukan Top yang menjadi atasan perusahaan ini, sudah tidak mungkin aku menikmati segala kemudahan serta akses untuk menduduki bidang tertentu dalam acara-acara yang akan diselenggarakan kelak.

Namun seperti dugaanku, banyak sie yang berdebat tentang kemampuanku meng-handle acara. Nampak bahwa aku hanyalah sebuah kecenderungan keputusan Top yang mengutamakan "teman dekat".

"Bukannya aku meragukannya. Tapi apakah tidak lebih baik tetap Kaz yang menjadi ketuanya?"

"Regenerasi sangat dibutuhkan dalam tim, Bas. Kita tidak mungkin membiarkan bakat-bakat terpendam perusahaan ini layu dalam usahanya untuk mengembangkan diri. Dan ingat diskusi ini sepenuhnya dalam kendaliku."

"Tenang Bas. Ini bukan soal kualitas. Tapi berbagi pengalaman. Apa jadinya jika kita terus menerus membiarkan para superior mengambil langkah sementara para pemuda terus dibungkam suaranya dan layu?" ungkap Kaz dengan penuh keseriusan.

Pada kondisi itulah kita butuh brainstorming untuk mengeluarkan ide-ide kreatif yang ada di pikiran masing-masing peserta rapat. Dengan saling mengeksplor dan mendiskusikan ide masing-masing peserta rapat, maka kemungkinan besar akan ditemukan solusi untuk permasalahan yang ada.

"Berkaca pada tahun lalu, aku mengamati laporan keuangan yang membludak pada hal-hal yang tidak terlalu penting seperti hidangan yang terlalu mewah dan property."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

One Day, Another DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang