Prolog

677 227 120
                                    

Kalian percaya sebuah takdir? Apa arti takdir menurut kalian? Apakah hanya sebatas "pulang dan pergi" yang telah direncanakan oleh sang Maha Kuasa? Ataukah lebih berarti lagi daripada itu?

Beberapa dari kalian mungkin pernah merasakan. Bagaimana hangat mampu menenangkan setiap jiwa yang hampa, bagaimana kepuraan mampu membutakan segala fakta yang tak kasat, bagaimana hilang menjadi fase awal dari sebuah kehancuran. Atau yang lebih sering kita temukan, yakni pertemuan singkat yang berujung perpisahan yang mungkin tidak akan pernah kalian lupakan. Entah karena kenangan yang ada di dalamnya, atau karena luka yang tak sengaja ditinggalkan. 

Lantas dengan serba-serbi takdir yang dihadapi, apa kalian menikmatinya?

Seperti ku. Manusia naif yang sangat menikmati takdir yang entah harus disyukuri atau dihindari kehadirannya sejak awal.

Aku menikmati bagaimana takdir itu menuntut ku untuk senantiasa memaklumi cara kerja semesta.

Aku menikmati bagaimana takdir itu mengharuskan ku melepas apa yang seharusnya ku lepas. Sekalipun itu berarti nyawaku sendiri.

Jika hidup adalah sandiwara, maka menurutku bagian yang ku dapat merupakan part paling menyedihkan dalam skenario. Menyusuri tempat yang tak ku tahu dimana ujungnya. Membiarkan mimpi-mimpi itu berkelana mencari tujuannya masing-masing, walau bagian terburuknya, mereka takkan pernah sampai. Keputusasaan seakan memaksa ku untuk terus berjalan, mencari pintu keluar yang sebenarnya tak pernah ada. Hingga aku mulai berpikir, mungkin gelap sedang mengajariku untuk tak mencari cahaya lain.

Dengan perasaan nelangsa pada diri sendiri, aku terus menatap ke depan yang hanya ada gelap dan sunyi. Membawa segala kenang pedih yang akan terus menggerogoti ku entah sampai kapan. Namun lagi-lagi aku menikmatinya. Aku menikmati bagaimana detik demi detik itu berganti hingga tiba di hitungan terakhir.

Dan kini, akan ku ceritakan bagaimana caraku menikmati takdir. Terlebih tentang seseorang yang telah mengenalkan ku pada takdir itu sendiri. Bersama secangkir caffe latte dan bunga tabebuya sebagai ciri khas kami dahulu. Kurasa, cukup untuk ku bernostalgia tentang nya, laki-laki si pemuja takdir.

"Bertemu dengan mu merupakan sebuah takdir.

... berpisah dengan mu juga tak lepas dari skenario Tuhan. Aku mencintai mu, pergi maupun ... pulang."

________________________________________

P.S:
1. Alur ceritanya maju-mundur.
2. Sudut pandangnya kadang pakai orang pertama "aku". Kadang juga orang ketiga serba tahu.
3. Berdasarkan mimpi dan realita tokoh si " Aku" (Jadi ada beberapa plot yang menceritakan tentang mimpi/bunga tidur nya dia)
4. Ceritanya 100% hasil karangan ku sendiri, otomatis ini cerita fiksi yang gak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata. Pembaca dimohon untuk bijak.
5. Terus baca sampai akhir. Karena cerita ini aku karang dengan sedikit teka-teki yang gak akan pernah kalian duga kalau hanya baca sebagian.
6. Jangan lupa untuk terus berikan dukungannya dan juga komentar terbaik kalian di setiap episodenya.
7. Kalau cerita ini tidak sesuai genre kalian, dimohon untuk tidak menghujat/memberikan komentar negatif, dan dipersilakan meninggalkan lapak.

~~~selamat membaca^^~~~

IS NOTHING | NDR [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang