TIGA - Janji.

74 11 8
                                    


"Kau tidak ke minimarket lagi?"

Suara dari Gyeoul menyadarkan Hyungwon, yang sedang berbaring berusaha meluruskan tulang belakangnya di kamar jaga. Rasanya seluruh badan Hyungwon akan remuk. Banyak pasien yang harus ditanganinya selama seminggu ini. Ada beberapa kasus yang melibatkan penyelidikan polisi. Wajah Hyungwon harus diliput media karena ia bertugas sebagai dokter yang mengoperasi salah satu pejabat kepolisian negara yang ditembak oleh orang yang misterius. Harus berurusan dengan petugas penyidik, menghadapi media yang tiba-tiba tertarik dengan segala kehidupan pribadi Hyungwon, desakan pacarnya untuk tetap bertemu di tengah pekerjaannya dan Hyungwon yang harus lari dari pihak keluarganya yang secara mendadak mengundangnya di acara komisaris besar.

Seminggu belakangan ini adalah puncak kesibukan Hyungwon. Hyungwon hampir tidak pulang. Ia bahkan harus ke rumah Gyeoul untuk mandi karena rumah Gyeoul lebih dekat dengan rumah sakit. Sesekali ia pulang untuk mengambil baju dan melihat keadaan apartemennya. Untung saja masih ada Paman Kim yang sering membawakannya makanan dari Bibi Kim, mengurusi apartemennya. Penyelidikan masih tetap berlanjut – bahkan semakin memanas. Hyungwon diharuskan ikut ke persidangan sebagai saksi mata. Bahkan, salah satu acara televisi nasional mengundang Hyungwon di acara bedah kasus itu, namun Hyungwon menolaknya.

Hyungwon baru akan berusaha bangkit dari tempat tidur susun yang dikhususkan untuk dokter jaga ketika Gyeoul masuk ke ruang jaga dan melemparkan sesuatu di dekatnya. Dengan susah payah, Hyungwon menjulurkan tangannya dan meraih kantong plastik hitam yang tergeletak diatas lantai. Hyungwon menatap isi kantong plastik itu, heran. Mau tidak mau, ia bangkit dari posisinya lalu terduduk di tepi kasur.

"Seungmin mencarimu waktu aku ke sana."

Gyeoul membalikkan badannya, menatap Hyungwon yang kebingungan dengan bungkusan darinya. Junsu adalah nama pengelola mini market seberang jalan itu. Ia melipat tangannya di dada. "Siwoo juga mencari-carimu," ujar Gyeoul lagi.

Karena pengejaran media yang gila, Hyungwon tidak bisa leluasa kemana pun. Ia tidak bisa mengunjungi Siwoo dan memberikan lollipop setiap harinya, maka dari itu Hyungwon meminta Gyeoul untuk memberikan lollipop ke Siwoo. Karena kasihan dengan Hyungwon, maka Gyeoul memenuhi permintaan temannya. Lagipula, menurut Gyeoul, Siwoo bukanlah anak yang nakal.

"Katanya, Hyungwon ahjusshi terlihat menyeramkan di televisi." Gyeoul tertawa kecil mengingat ekspresi anak itu.

"Hei, kau sedang lowong?" Hyungwon akhirnya membuka suara.

Gyeoul menoleh sekilas lalu mengangguk. Ia tahu maksud Hyungwon bertanya seperti itu. "Pergi saja. Shift mu sudah habis."

Hyungwon bangkit berdiri, melepas jas dokternya. "Kau mau sesuatu?" tanyanya menawarkan.

"Tidak."

Gyeoul terdiam sesaat, lalu berjalan ke jendela di ruangan itu. Ia melihat kerumunan di pintu masuk rumah sakit yang dipenuhi dengan wartawan yang berkumpul. "Jangan pergi dulu," kata Gyeoul, menggoyangkan telunjuknya kearah Hyungwon untuk memperingati, lalu beranjak kembali ke kursinya.

Hyungwon menurut saja. Ia duduk di kursi yang terletak bersampingan dengan kursi Gyeoul. Desahan napas berat kembali terdengar saat Hyungwon menyandarkan punggungnya di kursi.

Saat tahu soal Siwoo, awalnya Gyeoul tidak percaya. Ia tahu betul watak Hyungwon – menghabiskan waktu bersama hampir bertahun-tahun di kampus dan kini dipertemukan di tempat kerja dan bidang yang sama membuatnya yakin dengan pola pikir temannya. Ketika Hyungwon menceritakan tentang pertemuan Hyungwon dengan Siwoo, Gyeoul merasa takdir sedang mempertemukan mereka. Semesta punya alasannya – yang Gyeoul jelas tidak tahu.

HOSPITAL SECTION ONE - Chae HyungwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang