Bukan Pangeran Kuda Impian

46 4 2
                                    

Matahari pamit berpulang. Isel menatap semburat jingga yang bertebaran di langit, dari jendela kamarnya. Menikmati indahnya senja sore. Menatap piringan matahari sebelum hilang dari cakrawala. Beberapa menit telah berlalu. Matahari telah terbenam sempurna, keadaan langit yang gelap tergantikan dengan gemilangnya bintang dan bulan.

Isella segera beranjak dari kamarnya untuk mengambil wudlu. Ia melihat papa dan adik laki-lakinya tengah bersiap menunaikan ibadah shalat bersama. " Tolong panggilan kan mama kak, untuk sholat berjamaah?". Perintah Bram, papa Isel. Ia melihat mamanya yang tengah sibuk di dapur, menyiapkan makan malam nanti.

"Mama lagi mens... Ya?". Tanyanya, usai mengambil wudlu. Isel berjalan menghampiri wanita paruh baya yang tengah memotong wortel.

Tya mendongakkan kepala dan menghentikan aksi memotongnya. "Iya". Jawabnya singkat lalu melanjutkan memotong wortel. "Cepat sana sholat! Udah ditungguin papa sama adik kamu tuh.". Tambahnya, lantas memasukkan wortel ke dalam panci yang berisi air mendidih.

Isel pun mengangguk dan berlalu menuju ruang sholat dan mengambil mukena. "Mama gak sholat kak?". Tanya Bram kepada Isella.

"Gak pah". Jawabnya sambil mengenakan mukena.

"Kok mama nggak sholat kak? Padahal mama nyuruh Sena sholat terus! Gak boleh bolong-bolong?". Cecar sang adik yang berada disampingnya.

"Ya karena kita para wanita istimewa." Jawabnya asal. Sebab tidak mungkin menjelaskan sekarang, nanti waktu sholatnya keburu abis. Toh percuma jika dijelaskan, adiknya tidak akan paham. Sena baru menginjak kelas 4 SD.

"Istimewa?". Tanya adiknya heran.

"Haduh...tanya mulu kayak Dora. Ayo pah dimulai sholatnya".

                                  🍊

"Isel...Isel!". Baru saja mau rebahin badan, Isel mendengar teriakan mama dari balik pintu kamarnya. Ia pun segera membukakan pintu itu.

"Ada mbak Lea tuh di depan. Katanya ada rapat ". Ucap Tya

Is pun menghela napasnya. "Iya... Isel siap-siap dulu". Jawab Isel

"Lo tuh ya sel...jarang banget ikut rapat! Ampe bisa dihitung dengan jari. Alasannya sibuk mulu". Gadis cantik yang terpaut usia 3 tahun lebih tua dari Isel itu menggerutu dengan wajah kesalnya. Yang diajak bicara malah menampilkan wajah tak berdosanya.

"Lagian ngapain sih mbak pakai dijemput segala". Jawaban Isel membuat Lea mendelik.

"Kalau gak gue jemput pasti lo nggak bakal dateng. Kita berdua itu sekertaris sel... Bantuin gue kek? Lagian Lo kenapa sih...Takut karena di sana ada suami Lo, Melvin?".

"Apaan sih mbk suami dari Hongkong... Lagian Siapa suruh jadiin aku sekertaris. Aku tuh ya mbak? Kalau gak dipaksa bokap buat ikut organisasi ini, mana mau aku! Mengurangi jatah rebahan malam Mingguku.". Cerocos Isel.

"Derita lo! Buruan naik, rapatnya udah mau dimulai. Kena semprot si ketua lagi nanti.". Ucap Lea yang sudah berada di atas motor. "Nih helmnya?". Lanjut Lea mengulurkan helm itu ke Isel yang berada di belakangnya.

Isel mengambil helm itu dan memakainya dengan malas. Motor itupun melaju, membelah jalan. Tempat basecamp anak Karang Taruna cukup terbilang jauh dari rumah Isel. Untuk itu Lea berinisiatif menjemput dengan motor. Karang Taruna adalah sebuah organisasi  kepemudaan. Wadah pengembangan bagi generasi muda agar tumbuh atas kesadaran dan memiliki tanggung jawab sosial. Dua gadis itu sama-sama saling terdiam. Tak ada sepatah kata yang keluar dari mulut keduanya. Mungkin mereka sedang menikmati dinginnya malam.

                                  🍊

Aula basecamp sudah dipenuhi oleh anggota Karang Taruna. Isel berjalan dengan santainya menuju aula itu. Berbeda dengan Lea yang berjalan dengan ketar-ketir. Mas Agung selaku sebagai ketua memberi pelototan kepada dua gadis yang baru datang itu.

ARIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang