Sudut Pandang : Mereka yang di Bully

27 3 2
                                    

Hai.

Aku mau nanya nih, ada nggak sih diantara kalian yang setipe dengan aku. Banyak orang yang suka curhat sama kalian, suka cerita apa aja, dan kalian enjoy banget dengan kondisi yang seperti itu.

Tipe yang lebih suka mendengarkan daripada bercerita. Cuma ketika kalian menemukan seseorang yang benar-benar satu klop dan cocok, kalian bakalan suka cerita sama dia.

Nah, aku tipe yang seperti itu.

Tapi ini adalah pribadi yang kubentuk karena sebuah trauma. menjadi sangat-sangat-sangat tertutup dan pemendam.

Ada salah satu trauma aku dimasa lalu, yang membuat aku berpikiran bahwa semua orang itu nggak sebaik yang aku pikir. Sejak dulu, aku adalah orang yang selalu berpositif thinking. Aku selalu memandang semua orang itu baik.

Aku termasuk sosok yang suka membantu orang lain. Aku suka banget ketika membantu mereka. Kesenangan ku sebatas disaat mereka senang. Ini yang menyebabkan aku seringkali memprioritaskan kebutuhan dan kebahagiaan orang lain daripada diri sendiri.

Dan hingga saatnya, apa yang aku lakukan membuat semua berputar. Aku merasakan bullying. Dan itu merupakan kasus terburuk seumur aku hidup hingga sekarang. Setiap orang memiliki kadar ketabahan dan kekuatan mental masing-masing bukan?

Namun sekuat-kuatnya aku, aku sangat rapuh saat itu. Menangis setiap hari? tidak mood makan? enggan kesekolah? kehilangan hasrat berteman? takut melihat orang baru? merasa semua orang membicarakanmu? bahkan lebih dari itu, sudah kurasakan.

Muncul banyak pertanyaan,

"mengapa mereka begini?"

"emang mereka sedendam apa sampai melakukan itu?"

"aku salah apa?"

"aku membuat mereka sakit atau kecewa?"

"kenapa mereka mudah menyimpulkan sesuatu sedangkan aku bahkan susah sekali menghilangkan ini semua?"

Sosok aku yang ceria, suka bercerita, suka berteman, semua itu berubah hanya karena satu kejadian. Membuatku sadar, betapa hebatnya perlakuan seseorang dapat mengubah kita. Mengubah apapun. Mood, sifat bahkan pandangan.

Aku bukan tipe pendendam, bahkan aku sangat mudah memaafkan seseorang. Namun mengapa kasus tersebut hingga saat ini masih hanyut membawaku? Sebelum tidur, aku sering memikirkan kejadian itu. kadang air mata menetes tanpa kusadari. Kadang aku kesal. Kadang aku terus bertanya,

"kenapa?" "kenapa?" dan "kenapa?"

Hal ini membuatku berpikir bahwa mungkin alasan kenapa emosi tersebut terus berputar padahal waktu sudah mengaburkannya pergi, adalah karena kita kecewa. Aku kecewa dengan mereka karena aku selalu melakukan yang terbaik untuk membuat mereka senang. Memprioritaskan pertolongan mereka, berusaha selalu ada disisi mereka. Meski mereka tidak menuntut aku harus begitu, salahku sendiri mengapa aku selalu haus akan kebahagiaan seseorang. Namun mengapa mereka semudah itu bersikap kepadaku?

Itu yang membuatku terus bertanya, mengapa mereka semudah itu menganggapku negatif tanpa harus memastikan. Bukankah selama ini aku selalu baik pada mereka? Aku selalu berusaha untuk mereka. Tidak bisakah mereka menjadikan kebaikanku sebagai pertimbangan mereka untuk menyimpulkan aku.

Lantaran sungguh tidak penting apa yang telah kulakukan dulu. Hal-hal positif tersebut tidak membuat mereka berpikir dua kali dalam menilai seseorang.

Sungguh lebih mudah berpikir,

"ohhh dia ternyata gitu ya. Nggak nyangka banget dia kayak gitu, parah sih, aku ogah ah temenan lagi"

Dibanding harus berpikir,

"ternyata dia kayak gitu ya, tapi dia sering bantuin aku loh, dia baik aja tuh nggak ngerugiin apa-apa ke aku. Masa iya dia kayak gitu? Salah kali, orang dia nggak jahat kok"

Kadang keraguan sangat penting dalam penilaian. Membuat kita bertanya-tanya, sehingga kita harus memastikan dengan melakukan perhatian mendalam pada seseorang, barulah kita berhak menyimpulkan.

Sungguh, aku sendiri selalu melakukan hal itu. berpikir berkali-kali ketika ada seorang teman yang menceritakan gosip orang lain.

"masa dia begitu? Yakin? Kamu nggak salah paham?" itu lebih baik ketimbang cepat menyimpulkan. Karena ketahuilah, memang mudah cepat menyimpulkan. Mudah dilakukan bagimu. Tapi sangat tidak mudah bagi yang "dinilai".

Jadilah orang yang berpikir lebih dari satu kali. Sebagai manusia tidak salah bahwa kita keliru menilai seseorang. Maka dari itu, sungguh penting memikirkannya dua kali. Dunia itu selalu berputar. Apa yang kita lakukan, adalah tabungan yang akan kita nikmati dimasa yang akan datang.

Tidak ada manusia yang jahat di muka bumi ini, kecuali dia tidak merasakan nikmatnya menghargai orang lain, mengerti pentingnya bersudut pandang,

"kalau aku jadi dia kira kira enak nggak ya?"

Dan selalu menyadari, kuasa Allah tidak pernah redup.

Semangat untuk kalian yang sedang merasakan tahap ini. memang sulit untuk mendengar kata "semangat!" karena kata-kata itu sudah tidak ada gunanya lagi bagi kita. tidak akan membantu apa-apa. namun yang aku ingin bilang, semua akan reda pada waktunya. jangan kamu balas. jangan kamu lakukan hal sama juga. kita sedang ada dibawah, menunggu bergilir ke atas.

jika kau menanyakan kabarku, orang yang pernah merasa bullying, meski sudah melewati bertahun-tahun, tetap aku katakan "aku tidak baik-baik saja".

andai otak bukan penyimpan memori terbaik, maka ingatan bisa mudah kita hilangkan.

apa yang sudah kau lakukan padaku, mudah memang bagimu, mungkin menyenangkan. tapi hal mudah itu mengubahku jauh berbeda dari sebelumnya.

kamu tidak peduli? ketahuilah, kita hidup di dunia, masing-masing memiliki tujuan yang jauh lebih istimewa, lebih spesial, lebih berguna daripada yang kamu lakukan sekarang. tidak malukah dirimu pada semesta yang sudah berharap banyak? Allah tidak tidur. Dan perasaan yang kami alami tidak pernah hilang.

Bagi kamu yang sedang bersedih sekarang, menangis lah. itu wajar. Jangan berhenti menjadi baik. Namun kamu jangan lagi memprioritaskan orang lain. jika kamu melakukan hal itu lagi, tandanya kamu jahat pada dirimu sendiri. jiwamu tertekan. dan kamu memilih membahagiakan mereka ketimbang membahagiakan ragamu?

Semua punya porsi bukan? terlalu baik itu bagus. Menjadi bodoh karena terlalu baik itu yang salah.



semangat, para pemilik hati malaikat.

-penulis-

Seruput Kepedihan Diujung cangkirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang