Hai.
Sudah lama aku tidak membahas sesuatu. Karena sesuatu yang dibahas tanpa hati akan hambar dan tidak mengena kepada yang membaca. Maka, aku menunggu sebuah topik yang bisa aku bahas dengan sepenuh hati.
Topik kali ini, berdasarkan pengalaman.
Seorang teman berkata,
"Bener kata kamu, karena kamu aku sadar bahwa kita harus melihat manusia itu dari dua sisi. Kita boleh melihat keburukannya, tapi tidak larut karenanya."
Dan kalimat itu membuatku berada di titik ini. Menulis sesuatu pada kalian. Mungkin ini bukanlah topik bagus bagi kalian. Namun bagi sebagian orang, ini topik yang harus dibahas. Karena ternyata masih banyak di sekeliling kita yang belum menyadarinya. Dan senang, jika aku berhasil mengubah sedikit dari sekian banyak pemikiran itu.
Aku hanya ingin mengatakan, bahwa ingatlah seseorang karena kebaikannya. Jangan keburukannya. Lalu, apakah kita boleh mengingat keburukannya? Ya. Hak kita. Dan memang harus. Jadikan itu ladang kehati-hatian, bukan pupuk untuk kebencian.
Pepatah pernah berkata,
"Satu kesalahan lebih terlihat daripada seribu kebaikan sekalipun"
Ya, terdengar mudah dilakukan, bukan? cukup sepele. Tapi siapa sangka, kalau hal ini pernah kamu lakukan sebelumnya. Ubahlah perspektif itu, kawan. Tidak usah mengharapkan timbal balik, kebaikan akan datang padamu, jika kamu memang seharusnya menerimanya.
Singkat cerita, aku tahu rahasia yang selama ini aku tak tahu. Seseorang tidak suka denganku karena... yaa, aku sampai saat ini tidak tahu aku salah apa. Karena yang aku lakukan saat itu sudah seizinnya, namun ternyata, di belakangku ia tak menyukai tindakanku yang sebenarnya sudah ia setujui.
Aku merasa ia teman baikku karena aku tulus bersikap terhadapnya. Namun aku tidak mengetahui kenyataan bahwa selama ini ada yang ia tidak suka dariku. Aku kecewa karena ia tak membicarakannya denganku. Melainkan membicarakanku pada orang lain.
Kecewa ? Iya.
Tapi, tidak ada gunanya jika kita larut dalam kekecewaan jika tak ada penyelesaian. Aku menceritakan hal ini pada seorang teman lain, untuk menanyakan sudut pandangnya. Karena manusia tidak boleh mengedepankan ego untuk mengambil keputusan.
Aku bertanya apakah aku salah saat itu.
Tapi temanku berkata, tidak.
Lalu ia berkata,
"Kamu ngga salah. Aku jadi kamu udah kecewa banget sih"
Saat itu aku tidak membiarkan diriku yang diliputi kecewa ini berfikir dahulu. Karena waktu yang tepat untuk mengambil tindakan adalah disaat kita dapat mendewasakan emosi kita.
Aku kemudian berpositif thinking, mungkin temanku menyembunyikan hal itu padaku, karena tak ingin aku sakit hati. Mungkin bagiku, aku tidak salah. Tapi baginya aku salah. Mungkin, alasan ia sampai bisa berfikir negatif seperti itu padaku, karena aku melakukan sebuah kesalahan, lalu ia larut kedalamnya. Dan melupakan kebaikan yang pernah aku lakukan.
Jika aku melakukan hal yang sama, berarti aku kalah. Karena pikiran manusia tidak sesimple itu. Kita dapat melakukan hal yang lebih kreatif. Lalu mengapa kita mengikuti caranya yang salah? Tandanya kita tak kreatif.
Lalu, apa yang aku lakukan?
Marah? Tidak.
Aku membelikannya hadiah.
Aku membelikannya hal-hal yang ia suka. Lalu kutulis surat yang isinya,
Jangan ngerasa sendiri, kalau perlu teman cerita, ada aku. Jangan sungkan. Itu gunanya teman.
Aku datang kerumahnya untuk minta maaf. Toh, minta maaf bukan hanya untuk orang yang salah kan?
Lalu bagaimana endingnya? Ya baik-baik saja.
Yang ingin kusampaikan, jika kalian orang yang gengsi atau ego, dan kalian tak sanggup mengalah karenanya, itu wajar. Karena memang, kuakui itu sulit. Sering timbul pertanyaan,
Toh, bukan salah kita, kenapa kita minta maaf?
Buat apa baikan, dia juga sudah ngecewain aku, kan?
Jika kamu tidak bisa melakukan hal itu karena takut kalah atau tak suka dengannya, lakukan lah untuk dirimu sendiri. Maksudnya, mengalah bukan hal yang merugikan, bukan? Itung-itung, kamu sendiri yang lega. Beban hilang. Kamu bisa jadi orang yang tambah positif. Dan yang terpenting, kamu bisa membanggakan dirimu sendiri. Karena apa?
Karena beruntung dirimu selalu bersudut pandang. Memang sangat sulit. Aku sangat paham. Kamu tidak bebas bertindak, cenderung memperdulikan orang lain daripada dirimu sendiri. Kadang melakukan sesuatu bukan karena kemauan diri sendiri. Pernah dirugikan. Dan sering kali menyalahkan dirimu sendiri. Tapi, seseorang yang selalu bersudut pandang akan sangat mudah dicintai. Karena kamu tumbuh dalam pribadi yang lembut dan peduli.
Tapi ingat,
Kamu juga perlu mengutamakan dirimu sendiri. Karena, jangan mempunyai keyakinan bahwa kamu merasa damai jika kamu menerimanya dan menderitanya sendirian. Karena jika kamu saja tidak memperdulikan dirimu sendiri, untuk apa orang lain peduli kepadamu?
.
.
.
.
Ini hanya pengalaman. Dan sudah berlalu. Aku mengingatnya bukan berarti belum ikhlas. Aku justru ikhlas dan ingin kalian yang bersudut pandang sama denganku sadar akan hal ini.
Sayangi dirimu sendiri. Karena jika kalian tidak punya siapa-siapa, setidaknya hanya dirimu sendiri yang kau punya.
-Penulis-
KAMU SEDANG MEMBACA
Seruput Kepedihan Diujung cangkir
Short StorySetiap orang memiliki kadar kesedihan dan mentalnya sendiri. Sedangkan kita cukup tahu. Tapi pernahkah kalian berpikir bahwa memahami sudut pandang setiap kadar seseorang itu penting? Kalian tidak pernah merasakan apa yang mereka rasakan, apa yang m...