Sudut Pandang : Mereka yang belum memerlukan cinta

19 3 0
                                    

Tulisan ini adalah permintaan dari si inisial H

Terima kasih sebelumnya, telah membuatku memiliki pemikiran tersendiri tentang cinta.

Hai.

Ada banyak tipe di dunia ini. Jika kamu adalah orang yang pemerhati, pasti kamu banyak menemukan tipe-tipe tersebut. Ada yang gelisah tanpa orang lain, ada yang malah mudah risih dengan kehadiran orang lain, dan baik-baik saja tanpa orang lain.

Ya, "orang lain" yang kita maksud bukan mereka yang selalu lalu lalang di lingkungan kita. Namun, mereka yang kehadirannya mempengaruhi hari-hari kita. Kisah ini mengingatkanku dengan seorang sahabat. Namanya, elizabeth.

Aku pernah bertanya,

"Li, kamu udah pernah suka sama cowo kan?"

"Hmm, gapernah. Pernahnya kagum sehari dua hari, terus udah deh"

Lalu aku bertanya,

"Gimana rasanya?"

"Ya... tanpa mereka pun aku biasa aja"

Poin ini yang mengantarkanku pada opini ini. Bahwa tidak peduli apakah kita memiliki rasa cinta itu sendiri maupun tidak. Well, apa bedanya? Kamu sama-sama bisa makan sendiri, jalan sendiri, apa-apa sendiri. Memang tidak seperti mereka yang punya cinta. Melakukan semua hal bersama-sama. Saling bergantung satu sama lain. Tapi, apakah menjadi orang yang belum memerlukan cinta itu hal aneh?

Aku menghukum semua yang bilang itu aneh. Bukankah hal itu justru seharusnya kita kagumi? Ya, orang seperti itu benar-benar paham apa yang ia perlukan saat ini, dan apa yang tidak ia perlukan. Bahwa apakah ia perlu punya cinta atau tidak. Meskipun hal ini ia dapatkan secara tidak sengaja, tanpa ia mau. Tapi, aku ingin menjadi orang sepertinya. Apa pentingnya perasaan, jika itu menghalangi kita dalam bertahap?

Karena tidak sedikit kasus yang bilang, bahwa cinta selalu menghambat kita berproses. Meskipun tidak semuanya begitu ya.

Setiap hari kita hanya sibuk membahagiakan diri sendiri, tanpa harus memikirkan orang lain. Jadi sendirian itu menyenangkan. Aku berani jamin. Kita menjadi punya waktu lebih untuk mengenal diri sendiri. Memahami apa yang sebenarnya diri ini ingin, tanpa harus berfikir,

"Kalau aku begini, nanti dia begitu nggak ya?"

"Kalau aku main game, dia marah ga ya?"

"Kalau aku beli ini, nanti dia bilangin aku boros nggak ya?"

Well, pemikiran sekecil itu benar-benar menyebalkan. Membuat kita sengaja menunda apa yang kita ingin. Ini aku, yang menjalankan ya aku. Lalu mengapa kita mengatur diri kita atas pemikiran orang lain?

Bukan berarti mereka yang tak memerlukan cinta itu sedih terus tiap hari. Mentang-mentang dia sendiri, tak punya siapa-siapa. Pikirkan lagi. Lebih baik sendiri, daripada kita punya seseorang tapi hubungan itu hanya menunda "rasa sendiri" di hari yang akan datang.

Cinta itu memiliki banyak efek, tergantung siapa yang merasakan. Ada yang membuatnya menjadi motivasi, ada yang membuatnya jadi depresi, bahkan ada juga yang membuatnya jadi trauma.

Dan cinta bukan sebuah keharusan yang mesti kamu miliki, kan? Cinta itu bukan kehendak, tapi dihendaki. Jadi, kita tidak bisa mendapatkannya dengan kenyataan bahwa kita sebenarnya belum begitu memerlukan. Tanpa cinta, kita bisa melakukan hal yang orang jatuh cinta tidak bisa lakukan. Begitu sebaliknya.

Tapi, apakah berarti seseorang tanpa cinta, tidak bahagia?

Bahagia itu hadir karena sikap kita kepada sesuatu, bukan karena apa yang kita punya.

Mau kita punya segalanya tapi kita tetap tidak merasa cukup, sampai kapan pun kita tidak bisa merasakan bahagia.

Jadi, apakah orang itu tidak bahagia?

Kembali lagi pada yang merasakan.

Yang bisa membuat kita bahagia ya sikap kita sendiri. Bukan opini orang lain. Mereka tidak pernah paham karena mereka bukan yang merasakan. Dan tidak semua saran mereka cocok untuk kita terapkan. Karena kembali lagi, semua orang punya tipe yang berbeda. Mungkin saja, mereka yang berkata "memiliki cinta" itu lebih baik adalah tipe yang tidak bisa hidup dengan dirinya sendiri. Dan ia tidak tau, betapa nikmatnya menghabiskan waktu dengan diri sendiri.

.

.

Jadi, apakah mereka yang belum memerlukan cinta itu bahagia? Ya.

Mereka yang belum memerlukan, karena mereka sendiri yang belum ingin.

Cinta datang bukan karena dicari. Tapi ia yang mencari.

Jadi, nikmati saja hari-harimu ketika dirimu masih bisa fokus pada diri sendiri. sebelum di suatu saat nanti, cinta mencarimu, dan membuatmu ekstra sibuk. Disitulah waktu memilihmu untuk mulai belajar memahami dan mengurus orang lain. Karena cinta perlu pendewasaan. 

Di waktu sendiri inilah kamu harus mendewasakan diri sendiri. Dan bila cinta itu sudah datang, kamu sudah siap. Karena, cinta yang datang terlalu cepat dengan penanganan yang salah akan menjadi hal yang sangat tidak berguna.

Bersyukurlah, kamu diberi waktu yang lebih untuk mempersiapkan.

Jadi, ketika kamu belum merasakan hal itu "diperlukan", buat apa kamu rasakan? Karena segala sesuatu yang diciptakan di muka bumi ini, pasti punya kegunaan, bukan? Jika kita belum tahu kegunaannya untuk apa, buat apa kita miliki?



Bagai seorang penulis, yang membeli microphone. Buat apa?

-Penulis-

Seruput Kepedihan Diujung cangkirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang