"Gue, Dion Putra Atmaja," lanjutnya sambil tersenyum. Senyum yang mampu membuat wanita akan meleleh melihatnya.
Resti dibuat bingung karena seseorang yang tiba-tiba muncul di depannya ini. Orang yang bernama Dion itu melihat ke dada Resti, yang sontak membuat sang pemilik langsung menutup area tersebut dengan tangannya.
"Resti Cantika, nama yang bagus"
"Hai, salam kenal gue Dion," ujarnya sambil menjulurkan tangan.
Resti yang masih belum tersadar dari kebingungannya mengabaikan uluran tangan dari Dion.
"Ya Allah Cantika. Gue cariin di kantin ternyata lo disini," Kiano yang tiba-tiba merangkul pundaknya membuat Resti tersadar dari kebingungannya.
"Oh, eh iya salam kenal, panggil aja gue Resti, " balasnya kikuk.
"Gue Kiano Aldevaran Hernawan, lo bisa panggil gue Kiano atau Dev, asal bukan Hernawan aja karena itu nama bapak gue" cerosos Kiano sambil menjabat tangan Dion sembari tangan kirinya yang juga menggengam jabatan tangan mereka.
"Gue Dion Putra Atmaja, panggil aja Dion" balas Dion setelah itu melepas jabatan tangan mereka.
"Cantika, kata lo tadi laper. Ayo ke kantin, sebentar lagi masuk ini!"
"Iya nih, yaudah ayo"
"Lo mau ikut nggak bro?" kata Kiano yang mengajak Dion untuk ke kantin bersamanya.
"Enggak, kalian aja. Gue udah sarapan tadi"
"Yaudah duluan yah," ucap Kiano sembari merangkul pundak Resti
"Udah punya pacar ternyata," gumam Dion melihat kepergian dua orang manusia tersebut.
***
"Lo hebat yah, baru juga hari pertama udah kenalan aja sama cowok ganteng," sudah tiga kali kata tersebut keluar dari mulut Kiano. Mulai dari jalan menuju kantin sampai Resti makan saat ini.
"Kan gue udah bilang, itu cowok tuh aneh. Tiba-tiba aja dia sebutin namanya di depan gue kayak cenayang, yaudah terpaksa aja kenalan"
"Tapi dia ganteng tau, lo nggak naksir gitu sama dia?"
"Yakali gue naksir sama dia, baru juga pertama ketemu," ucap Resti sembari memasukkan sesendok nasi ke dalam mulutnya. "Sebenarnya gue naksirnya sama lo," lanjutnya dalam hati.
"Tapi kan..."
"Gue udah kenyang, sekarang kita ke papan pengumuman, lihat infomasi kelas !" Resti memilih meninggalkan kantin daripada harus dikepoin Kiano.
Dari kejauhan, papan pengumuman SMA Aksara terlihat sesak oleh murid yang ingin melihat kelas mereka. Resti yang tak ingin berdesak-desakan memilih untuk menyuruh Kiano. Belum cukup satu menit, Kiano dengan kemampuan menorobosnya sampai barisan depan diantara cewek-cewek.
Usai keluar dari kerumunan manusia tersebut, terlihat wajah Kiano yang menahan kesal.
"Kok lo nggak bilang sih, kalau lo ngambil kelas IPA ?" sudah Resti duga respon yang akan diberikan Kiano akan seperti ini jika mengetahui ia mengambil kelas IPA
"Gue sengaja nggak ngasih tau lo. Kalau gue kasih tau, pasti lo juga ikut-ikutan ambil kelas IPA lagi."
"Gue ke ruang guru sekarang! mau ganti kelas ke IPA!" belum sempat Kiano melangkah, tangannya sudah dicekal oleh Resti, dan menariknya di tempat yang tergolong sunyi.
"Gini yah Al, dengarin gue!, lo nggak selamanya harus ikutin apa yang gue mau. Lo itu punya masa depan juga Al !" jedahnya sejenak "Gue tau lo nggak bisa pelajaran IPA kan? Maka dari itu gue nggak ngasih tau lo kalau gue ngambil kelas IPA. Sekarang gue mau lo ngikutin kemauan lo, walaupun kita nggak satu kelas kan kita masih satu sekolah," akhirnya dengan sedikit lembut.
"Tapi lo nggak apa-apa kan kalau gue nggak selalu di samping lo?" balas Kiano yang masih tidak rela haris berpisah kelas dengan Resti.
"Astaga Al, gue bukan anak kecil lagi kali. Gue bisa jaga diri sendiri."
"Yaudah kalau gitu, gue nggak bakal pindah kelas," finalnya yang membuat Resti tersenyum lebar.
"Sekarang, ayo ke kelas masing-masing." ucap Resti yang beranjak dari tempat tersebut.
"Emang lo tau lo kelas berapa?" kalimat Kiano tersebut otomatis membuat Resti berbalik dengan cepat karena kelasnya yang belum diberitahukan oleh Kiano.
"X IPA 3, lo di kelas itu." sebelum Resti bertanya Kiano memberitahunya terlebih dahulu.
***
Suasana Kelas X IPA 3 terlihat kikuk karena murid yang belum kenal satu sama lain. MOS di SMA Aksara memang telah dihapuskan digantikan dengan materi pengenalan sekolah yang diadakan di kelas masing-masing. Pengapusan Masa Orientasi Siswa tersebut dimaksud untuk menghindari perpeloncoan yang marak terjadi pada saat MOS penerimaan siswa baru.
Sedangkan suasana berbeda terjadi di kelas Kiano, X IPS 1. Para murid terlihat sudah akrab satu sama lain, tak terkecuali Kiano yang sudah mendapatkan tiga teman baru yaitu Henry, Komo, dan Kevin. Mereka berempat memiliki sisi keabsuradan yang sama-sama overdosis, jadi tak heran keempat manusia itu dapat klop satu sama lain. Lihat saja percakapan gila mereka yang satu ini.
"Gue heran sama Indomaret, kenapa coba akhirannya harus Maret kenapa bukan mart?" itu celetukan Komo yang punya rambut mangkok andalannya.
"Mungkin aja lahirnya Maret." pertanyaan tersebut langsung ditanggapi oleh Kevin yang sedang mengupas kulit kuaci di depannya.
"Kalo menurut gue kayaknya pengen tampil beda si, kan banyak tuh yang make kata mart mungkin indomaret sukanya yang antimainstream makanya make kata Maret," selanjutnya Henry, cowok berkacamata bulat yang mungkin sebagian orang akan berfikir dia adalah cowok kutu buku yang hobinya hanya belajar.
"Gue tau, gue tau jawabannya," kata Kiano tersebut membuat fokus ketiga cowok itu beralih kepadanya.
"Gini yah, gue setuju dinamainnya Indomaret," Kiano jedah sebentar sehingga ketiga cowok tersebut semakin penasaran akan jawabannya "soalnya kalau pake kata Indomei nanti saingan sama Indomie, HAHAHA," lanjut Kiano sambil memegangi perutnya karena nyeri akibat tertawa. Entah dimana lucunya kalimat tersebut.
"HAHAHA HAHAHA HAHAHA," herannya ketiga cowok tersebut juga tertawa karena jawaban absurd Kiano. Tidak heran mereka adalah absurd sekawan.
Tawaan mereka harus terhenti karena seorang wanita paruh baya baru saja memasuki kelas. Wanita yang memperkenalkan diri sebagai Ibu Indah tersebut mengambil absen untuk mengecek kehadiran anak wali barunya.
"Aldino Kevin Sanjaya."
"Hadir bu"
"Henry Susanto," sekarang gilaran Henry
"Disini bu."
"Kiano Aldevaran Hernawan," selanjutnya adalah Kiano.
"Bernafas bu."
"Komo Dodi Irawan. Sepertinya orang tua kamu terinspirasi sama komodo yah?" ternyata wali kelasnya ini memiliki sisi humor juga.
"Ibu yang ke 103 bilang itu ke saya," balas Komo yang menanggapi humor wali kelas barunya.
"Reza Mardian."
Tidak ada yang menyahut
"Nggak ada yah, Ibu kasih alfa Mardian yah!"
"Bro. Bro, sekarang gue tahu kenapa Alfamart namanya begitu," ucap Komo, rupanya pembahasan Indomaret tadi berlanjut ke Alfamart. Ketiga cowok tersebut menunggu jawabannya.
"Soalnya pas di absen dianya selalu alfa."
Krik Krik...
***
Vote dan Commentnya teman-teman
Sampai bertemu lagi dengan Resti, Dion, dan Absurd Sekawan
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story Acne Fighters
Teen FictionCerita ini berpusat pada kisah cinta Resti Cantika, gadis cantik yang dipenuhi jerawat di wajahnya. Walaupun begitu, dia tetap percaya diri. Dia harus dihadapkan 2 pria tampan Kiano Aldevaran Hernawan Sahabat, tetangga, sekaligus cinta pertamany...