Prolog

293 15 1
                                    

"Pa, Brenda mau pindah sekolah."

"Kok pindah? kamu sekolah belum 1 semester, udah minta pindah lagi? Kenapa sih ama sekolah barunya?" Tanya Edwin yang notabene adalah papa Brenda. Edwin melipat koran yang tadi ia baca dan lebih fokus pada anaknya yang kini menunduk.

"Pokoknya Brenda minta pindah." Kekeh Brenda yang sudah mendongakkan kepalanya.

"Sayang, kalau kamu ada masalah, kamu harus selesaiin dan jangan kabur seperti ini." Nasehat Edwin yang sudah sering didengar Brenda, tapi tak pernah dilakukan Brenda.

"Please pa, Brenda janji ini yang terakhir. Brenda engga tahan disekolah itu," seru Brenda dengan mata yang sudah berkabur karena air mata yang kini menggenang.

"Kamu udah sering bilang gitu, tapi kamu tetap minta pindah lagi dan lagi." Ucap Edwin sambil menaruh koran itu dan beranjak pergi mmeninggalkan anaknya yang hampir menangis. Edwin takut akan luluh oleh airmata Brenda. Kini Brenda sudah besar bukan anak kecil lagi, dia harus mau menyelesaikan masalahnya sendiri.

"Pa, Brenda terima tawaran papa waktu itu untuk pindah keJakarta." Ujar Brenda yang sudah menangis.

Edwin langsung berjalan kehadapan Brenda dan memeluk Brenda, "Kamu yakin? setelah pindah nanti kita tidak akan kembali lagi kesini." Ujar Edwin memastikkan, Brenda hanya mengangguk dalam pelukkan ayahnya.

Jujur, meninggalkan kota ini adalah hal yang cukup berat bagi Brenda. Sudah sering Edwin mengajak Brenda meninggalkan kota ini, tapi Brenda selalu menolak dengan berbagai alasan yang terkadang membuat Edwin tak mengerti. Hingga kini, Edwin tak tau mengapa Brenda tak mau meninggalkan kota ini dan ini sebuah hal yang luar biasa bagi Edwin melihat Brenda mau meninggalkan kota ini.

"Ya sudah, kamu bereskan barang-barangmu. Kita akan pindah 3 hari lagi, biar papa urus surat pindah sekolah kamu." Edwin melepaskan peluk Brenda dan pergi.

Brenda langsung lari kekamarnya, membereskan barang- barang yang perlu ia bawa dengan air mata yang tak berhenti menetes. "Da-ah, kota kepahitan ini saatnya aku pergi." Ujarnya saat melihat kota itu melalui jendelanya.

Can't Go OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang