#3

160 13 0
                                    

"Kak Reno..."

Brenda menajamkan matanya, memastikan orang yang berada dihadapannya adalah orang yang begitu ia kenal. Sementara Reno hanya tersenyum melihat reaksi Brenda yang diluar dugaan.

"Dek, lu jangan liatan gue kaya gitu dong." Gerutu Reno, "Gue serem, tar lu naksir lagi ama gue." Tambahnya, pura-pura bergidik ngeri.

"Apaan sih kak, aku kaya gini kan kaget karena kakak ada disekolah aku." Ucap Brenda, kesal.

"Dih, murid ga sopan, gue ini guru tau." Ucap Reno, menjitak dahi Brenda.

"Pada ngefans kali ya ama jidat aku, dijitakin mulu dari tadi." Gerutunya, "Tunggu, tadi kakak bilang kalau kakak itu guru disini?" Tanya Brenda sekali lagi, untuk memastikan apa yang ia dengar tadi dan jawaban yang didapat Brenda, hanya sebuah anggukkan. Reaksi Brenda sangat diluar dugaan Reno.

1menit.. 2menit..

" WHAT?!?" Teriak Brenda tak percaya.

Suara Brenda mengundang perhatian orang-orang dan beberapa dari mereka menatap Brenda dengan tatapan sinis. Brenda yang sudah sadar akan tindakkannya langsung meminta maaf pada orang-orang disekitar.

"Lebay lu dek, mending masuk kelas sono" Usir Reno mengibaskan tangannya diudara.

"Udah sih kak," Ucap Brenda mencebik kesa membuat Reno terkekeh. "Aku tuh baru ditelantarkan oleh cowok freeze."

"Cowok freeze??" Tanya Reno mengernyit binggung.

"Ga usah dibahas deh kak, bikin sensi. Mending kakak anterin aku keruang kepala sekolah, buat tanya aku dikelas mana." Tanpa minta izin Brenda menarik lengan Reno ke arah yang berlawanan dari ruang kepala sekolah.

"Dek, lu salah arah." Ucap Reno, memukul kepala Brenda dengan salah satu bukunya.

"Ishh, ya udah sih." Brenda memutarkan badannya kearah yang berlawan dan berjalan, sesekali ia mengusap kepalanya.

Mereka menelusuri koridor tanpa sadar ada beberapa pasang yang memandang mereka dari jauh dengan kebencian.

"Siapa tuh, yang jalan sama guru baru yang udah buat kita di skors?" Tanya ketua dari mereka.

"Kayanya sih itu saudaranya, secara tuh guru kan dingin banget kalau deket ama cewek. Biasa sok jual mahal," jawab salah satu dari mereka dengan nada merendahkan.

"Berarti itu target pertama kita buat hancurin tuh guru," seringainya. "Kita harus bisa deket sama tuh cewe." Tambahnya dengan nada yang tak terbantahkan.

***

Dustin berjalan menembus kerumunan orang dikoridor tanpa perduli pada tatapan para wanita yang begitu memujanya. Ia terus berjalan memasuki XI-IPA yang sudah cukup ramai dan bising. Dari jauh beberapa cowok melambaikan tangan kearah Dustin yang tengah berjalan kearah mereka dengan wajah datar.

"Woi bro, pagi-pagi mukannya udah datar aja." Ucap salah satu dari mereka yang bernama Andre. Dia salah satu the most wanted disekolah, ditambah ia adalah bagian dari sebuah geng yang cukup dikagumi dan disegani orang- orang. Ia juga sering memberi harapan palsu untuk para wanita.

Geng ini memiliki popularitas yang tinggi didalam maupun diluar sekolah, geng ini bukan terdiri dari anak-anak bandel melainkan anak-anak most wanted dan pintar. Mereka pintar bukan berarti kutu buku seperti orang pada umumnya, justru mereka ini gaul. Geng ini merupakan geng terhormat dan bukan sembarang orang bisa masuk. Semua terlihat dari geng ini yang diketuai Dustin yang punya sifat sedingin es dan ada Andre yang suka PHPin para wanita, Zack yang suka memberi tatapan maut, dan Nicky yang paling normal dari mereka semua. Well, sekian tentang geng ini.

"Mang mesti gimana?" Tanya Dustin yang memasang headset ditelinganya.

"Senyum dong kaya gue, biar semua cewek tergila- gila ama lu." Pintah Andre yang dibalas dengusan oleh Dustin.

"Eh Dre, Dustin kaga usah tebar pesona kaya lu juga cewek-cewek udah tergila-gila ama dia, liat tuh." Pintah Zack sambil menunjuk segerombolan yang tengah berbisik melihat ke arah Dustin. Zack mirip dengan Andre, sehingga mereka disebut kembar oleh para guru walau tidak ada hubungan darah.

"Kali aja kalau dia senyum makin banyak cewek yang liatin dia sampai engga kedip." Andre menahan tawa saat ada wanita yang hampir jatuh karena melihat Dustin tanpa kedip.

" Udah sih, itu masalah Dustin, kita diem aja kan bisa?!" Pintah Nicky yang seolah bertanya.

Keheningan mulai meliput mereka, tak lama Andre dan Zack kembali berdebat pada hal tak bermutu. Nicky yang mendengar hanya memasang senyum masam untuk kedua sahabatnya itu. Sementara Dustin kini sudah berada didunia lain.

***

Tok tok tok...

"Masuk!!" Pintah orang yang bersuara bariton.

"Permisi pak,"

"Ada apa pak Reno? dan siapa gadis yang disebelah bapak?" Tanyanya, melirik kearah Brenda yang tengah menunduk.

"Ini Brenda pak, anak baru pindahan dari Bandung." Ucap Reno yang terlihat berwibawa, berbeda dengan Reno yang tadi.

Bapak bersuara bariton itu mengernyitkan dahi, memikirkan wajah Brenda yang tak lagi asing baginya. Keheningan melikupi ruangan itu untuk beberapa waktu hingga bapak bersuara bariton mulai bertanya.

"Brenda Cassandra? Apa kamu anak pak Edwin?" Tanya bapak bersuara bariton yang dibalas anggukan oleh Brenda, sementara Reno hanya diam .

"Kenalkan saya Harry, saya sahabat Edwin sekaligus kepala sekolah disini." Ujar Harry tersenyum.

Brenda tersenyum dan bertanya, " Maaf pak, apa saya perlu menjalani test?"

"Tidak, saya sudah melihat nilai anda yang cukup memuaskan dan saya memasukkan anda ke kelas XI-IPA." Brenda tersenyum bangga mendengar pujian dari pak Harry. "Pak Reno ini adalah wali kelasnya, jadi kamu akan diantar pak Reno." Tambah pak Harry.

Setelah Brenda mengangguk, Reno langsung pergi bersama Brenda setelah mengucap permisi. Selama berjalan, Reno dan Brenda Berbagi cerita, sesekali mereka bersenda gurau. Reno menceritakan betapa protectivenya Edwin terhadap Brenda sehingga ia dipaksa mengajar disekolah Brenda ini, untungnya ia langsung diterima setelah melihat ijasah S2nya. Sementara Brenda menceritakan bagaimana ia memohon untuk pindah sekolah hingga tersesat dikota Jakarta ini. Mereka terkekeh melihat sikap Edwin yang begitu sayang pada Brenda, terkadang Reno iri tapi ia tau keadaan. Selama berjalan Brenda menyadari tatapan tajan dari kaum hawa, tapi ia tak menghiraukannya. Sementara Reno melihat beberapa pria memandang Brenda dengan tatapan kagum dan memuja.

'Andai aja mereka tau Brenda lebih dalam, pasti mereka akan kabur.' Batin Reno.

Tak terasa mereka sudah berada dikelas, Reno mengambil penghapus dan mengetuk papan tulis berkali-kali. Suara itu membuat semua orang diam dan memandang kedepan dengan tanda tanya. Dustin yang entah kapan sudah melepas headsetnya sedikit tersenyum melihat Brenda yang masuk kedalam kelasnya.

"Wesshh gila,.. siapa tuh cewek? Cakep banget." Seru Andre setengah berbisik.

"Anak-anak hari ini kita kedatangan anak baru," ucap Reno dengan tegas. "Silahkan perkenalkan dirimu," Pintah Reno yang dibalas anggukan.

Brenda menyapukan pandangan pada seluruh isi ruangan itu hingga terhenti pada Dustin, Brenda terdiam cukup lama sehingga Reno mencubit lengan Brenda pelan. Brenda sedikit kaget, tapi ia samarkan dengan senyum. "Perkenalkan nama saya Brenda Cassandra, saya pindahan dari Bandung, salam kenal." Brenda membungkukkan badannya sedikit sebagai tanda salam kenal.

"Bapak harap kalian bisa berteman baik dengan Brenda," ucap Reno dengan nada yang lebih halus. "Brenda, kamu duduk sebelah Dustin." Pintah Reno tak terbantahkan.

Brenda kembali menyapukan pandangan mencari tempat yang kosong, tapi semua penuh hanya disebelah Dustin yang kosong. Brenda merasa ragu hingga sebuah sentakkan dari Reno membuatnya sadar dan bergegas jalan menuju tempat duduknya.

Can't Go OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang