25• Teruntuk Garuda Biru

38 12 1
                                    

Hari ini, di hari senin pada minggu ketiga setelah minggu pertama masuk sekolah, akan ada ulangan harian mapel Fisika di kelas 12 IPA 1.

Sebelum Bu Sulis masuk ke kelas 12 IPA 1 untuk memulai ulangan harian, para murid di kelas tersebut memanfaatkan waktu untuk mempelajari materi dan mengerjakan latihan soal yang sudah mereka dapatkan di minggu sebelumnya. Biasanya, murid yang belum paham akan minta diajari oleh teman sekelasnya yang sudah paham.

Sejak kelas sepuluh, Nadina adalah siswi yang paling jago Fisika di kelasnya, dan ia tak pernah sungkan mengajari teman-temannya yang memintanya untuk mengajari ulang materi Fisika yang masih belum mereka pahami. Menurutnya, selagi ia bisa membantu, kenapa tidak.

"Din, aku ke toilet dulu, ya," pamit Nina di sela belajarnya.

"Oke. Jangan lama-lama, bentar lagi ulangan," ujar Nadina.

Nina mengangguk singkat lantas melenggang keluar kelas.

Beberapa detik setelah Nina pergi, tiba-tiba Dwi menghampiri meja Nadina.

"Din, ajarin gue materi yang kemarin dong. Gue lupa cara ngerjain rumusnya," pinta Dwi.

Nadina pun mengangguk lalu mempersilakan Dwi untuk duduk di sebelahnya, yaitu di bangku Nina.

••••

"Tadi, kan, aku udah jelasin rumusnya, sekarang kamu coba kerjakan soalnya," suruh Nadina.

Dwi menerima soal yang ada di buku catatan milik Nadina. Ia pun mulai mengerjakan soal tersebut sesuai dengan rumus yang sudah Nadina jelaskan tadi.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Nina yang entah kapan sudah kembali ke kelas.

"Lo nggak liat gue lagi belajar?" jawab Dwi dengan berbalik tanya.

"Kamu, kan, punya tempat sendiri, kenapa harus di tempat aku?!" sewot Nina.

"Yaelah, pelit amat, sih, lo!" sungut Dwi. Ia lantas berdiri dari bangku Nina.

"Bodo amat!" balas Nina.

Dwi menoleh ke Nadina. "Din, gue bawa buku lo ke meja gue dulu, ya, soalnya di sini ada gangguan jin!" Dwi menyindir Nina membuat Nina langsung melotot ke arahnya.

"Oke. Kalo udah selesai langsung dikembalikan ke aku, ya," ucap Nadina.

Dwi pun mengangguk lalu mulai melangkah ke tempat duduknya, sedangkan Nina masih menyorot tajam ke arah cowok tersebut.

Setelah sampai di bangkunya, Dwi mendapati teman sebangkunya yang tengah duduk santai.

"Lo nggak belajar, Al?" tanya Dwi sambil mendudukkan diri di bangkunya.

"Gue udah pinter," jawab Alyasa enteng.

"Njir, gaya banget, sih, lo jadi orang," cerca Dwi. "Awas aja kalo lo sampe nyontek gue pas ulangan nanti."

"Yang ada tuh lo yang bakal nyontek gue!" balas Alyasa.

"Enak aja! Tadi gue udah belajar sama Nadina. Jadi, gue nggak bakal nyontek lo!" beritahu Dwi.

Alyasa menatap buku yang tengah dipegang oleh Dwi. Sampulnya berwarna merah muda dan terdapat nama "Nadina Hanazara" di situ.

"Lo ngapain bawa buku dia?" tanya Alyasa.

"Mau ngerjain soal yang Nadin kasih," jawab Dwi singkat. Ia pun kembali mengerjakan soal yang belum ia selesaikan.

Selang beberapa menit, Dwi pun selesai mengerjakan latihan soalnya. Ia berdiri untuk mengembalikan buku Fisika milik Nadina. Namun, tanpa ia sadari, ada selembar kertas yang jatuh dari buku tersebut. Alyasa yang melihatnya pun langsung mengambilnya tanpa memberitahu Dwi.

Alyasa, Garuda Biru (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang