***
Angin berembus kencang, membuat surai kecokelatan milik cewek bernama Resha Senjani Pertiwi sedikit berantakan. Dengan menutup satu matanya karena mencoba menghalau dedaunan yang menerpa wajah, dia mencoba melindungi kepalanya. Namun, sudah kalah cepat dari seseorang di sampingnya --
--Dante Alardo Luwis, pria itu dengan sigap melindungi kepala sekaligus wajah kekasihnya dari terpaan daun yang terbang ke arah mereka karena embusan angin kencang. Terlihat dari sisi Resha, Dante tersenyum kecil sambil menyipitkan kedua matanya.
"Tumben banget kamu senyum."
Dante menggedikkan bahunya. "Ya udah, aku akan bersikap biasa." Dia kembali dengan ekspresi datarnya.
Menghela napas, Resha Senjani hanya bisa menatap Dante memaklumi. Dia sudah biasa menghadapi kepribadian aneh kekasihnya itu.
"Padahal tadi ganteng banget pas kamu senyum," ucap Resha.
Dante menoleh, angin sudah tidak berembus kencang jadi kedua tangannya tak lagi ada di atas kepala Resha. "Jadi, aku nggak ganteng kalau nggak senyum?" tanyanya dengan ekspresi bingung.
Astaga, itu sangat menggemaskan bagi siapapun yang melihatnya. Begitu juga dengan Resha. Gadis itu mengangguk. "Tapi tetap ganteng sih, cuma kurang aja."
"Ya udah, yang penting tetap ganteng 'kan?" Dante kembali dengan tabiat awalnya. Dia menatap lurus ke arah pohon besar yang ada di pekarangan kampus mereka.
Entah mengapa, Dante selalu mengajak Resha ke tempat ini. Padahal tidak ada pemandangan bagus apa-apa. Hanya sebuah hamparan hijau dan tak jauh ada parkiran mobil. Bahkan terbilang sepi karena mahasiwa/i lainnya lebih memilih untuk hangout di kafetaria atau lapangan basket. Maklum, di sana banyak pria tampan.
Sekolah Tinggi Pariwisata, merupakan sebuah universitas di mana tempat Dante maupun Resha mengemban ilmu. Mereka berdua sama-sama berada di jurusan pariwisata. Yang membedakan hanya, Dante merupakan kakak tingkat Resha.
Dante semester lima dan Resha mahasiswi yang baru saja melewati semester genap awal --tiga.
"Iya terserah kamu aja. Oh iya, Dan..." Resha menoleh, "kapan kamu mulai destinasinya? Berarti kita pacaran jarak jauh dong?"
"Cuma sebentar," jawab Dante singkat.
Mendengus sebal, Resha tahu pasti jawaban Dante akan begitu. "Iya, dua bulan itu sebentar. Ya udah semoga kamu bisa senang-senang di sana tanpa aku," sahutnya seperti merajuk.
Resha beranjak dan hendak pergi meninggalkan Dante, tapi tak jadi karena tiba-tiba saja pria itu meraih pergelangan tangan Resha.
"Apalagi?!" ketus Resha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayo, Saling Melupakan | Lee Dokyeom ✓
Fanfiction"Tumben banget kamu senyum." Dante Alardo Luwis menggedikkan bahunya. "Ya udah, aku akan bersikap biasa." Dia kembali dengan ekspresi datarnya. Bagi Dante, diamnya merupakan bukti bahwa dia setia. Tapi, yang namanya sebuah hubungan tak bisa hanya sa...