07~Salahkah Bila Cemburu?

409 80 1
                                    

"Gue nggak yakin sih. Analisis dampak pariwisata secara makronya kurang jelas. Coba nanti gue cari tau demografinya," ucap Dante sambil berjalan santai dengan kedua teman sekelasnya.

Jeffry yang ada di kanan Dante mengangguk setuju. "Gue serahin sama lo deh, Dan. Kalau Jeka yang ngerjain gue nggak yakin," sahutnya lalu tertawa.

Sedang Jekala yang jalan di depan mereka pun menoleh. "Kenapa bawa-bawa nama gue? Lagian nih ya, hasil statistik ekowisatanya juga belom maksimal. Jadi nyusun demografinya juga masih abu-abu woy! Gini-gini gue pinter kali soal destinasi," protesnya.

Dante dan Jeffry mengangguk malas bersamaan. Apapun yang dikatakan Jekala lebih baik cepat di iyakan karena kalau tidak, Jekala akan mengoceh terus sampai mulutnya berbusa dan yang mendengarkan tiba-tiba sakit telinga.

Hingga tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahu Dante dari belakang. Siapa lagi kalau bukan saudara tiri Resha --Arjuna Mahawira.

"Dan, lo nggak sama Echa?" tanya Juna yang baru saja menyelesaikan acara makannya.

Dante, Jeffry dan Jekala baru saja ingin makan siang setelah selesai kelas statistik pariwisata. Dan sepertinya Juna bolos mata kuliah tersebut. "Kalian duluan, nanti gue nyusul," ucap Dante.

Jeffry dan Jekala mengangguk, mereka berdua meninggalkan Dante bersama dengan Juna.

"Gue baru kelar kelas. Kenapa emang?" jawab Dante sambil menatap Juna penuh selidik.

Juna mengerutkan dahinya. "Gue teleponin nggak diangkat-angkat. Tadi ketemu di koridor, dia kayak lagi bete gitu. Jadi aja gue disinisin tapi dikasih dua kotak bekal makan," sahutnya.

"Hah? Echa bikinin lo makan siang? Apa gimana? Nggak mungkin lah. Masa gue nggak dapet?" Dante tak terima.

Menggedikkan bahu, Juna tak peduli. "Ya udah gue cek ke kelasnya dulu deh."

"Nggak usah!" Dante menarik ujung kemeja seragam Juna. Kebetulan blazernya sedang di jinjing oleh Juna. "Biar gue aja yang nyamperin Echa," lanjutnya.

Menghela napas. "Ya udah sana," jawabnya dengan setengah hati.

Bersamaan dengan itu, Dante sekilas melihat Mirza lewat tak jauh darinya dengan membawa sekantong plastik berisi makanan ringan. Menaikkan sebelah alis mata, Dante penasaran itu untuk siapa.

"Ya udah, gue duluan," ucap Dante sambil menepuk pundak Juna tanpa melihatnya lalu mengikuti langkah Mirza.

Setibanya di kelas A, Dante melihat kalau Mirza duduk di sebelah Resha dan meletakkan sekantong belanjaan tadi. Sedangkan Resha terlihat masih memejamkan mata dengan kepala di atas meja.

Dante hendak menghampiri mereka berdua tapi tak jadi karena tiba-tiba ada Lia di belakangnya. "Kak Dante!" seru gadis itu.

Entah pendengaran Resha yang tajam atau bagaimana, mendengar nama Dante disebut, ia langsung terjaga dan menatap ke arah ambang pintu kelas. Ia melihat Dante dan Lia ada di sana. Ingin rasanya Resha menghampiri mereka berdua tapi ia urungkan karena tiba-tiba Mirza menyodorkan beberapa camilan padanya.

"Gue nggak tau lo sukanya apa. Jadi gue beli yang biasa Hana makan. Cewek 'kan biasanya nggak suka makan banyak ya..."

Belum selesai Mirza bicara, Resha sudah meraih lebih dulu roti isi cokelat dan menyantapnya dengan semangat. Bahkan mulutnya sampai penuh, tapi tatapannya tak lepas dari Dante dan Lia, membuat Mirza akhirnya mengikuti arah pandang Resha.

Mirza baru menyadari kalau diambang pintu ada Dante dan adik tingkatnya.

"Cemburu ya Cha? Samperin aja sih." Itu bukan kata Mirza melainkan teman sekelasnya yang lain.

Ayo, Saling Melupakan | Lee Dokyeom ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang