06~Dante Tak Salah

457 80 5
                                    

Bagi Resha, menjadi kekasih dari seorang Dante ada suka dan dukanya --merasa bangga pasti bisa jadi seseorang yang merebut hati Dante. Tapi, Resha juga harus selalu sabar dalam artian kalau ada kakak atau adik tingkat yang selalu mendekati kekasihnya itu. Walau mereka tahu kalau Dante sudah memiliki dirinya.

"Kak Resha, aku titip ini buat Kak Dante ya," ucap salah satu adik tingkatnya sambil menyodorkan sebuah kotak bekal makan. Kebetulan ia merupakan mahasiswi jurusan hospitaliti, lebih tepatnya tata boga.

Resha menerimanya sambil mengernyitkan dahi. Baru saja ia ingin menyahuti ucapan adik tingkatnya itu, panggil saja Lia.

Liana Anindita ini ternyata menyodorkan satu kotak bekal makan berbeda. "Kalau ini buat kak Resha. Aku abis ada praktek bikin main course dan ini menu baru yang aku buat. Semoga kalian suka ya."

"Oke, makasih ya. Tapi lain kali jangan repot-repot, aku jadi nggak enak," sahut Resha.

"Nggak apa-apa kak. Aku seneng kok buatnya. Nanti tolong minta kak Dante kasih komentarnya ya kak enak atau nggak." Lia mengatakan itu sambil tersenyum.

Bagaimana Resha bisa cemburu pada adik tingkatnya itu. Memang Lia terlihat menggemaskan. Tapi, entah mengapa perasaan Resha tak enak saat melihat Lia terlalu menunjukkan kebaikannya ini. Sebab tak hanya sekali ia memberikan kotak bekal untuk Dante. Bedanya kali ini Resha juga mendapatkannya satu.

"Oke, semoga nggak ada niat lain ya. Aku permisi kalau gitu, makasih sekali lagi." Resha melangkah begitu saja tanpa membiarkan Lia menjawab ucapan gadis itu.

Di sepanjang koridor gedung kepariwisataan, Resha terus memerhatikan dua kotak bekal makan yang tampak berbeda. Milik Dante jelas sangat mewah tapi miliknya terkesan biasa saja. Dirasa penasaran, Resha berhenti dan membukanya satu persatu. Benar saja, isinya pun beda.

"Dasar, modusnya bisa banget," gumam Resha.

Tiba-tiba ada yang menepuknya dari belakang. "Echa!"

"Apasih Jun, sering banget nongol nggak permisi dulu," sahut Resha tidak santai.

Juna mengernyitkan dahi. "Kenapa lo? Dateng bulan ya? Sinis banget perasaan." Lalu ia menatap kotak bekal yang dipegang Resha. "Itu apaan?"

"Nih ambil buat lo dua-duanya!" Resha menyodorkan kotak bekal makan itu pada Juna. "Dah jangan ngikutin gue lagi. Mau ke toilet!" lanjutnya, lalu pergi begitu saja.

"Apaan nih? Tapi rejeki nggak boleh ditolak ya kan. Lumayan, Ayah motong uang jajan gue gara-gara nilai ipk turun," gumam Juna.

Menyadari Resha yang sudah berjalan duluan, Juna hendak mengejarnya. "Oh iya, dia mau ke toilet ya masa gue ikutin!" Akhirnya ia memutar balik arah menuju kafetaria untuk menyantap semua makanan itu.

Sedangkan Resha, ia tak benar-benar ke toilet tapi menuju ke kelasnya. Dengan perasaan kesal, ia terus bergumam tak jelas. Hingga tak menyadari kalau ada Mirza di depannya.

"Cha!" seru Mirza saat Resha hampir menubruk dirinya.

Resha tersentak dan menaikkan arah pandangnya. "Duh maaf Za nggak lihat."

"Kenapa sih? Setiap gue papasan sama lo pasti lagi ngedumel terus." Mirza terkekeh.

"Udah takdir kali." Resha melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kelas.

Mirza menggedikkan bahu. "Bisa jadi. Oh iya, proposal manajemen bisnis pariwisata udah dibuat?" tanyanya lalu duduk di sebelah Resha.

Mengangguk, Resha menjawab, "Udah selesai. Tapi belum masih dalam bentuk file. Nanti ajalah printnya, mager gue."

"Tumben banget. Beneran pms kayaknya nih."

"Itu lo udah tau, jangan ngoceh terus ah. Gue lagi bete!" sahut Resha sedikit ngegas.

Mirza tertawa. "Marah lo lucu, Cha."

"Terserah lo, Za." Resha menelungkupkan kepalanya di atas meja dengan dua tangan yang menjadi tumpuan.

Sedang Mirza hanya tersenyum sambil menggeleng pelan melihat Resha. Berhubung mata kuliah bisnis manajemen masih ada setengah jam lagi, Mirza memutuskan untuk pergi ke kafetaria tanpa mengatakan apa-apa pada gadis di sampingnya.

Ternyata Resha tertidur karena memang semalaman ia begadang untuk mengerjakan proposal. Ditambah dirinya sedang datang bulan hari pertama. Dipastikan rasa kantuk akan sering menyerangnya. Beruntung jam masih menunjukkan pukul tiga belas lewat tiga puluh menit dan kelas masih sepi.

***

©®ayspcy, 2k21

Ayo, Saling Melupakan | Lee Dokyeom ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang