Pergi

3 0 0
                                    


31 Desember 2018 - 11.00

Kalian mau tahu, perasaan apa yang paling buruk ketika kita masih hidup? Yaitu kehilangan salah satu dari orang tua kita.

Melihat Gamal yang hanya bisa merunduk sepanjang hari, adalah hal yang gue tidak ingin lihat sebagai orang yang mengenal dia dari kecil.

Semalam, dia harus rela melepaskan bokapnya untuk selama-lamanya setelah berjuang melawan penyakit yang dideritanya, yaitu kanker paru-paru. 

Yang membuat gue sedih dan terharu adalah (meskipun gue anaknya engga melankolis-melankolis amat kok), Gamal beserta adiknya, bernama Clarissa, rela terbang jauh ke Atlanta hanya untuk mencari informasi nyokapnya yang mereka engga pernah ketemu sejak lama. Gue jadi ingat percakapan gue di kantor dengan dia, ketika dia memberikan seluruh kerjaan kami berdua ke gue hanya karena dia akan segera cuti dan fokus untuk kesembuhan bokapnya.

"Tapi, Gam... lo emangnya cuti karena bakal stay di rumah sakit?"

"Engga. Gue akan terbang ke Atlanta."

"Dalam rangka?"

"Mencari ibu gue."

Gue engga tahu menahu apa maksudnya, karena selama gue mengenal dia, dia engga pernah membahas soal ibunya.

"Ibu? Ibu kandung?"

"Iya..."

"Hah? Gue kira lo selama ini udah tahu siapa ibu kandung lo..."

Gamal cuma menggelengkan kepalanya sambil tertawa sedikit. Dia lalu mengadahkan kepalanya ke langit-langit ruangannya.

"Fi, gue merasa kaya orang bodoh selama ini. Banyak rahasia yang gue engga pernah tahu tentang bokap dan nyokap gue."

"Maksud lo?"

"Yaa... gue baru sadar bahwa selama ini tuh nyokap gue bukan orang Indonesia."

Ketika dia bilang 'nyokap gue bukan orang Indonesia', gue langsung reflek melihat wajahnya. Benar juga sih, Gamal itu tampangnya rada blasteran, serta struktur tulangnya terlihat seperti orang barat. Ketika gue pikir-pikir lagi, wajah bokap dan nyokapnya itu engga ada bule-bulenya, jadi memang gue sempat mempertanyakan darimana dia mendapatkan wajah setampan itu...

...sementara kalau gue berdiri disamping dia, muka gue berasa ga jauh lebih ganteng dari ondel-ondel.

"Jadi nyokap lo... orang Amerika, Gam?"

Dia mengangguk pelan ke gue, dengan tatapan agak sendu

"Terus, kenapa lo merasa bodoh?"

"Ya... karena selama 25 tahun ini gue engga pernah tahu ataupun berusaha untuk mencari  sosok nyokap gue yang sebenarnya. Dan gue juga kaya anteng-anteng aja karena sosok 'nyokap' itu kan terpenuhi dengan adanya Mama di rumah."

FYI, 'Mama' ini lah yang gue pernah tahu sebagai nyokapnya Gamal. Padahal, beliau adalah adiknya bokapnya Gamal. 

"Nah, lo engga nanya kenapa selama ini dirahasiakan...?"

"Ya akhirnya gue nanya sih ke Mama, dan memang bokap gue yang selama ini engga mau ceritain sampai suatu hari waktunya tiba buat gue dan adik gue untuk mencari sosok nyokap kandung gue. Lalu beberapa bulan yang lalu kalau engga salah, bokap emang pernah minta dicariin mantan istrinya gitu dari satu kardus coklat. Gue awalnya ga ngeh gitu... sampai akhirnya pas bokap itu kolaps, gue bongkar lagi kardusnya... yaudah deh, gue menemukan banyak hal di kardus itu, mulai dari foto terus ada surat cinta... banyak deh."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AlfindraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang