0

416 75 33
                                    











Luhan adalah seorang gadis naif yang dipenuhi akan mimpi dan cita-cita yang indah.

Akan ada bahagia setelah sengsara.

Setidaknya kalimat itulah yang Luhan percayai.

Dulu ayahnya diusir dari keluarga besarnya karena menikahi ibunya seorang perempuan jalanan yang pintar dan jenius, dia bahkan memasuki universitas ternama di negaranya hanya dengan bermodalkan kepintaran saja. Ibunya sangat pintar juga begitu rajin dan pekerja keras. Ambisius, untuk memenuhi apa yang dia inginkan.

Dan ayahnya jatuh cinta pada ibunya namun terhalang restu, seperti dalam kisah klise lainnya keluarganya tak setuju nika Ayah Luhan menikahi dia karena latar belakang abu-abu yang dimiliki ibunya. Kemudian ayahnya memilih diusir kemudian hidup bersama dan  berjuang berdua untuk hidup dan bertahan.

Hingga Luhan lahir namun keadaan tak berujung membaik malah justru sebaliknya. Kehidupan mereka semakin sulit dan menyedihkan, ayahnya terlilit hutang, sedangkan Luhan yang masih kecil sakit keras dan butuh biaya pengobatan yang tak sedikit. Ibu dan ayahnya terseok-seok mencari tumpukan uang untuk tetap bertahan dan membuatnya tetap hidup.

Bertahun-tahun hidup dalam kemalangan, mereka hampir putus asa, satu titik terendah mereka adalah ketika salah satu pilar jatuh dan semua hancur. Ibunya tak sanggup hidup dalam kemalangan yang begitu menyiksa. Dia lebih memilih berkhianat, lebih memilih menjalin hubungan dengan pria lain dan hidup bahagia melupakan semuanya. Melupakan ayahnya, melupakan Luhan.

Dekapan hangat itu seperti mimpi indah di malam badai.

Luhan masih ingat, waktu itu Luhan kecil yang kurus dan pucat berdiri di sebuah pintu melihat ibunya yang membawa koper besar. Ayahnya memohon agar dia tetap tinggal tak ada jawaban, dia tetap kukuh dengan pendiriannya.

Luhan berjalan pelan, kaki kecilnya melangkah menginjak tanah yang kotor dan becek akibat hujan yang menerjang.

"Ibu.. Jangan pergi."

Bisiknya lirih. Tangan kecilnya yang berlapis mantel lusuh itu terulur meraih kaki jenjang ibunya.

"Bagaimana dengan ayah, bagaimana dengan aku jika ibu pergi."

Satu kata yang Luhan ingat dari apa yang ibunya ucapkan.

"Tak ada cinta di dunia yang fana, ini adalah tentang bagaimana dirimu ingin bahagia, apakah bersama-sama atau sendiri atau bahkan dengan orang yang bahkan kita bermain api dengannya.

Cinta hanyalah ilusi pembawa sengsara."

Itulah suara terakhir yang Luhan dengar dari ibunya. Itulah wajah terakhir yang Luhan lihat dari ibunya. Hanya sebatas foto usang lusuh yang sampai sekarang terselip di dompetnya namun enggan Luhan tatap.

Luhan sepenuhnya menampik apa yang dikatakan ibunya. Karena meski hidupnya susah, ayahnya begitu menyayanginya. Memberikan Luhan sebuah cinta sepenuh hati dan berjuang bekerja keras agar Luhan sembuh dan agar Luhan mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya.

Yang membuat Luhan bertahan adalah dia tak pernah kehilangan cinta dari ayahnya.

Luhan memang membenci ibunya namun juga mengharapkan jika suatu hari ibunya akan pulang dan kembali bersama keluarga kecilnya yang rapuh dan tengah terpuruk. Namun sampai kapanpun Luhan menunggu Luhan sadar. Ibunya takan pernah pulang.

Beberapa waktu telah berlalu siapa sangka, ayahnya mendapatkan ulasan tawa dari dewa keberuntungan. Dia bekerja sebagai staff di pabrik tisu toilet, penghasilan mereka cukup untuk biaya hidup sehari-hari juga untuk membawa Luhan berobat. Bukan pabrik yang begitu besar, hanya pengelola tisu biasa dan tak terlalu terkenal, anak cabang dari perusahaan besar yang ada di kota. Suatu hari tempat itu terkena suatu masalah, bahkan hingga pimpinan perusahaan pusat di sana ikut campur tangan.

Black PearlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang