S a t u : M i m p i?

11 3 4
                                    

  "Ingin percaya, tapi sulit. Percaya pada hal yang mustahil terjadi. Ingin mengabaikannya, tetapi mimpi-mimpiku selalu terjadi. Entahlah itu membuatku bingung."

~Ghea TM~

"Kak, lihat dia buat Shei terluka," rengek seorang gadis bergigi gingsul itu. Sontak perkataanya membuatku terkejut. Aku? Melukai kakakku sendiri? Yang benar saja, aku menyentuhnya saja tidak.

"Apa benar yang dikatakan kak Shei, Ge?" Sahut salah seorang laki-laki yang di samping Shei. gadis yang menuduhku.

"Tidak, aku tidak membuat kak Shei terluka. Menyentuhnya saja tidak," belaku sembari menatap kembaranku yang tengah melihat ke arahku dengan tatapan mengintimidasi.

"Jangan berbohong! Abang tidak pernah mengajarimu berbohong ya! Tidak mungkin kan kakakmu ini sengaja membuat dirinya sendiri terluka," bentak Ryan

"Mungkin saja. Bisa jadi kak Shei melakukan ini supaya abang lebih perhatian sama kak Shei." Aku menghela nafas kasar seraya menatap kakak-kakakku dengan tatapan jengah. Terlebih pada kakak perempuanku yang kini menatapku sembari tersenyum sinis.

"Aku ti-" belum selesai aku berucap, tiba-tiba kakak perempuanku berkata,"kenapa kamu tega ngelakuin ini ke kakak Ge? Kakak salah apa sama kamu? Padahal kakak sayang banget sama kamu, buktinya kakak selalu diem kan kalau abang perhatian sama kamu. Kakak iri sama kamu Ge. Kakak cuma bisa diem sambil natap kamu yang lagi ketawa sama mereka. Tapi apa? kamu tega buat kakak luka kayak gini. Kakak kecewa sama kamu Ge,"ucap Shei dramatis. Mengusap pipinya seolah-olah ia menangis karena ternistakan olehku.

Apa-apaan ini. Cih dasar drama Queen! Gue aja nggak tau apa-apa juga malah dituduh yang enggak-enggak, batinku.

Plakk.

Disaat aku ingin membalas ucapan kak Shei tiba-tiba sebuah tangan mendarat persis di pipi kiriku. Aku menatap orang yang menamparku tadi dengan tatapan tak percaya. Mataku berkaca-kaca, aku masih tidak percaya kalau abang pertamaku sampai menampar seperti tadi padahal hal itu belum tentu benar. Bang Izqu menatapku dengan tatapan dinginnya. Aku menunduk seraya menahan agar air mataku tidak tumpah di hadapan mereka.

Aku mengepalkan tanganku. Dan mulai menatap abangku satu-persatu. Tamparan itu begitu menyesakkan dan membekas di hatiku.

"Ternyata kepercayaan bisa hancur hanya karena satu kesalahan yang belum tentu aku yang melakukan kesalahan itu. Dan untuk kak Shei, selamat kakak udah berhasil rebut semua perhatian abang. Sekarang kak Shei puas kan? Kak Shei seneng kan? Aku ikut seneng deh kak. Semoga suatu saat nanti kakak bisa sadar sama apa yang kakak lakuin ke aku. Karma itu ada kak. Percayalah!"

"JANGAN KURANG AJAR GHEA!"

"Arghhhh," teriakku sembari menetralkan deru nafasku.

Mimpi itu lagi. Kenapa mimpi itu datang lagi sih astagaa! Batinku.

Aku mengusap wajahku perlahan seraya mengambil sticky note dan pulpen. Aku menulis beberapa kata di kertas itu lalu ku tempelkan di dinding. Itu adalah kebiasaanku setiap pagi.

GHEA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang