1. Perkara Intuisi

693 116 32
                                    


Pikiran Mark menjadi tidak fokus. Manik matanya bergerak cepat ke kanan dan ke kiri. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya.

Lee Yerim.

Nama itu benar-benar mengusik pikirannya.

Semuanya bermula saat Mark sedang menyiapkan diri untuk manggung. Seusai ia mengonfirmasi beberapa hal dengan panitia, ia menemukan kertas yang tergeletak di atas meja bersama tumpukan kertas lainnya. Entah kenapa waktu itu matanya iseng sekali membaca daftar nama seluruh panitia. Dan, ya, dia menemukan nama itu. Nama yang sama dengan gadis yang selama ini ia cari.

"Mark, lo cari siapa?"

Mark tersentak. Renjun, laki-laki yang umurnya satu tahun lebih muda darinya itu menepuk pundaknya.

"Enggak cari siapa-siapa." Mark berkilah. Ia mengembalikan fokusnya pada gitarnya.

"Bohong, tuh, bohong! Tadi aja nadanya lari kemana-mana." Jaemin menimpali. "Dia tadi sibuk lihat cewek yang cantik parah sumpah. Kenalin boleh lah."

Mark menjitak kepala Jaemin pelan. "Dasar buaya."

"Bukan buaya, ini namanya usaha," ujar Jaemin sembari mengusap kepalanya.

"Untuk yang ini enggak boleh. Ini punya gue," ucap Mark sinis.

"Galak banget bos."

Mark merotasikan bola matanya malas. Manik matanya masih gencar mengawasi sekitarnya. Berusaha menemukan gadis mirip Yeri yang ia lihat ketika di panggung.

"Ah, ketemu!" teriak Mark heboh. Matanya membulat antusias.

"Hah? Apa? Ketemu apa? Uang, ya?! Berapa?" Haechan juga ikut antusias.

"Untuk yang ini lebih berharga dari uang. Gue ke sana, ya! Kalau kalian mau duluan enggak apa!"

Mark pergi begitu saja. Meninggalkan Renjun, Haechan dan Jaemin yang bergeming di tempat.

"Selama ini gue enggak pernah lihat Mark naksir cewek," tutur Haechan pelan yang diangguki oleh Renjun.

Jaemin berdecak. "Eh, sekalinya naksir begini banget, ya. Gila. Dasar budak cinta."

***Obliviscor***

Mark melangkah cepat. Ia segera menghampiri gadis yang duduk di pinggir lapangan dengan buku di tangannya.

"Kan! Mata gue enggak salah! Lo benar-benar Yeri!"

Gadis berkuncir kuda itu menoleh. Menatap Mark dengan dahi berkerut. "Iya, saya Yeri. Ada perlu apa, ya?"

Mata Mark berbinar. "Lo selama ini kemana aja? Semua mencari lo!"

"Selama ini saya disini saja. Sekolah disini, enggak kemana-mana. Kamu ini kenapa? Kamu siapa?" tanya Yeri seraya menatap Mark aneh.

Mark mengernyit. "Lo ... enggak ingat siapa gue? Serius?"

Yeri mengangguk.

"Gue Mark Lee. Pasti ingat kan sekarang? Teman kecil lo. Bahkan gue pacar lo. Lo ingat kan?"

"Pacar? Saya tidak punya teman apalagi pacar."

"Lo aneh. Lebih baik sekarang lo ikut gue. Mungkin lo bakal ingat sesuatu," ucap Mark lalu menarik tangan Yeri. Gadis itu sontak menarik tangannya kembali.

"Hei! Kamu itu yang aneh, ya! Kenal enggak, eh ngaku-ngaku pacar. Terus main tarik tangan saya! Kamu juga melakukan kesalahan besar. Dasar cowok mesum! Saya teriak mampus kamu!"

Mark sontak mengangkat kedua tangannya. "Eh! Gue enggak ngapa-ngapain, ya! Jangan sembarangan, dong!"

"Enggak ngapa-ngapain kata kamu? Dengar, ya, enggak ada cowok yang pernah menyentuh saya. Bahkan ayah dan Kak Taeyong pun enggak pernah!
Sementara kamu, cowok yang enggak saya kenal, cowok gila yang ngaku-ngaku pacar saya, berani banget pegang tangan saya! Astaga! Tangan saya ternoda! Saya juga enggak kebayang ada berapa ribu kuman dan bakteri yang menempel di tangan saya sekarang! Saya butuh air!" cerocos Yeri cepat.

Obliviscor | Mark-YeriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang