2. Ini Mustahil!

478 101 24
                                    


"Wah, hari gini Mark Lee ada di perpustakaan.

Mark berdecak. Ia membenahi posisi kacamatanya dan lanjut membaca. Menghiraukan Dino yang sekarang duduk di sampingnya.

"Gila. Bacaannya ensiklopedia kimia lagi, takjub gue." Dino berdecak.

Mark memutar bola matanya jengah. "Kenapa, sih? Sana kalau mau ganggu. Gue mau fokus."

Dino berdecih. "Santai dong, Mas. Kita nanti ada ujian kimia, ya? Kok gue enggak tahu?"

"Memangnya, harus ada ujian dulu baru belajar?"

"KAN! VALID NIH VALID! MARK KERASUKAN ARWAH AMBIS!"

"Ini perpustakaan, Dino! Kenapa sih bocah ini?"

"Lo yang kenapa?!"

"Apa yang kenapa?"

"Enggak biasanya. Padahal gue mau ajak main bareng tadinya."

"Gue ... cuma mau belajar kok."

"Bohong."

"Dih, gue serius."

"Bohong."

"Apa gue emang enggak pernah banget kelihatan baca buku ya sampai lo benar-benar takjub gitu?"

"Nah itu lo sadar. Gue, lo dan Lucas itu sama. Sama-sama jarang belajar, suka molor, hobi jajan. Jadi lo enggak usah berkhianat dengan pura-pura rajin belajar gini. Nanti gue minder," kata Dino panjang lebar.

Mark mendengus kesal. Ia mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan menyodorkan benda itu pada Dino.

"Yeri? Kenapa Yeri?" tanya Dino heran. Mark memperlihatkan foto Yeri di layar ponselnya.

"Perhatikan dulu baik-baik dong. Mata lo jangan cuma dijadikan pajangan, kayak otak lo." Mark bersungut.

Dino mendengus. Ia memerhatikan foto itu dengan jelas. Tak lama, kerutan tercetak di dahinya. Matanya menatap Mark tajam.

"Doppelganger?" tanyanya.

Mark menggeleng.

Dino memerhatikan foto itu sekali lagi.  Gadis cantik yang benar-benar terlihat seperti Yeri itu terlihat sedang membaca buku di bawah pohon. Dan seragam yang gadis itu pakai ... Dino tahu betul seragam itu. 

Kerutan itu kini tercetak makin dalam. "Enggak mungkin, Mark. Seragam yang dipakai Yeri di foto ini adalah seragam sekolah Mina. Dengan kata lain, foto ini ialah foto terbaru. Foto setelah semua kejadian seram itu. Ini beneran enggak mungkin, Mark."

"Jangan bilang ini editan, ya? Lo cuma mau nakut-nakutin gue kan?"

Mark menggeleng lagi. "Buat apa, Dino?"

"Mark, apa jangan-jangan lo beneran depresi karena kehilangan Yeri? Gue serius loh Mark kali ini. Ya, mungkin gue memang sering bercanda kalau lo suka halusinasi. Tapi, kayaknya ini serius."

Mark melebarkan matanya. "Maksud lo apa? Gue—"

"Sebagai teman lo, gue mau banget kok Mark temenin lo ke psikiater. Mental Health itu penting loh. Gue beneran takut lo kenapa-napa kali ini," kata Dino lagi. Membuat Mark mengusap wajahnya kasar.

"Dino, gue—"

"Gue juga nanti kabarin ke Lucas sama Tzuyu deh. Nanti kita susun aja jadwal—"

"Heh, lo mau gue lempar ke Kanada?"

Dino mengerjap. "Ih, mau dong. Pasti banyak cewek cantik."

"Kayaknya lo yang lebih pantas buat ke psikiater, deh. Sarap." Mark berdecak. Ia merebut ponselnya dari genggaman Dino dan menaruhnya kembali ke tempatnya.

Obliviscor | Mark-YeriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang