Prolog

6 1 2
                                    

Gemuruh petir dan suara bising tetesan hujan membuat suasana malam hari semakin mencekam. Di sebuah lorong sepi yang nampak begitu gelap dan mengerikan di sana berdiri seorang pria dengan mengenakan jaket kulit berwarna hitam. Tatapan matanya begitu tajam seolah ingin membabat habis seluruh musuhnya, di tangannya terdapat sebuah pistol yang masih mengeluarkan asap akibat letupan peluru yang mungkin baru saja di keluarkannya.

Rintik-rintik hujan yang membasahi tubuhnya membuat hawa pria tersebut semakin menakutkan membuat siapa saja enggan untuk mendekatinya. Beruntung dia sekarang berada di tempat sepi tak ada satu orang pun yang melalui jalan tersebut.

Dia tak seorang diri, seorang lagi tergeletak tak bernyawa dihadapannya sepertinya mereka baru saja melakukan aksi saling tembak menembak dapat dilihat dari bekas tembakan di lengan sebelah kanan pria itu.

Tikus sialan - batinnya

Seolah tak ada rasa ampun lagi di tengah hujan deras itu pria tersebut membabi buta jasad orang yang telah tewas tadi. Bukan hanya di tembaki hingga tak berbentuk namun ia juga menyayat tubuh orang tadi dengan menggunakan belati yang baru saja ia keluarkan dari balik jaketnya.

Sementara disisi lain dua orang pria paruh baya tengah sibuk berjalan kesana kemari seperti sedang menunggu kabar dari seseorang.

Tringg tringg tringg

Dan ternyata benar saja telepon berdering dengan sigap salah seorang dari mereka segera mengangkat telpon tersebut sebelum panggilannya berakhir.

"Halo"

"Benarkah ?"

"Baiklah kau bawa saja ke sini"

"Tentu saja tidak masalah"

"Apa ? Sialan"

Telponnya terputus raut wajahnya seketika berubah menjadi sangat marah dan kesal.

"Ada apa kak ?"

"Kita berhasil kelebui oleh mereka."

"Benarkah ?"

"Iya. Mereka berhasil menyelundupkan narkoba tersebut ke Paris"

"Haruskah aku turun tangan sekarang ?"

"Tidak perlu kita ikuti saja permainan mereka dulu. Kita lihat sampai mana ia akan terus berkhianat kepada kita"

"Baiklah kak"

Pria tersebut sangat kesal berjalan dengan buru-buru naik menuju kamarnya yang terletak di ruangan paling ujung.

"Kau akan mati sendiri di tanganku" geramnya seraya memecahkan beberapa botol wine yang tertata rapi di hadapannya itu.

Brakkk... Prankkkk... Brukk....

Dia sangat kesal mengapa anjing kotor itu malah berhasil lolos dari genggamannya.

"Ini bukan akhir dari segalanya. Aku yakin kau akan segera ku bunuh Francesco" gumamnya mengepal kedua tangan geram.









Oke ini cerita baru aku..
Buat yang masih kegantung sama cerita kemarin ini lanjutannya. Stay terus ❤️

THE LAST CARRINGTONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang