1. Help me!

28.6K 296 8
                                    

Menunggu, menunggu, menunggu adalah hal yang amat sangat di benci oleh siapapun termasuk Luna. Deandra Luna Antara. Cewek yang menelusup ke rumah minimalis ini. Menunggu apa? Menunggu kepastian! Bukan kepastian sang pacar tapi kepastian cowok di hadapannya. Emm.. kepastian apakah cowok tadi menerima usulnya atau...

"NO!"

Uh.. menyebalkan.

"Pleasee..." Berjongkok memohon mohon pada orang asing itu... memalukan pake banget pokoknya. "Gue janji ga bakal ngerepotin lo. Ga bakal minta yang aneh aneh. Lo cuma kasih izin gue tinggal sementara sampai mereka ga nyari gue. Please.. please.. please.. "

"Berani bayar berapa lo?"

Luna berfikir keras. Bayar? Luna ga punya duit. Dan bagaimana bisa dia bayar nih orang? Gilaaa!

"Gue ga punya duit." Jawabnya lesu, menundukkan kepalanya yang berubah menjadi sangat berat.

"Keliatan lah lo miskin."

Uh.. mulut cabe!

"Berani bayar sama tubuh lo?"

"Wh. Whattt?"

Senyum seringai tercetak jelas di bibirnya. Oh God! Luna duduk gelisah di tempatnya. Tu-buh? Uh.. oh.. bagaimana inii?

"Ah gue berubah pikiran. Gue gila kalo minta bayaran dengan tubuh lo itu. Semua serba kecil atau jangan jangan ga ada sama sekali?" Seketika cowok itu berjongkok di depan Luna. Tangannya terulur dan dalam satu gerakan jemarinya meremas salah satu payudara milik Luna.

Tak sempat berteriak atau apapun, Luna terlalu shock dan hanya bisa menyilangkan kedua lengan di depan dada setelah tangan nakal itu meninggalkan jejak di tubuhnya 'Oh dada gue ga virgin lagi!'

"Benar benar kecil. Bagaimana mungkin gue bisa horny? Ckckck. Lupakan!"

Dan setelah itu dia pergi meninggalkan Luna yang masuk bengong bego di lantai.

Shit! Bagaimana mungkin dia hanya diam saja saat ada orang asing menyentuh bagian terlarangnya? Luna Gila! Harusnya dia memang tak usah meminta yang tidak tidak pada anak laki laki tadi. Doble shit! Dan dia bilang apa tadi? Aaarrghh..

Hening. Luna mengamati sekitar. Ternyata dia berada di ruang tamu. Lumayan rapi mengingat penghuninya cowok. Hmm. Tapi bisa juga ada penghuni lain. Tidak mungkin kan dia tinggal sendiri? Dan bagaimana jika orang lain melihatnya disini?

Cklek.

Belum selesai Luna memikirkan kemungkinan itu, terdengar suara kunci di putar. Satu hal yang dia pikirkan saat ini. Kabur!

Shit. Harusnya Luna keluar rumah. Tapi ini kenapa sebaliknya? Dia berlari ke lantai atas dan masuk ke sebuah ruangan. Huh.

"Lo!"

Suara itu.. Cowok tadi! Luna berbalik dan.. hanya bisa terbengong bahkan mulutnya terbuka karena shock melihat pemandangan di depannya.

"Indah pemandangannya huh?" Seketika Luna sadar dan berbalik menghadap ke pintu masuk.

"Buruan pake bajuuu.."

"Yakin ga nyesel?"

Luna merasakan wajahnya memanas. Dia menakupkan kedua jemarinya ke pipi. Yakin deh pipinya merah sekarang. Seumur umur baru kali ini liat laki laki dewasa telanjang.

Masih dalam posisinya ketika Luna merasakan tubuhnya di tarik kebelakang dan seketika menghadap ke dada telanjang milik pria itu. Luna berasa pendek sekarang. Sesegera mungkin dia menutup wajahnya dengan kedua jemarinya.

"Lo ternyata mesum juga! Kenapa ga sekalian ikut gue mandi huh?"

Luna diam tanpa menjawab ataupun bergerak.

"Plis deh. Gue cuma telanjang dada bukan telanjang bulat seperti tadi."

Perlahan Luna menurunkan lengannya. Sambil tetap menunduk Luna diam di tempat tak tau harus berkata apa.

"Dan kenapa lo belum pergi? Gue ga bakalan nampung lo disini." Tak peduli apapun jawabannya dia berjalan ke ranjang kemudian uduk di sisi ranjang dengan tangan kiri mengibas ngibaskan rambut hitamnya yang masih basah. Sedangkan Luna ikut berjalan ke ranjang untuk menjelaskan kenapa dia bisa berada disini.

"Tadi ada..." belum selesai Luna bicara, pintu sudah di ketuk.

Tok.. tok.. tok..

"Lan, lo udah pulang?"

Suara pria dewasa terdengar dari luar pintu. Pria yang baru saja masuk ke dalam rumah. Luna panik. Bagaimana jika dia melihatnya ada disini lalu mengusirnya? Oh no!

Cklek.

Luna merasakan pinggangnya di tarik ke depan  hingga terduduk di pangkuan pria itu. Posisi macam apa ini? Luna tak mampu bergerak. Tubuhnya di rengkuh posesif seolah tak ingin di lepaskan.

"Ups. Gue kira ga ada orang. Met senang senang deh." Ucap seseorang di pintu. Luna tak bisa melihat orangnya karena wajahnya tertutup lengan besar.

'Blam'

Lama mereka tetap di posisinya. Luna merasakan hangat. Pengalaman pertama di peluk cowok. Walaupun bukan oleh pacar tapi tetap aja oleh seorang cowok.

Tubuhnya terdorong mendadak membuatnya jatuh ke karpet lantai. Uh. Dasar perusak suasana.

"Pelan pelan kenapa. Sakit tau."

"Kalo kelamaan ntar lo cinta sama gue. Sebelum lo jatuh cinta aja udah pasti gue tolak."

Luna hanya bisa menggerutu di tempatnya sembari berdiri agar tak terlihat mengenaskan. Dasar pria sombong.

"Sekarang lo pergi."

"Tapi..."

"Pergi!"

Luna menurunkan tubuhnya sehingga dia berdiri menggunakan kedua lututnya. Persetan dengan harga diri. Dia hanya perlu tempat berlindung saat ini. "Please help me. Izinin gue tinggal beberapa hari sampai suasana aman. Gue ga mau ketangkep sama mereka. Gue mohon." Kepalanya tetap menunduk agar terlihat lebih kasian lagi.

"Jangan harap!"

"Kalo gue ketangkep sama mereka bisa di pastiin gue bakal mati. Gue baru bebas sehari dan mereka udah nemuin gue. Gue ga mau ikut mereka lagi. Please tolongin guee."

"Menyusahkan!"

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang