"Adnan," kataku sedikit memiringkan kepala agar Adnan bisa mendengarku.
Adnan tidak menjawab, hanya saja memberi pertanda untukku melanjutkan dengan menolehkan kepalanya kearahku.
"Boleh aku minta sesuatu?"
Suara deru kendaraan yang beradu membuat suaraku tidak terdengar jelas oleh Adnan, hingga akhirnya dia membuka suara,"Suaramu tidak begitu jelas, Billa,"
Aku berpikir lagi, apakah tepat untukku mengatakan ini? Adnan bukanlah seseorang yang dengan mudah mengabulkan permintaan konyol kekasihnya.
Tapi apakah keinginanku ini terdengar begitu?
"Aku ingin di acara perpisahan sekolah, kau memberiku bunga,"
"Aku sudah memberikan hatiku untukmu, Billa."
"Tapi aku ingin bunga darimu, Adnan." ucapku lagi sedikit merengek.
Kulihat Adnan tampak mempertimbangkan jawabannya.
Apakah sesulit itu untuknya? Bahkan aku tak minta untuk dibelikan Skincare seperti wanita lain pada umumnya,atau aku juga tak minta dibelikan barang yang mewah.
Bahkan untuk menjawab iya saja sangat berat baginya.
"Aku hanya meminta bunga, Adnan. Tapi kenapa sesulit itu bagimu?" tanyaku memecah keheningan.
Bersamaan dengan itu, lampu lalu lintas memaksa Adnan untuk menghentikan laju motornya. Adnan melirikku dari spion motornya.
"Iya Billa, akan kuberikan,"
Perlahan aku menarik lengkungan pada wajahku yang semula tertekuk karenanya.
Semudah itu membuatku merasa dicintai, namun kenapa Adnan tak pernah mengerti itu?
Apa dia tak benar-benar mencintaiku?
Pertanyaan itu selalu terngiang dipikiranku namun tak pernah berani untuk mengungkapkannya.
Karena aku yakin dia tak akan senang mendengar itu.
Suara laju kendaraan kembali bersautan ketika lampu lalu lintas sudah berubah warna menjadi hijau.
Adnan kembali melajukan motornya dalam diam. Jujur suasana seperti itu membuatku tidak nyaman. Lagi, aku mencoba mengajaknya berbicara,"Janji ya akan memberiku bunga?"
"Kenapa ingin bunga?"
"Aku hanya ingin merasakan diberi bunga olehmu,"
Adnan tidak menjawab, hingga akhirnya aku kembali bertanya,"Jika kau lupa bagaimana?"
"Kuusahakan mengingatnya, Billa,"
Pada akhirnya kau memang lupa, Adnan. Kau tak pernah berusaha untuk ingat seperti yang kau ucap. Karena perpisahan yang sebenarnya bukanlah perpisahan sekolah yang diinginkan melainkan perpisahan antara aku dan Adnan. Tak ada bunga. Tak ada bahagia. Melainkan luka yang saat ini masih saja menganga.
__Tertarik membaca kisah Asing Sabilla-Adnan?
Jangan resah, dengan luka yang masih basah, akan kuulik kembali kisah singkat penuh makna bersama Adnan yang selalu kukagumi.
Untuk Adnanku, semoga kau tak lupa kenangan meski aku telah tergantikan. Aku bukan lagi rumah terindah untukmu. Aku sudah asing, Adnan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asing
Teen Fiction"Aku ingin di acara perpisahan sekolah, kau memberiku bunga," "Aku sudah memberikan hatiku untukmu Billa." "Tapi aku ingin bunga darimu Adnan," ucapku lagi sedikit merengek. "Iya Billa, akan kuberikan." "Janji ya akan memberiku bunga?" "Kenapa ingin...