She is the beauty
And also, the beast herself.
==============================================
1 DAY BEFORE
Roan tidak pernah merasa sendiri semasa hidupnya. Meski sedari kecil ibunya hampir tidak pernah ada di rumah – karena ia lebih memilih untuk menghabiskan waktu bersama percobaan percobaan barunya – Roan tetap di temani oleh adik kecilnya yang selalu menghidupkan suasana rumah sederhana itu. Rana, adik kecilnya itu anak yang bisa di katakan selalu aktif. Jarang sekali melihatnya diam, kecuali ketika gadis itu tidur atau sedang sibuk dengan tugas sekolahnya. Jika ia sedang tidak mengerjakan kedua hal itu sudah bisa di pastikan Roan tidak akan bisa duduk dengan tenang sembari menonton series favoritnya. Ada saja tingkah yang lebih muda untuk mengganggu Roan. Terkadang dengan sengaja ia akan menyetel musik keras keras dan menari di depan Roan dengan hebohnya. Lain waktu dia akan duduk di belakang Roan dan sesaat kemudian rambut gadis itu sudah terlihat konyol dengan kunciran kunciran aneh yang di buat Rana.
Di sekolah pun ia memiliki banyak teman yang membuat kehidupan sekolahnya menyenangkan. Roan bisa di katakan murid populer di sekolah. Selain karena sifatnya yang memang sangat supel, dia juga terkenal akan kecantikan dan kebaikannya, karena itu banyak sekali yang ingin menjadi temannya. Beberapa memang tulus berteman dengan Roan, dan tak sedikit pula yang berteman hanya karena menginginkan sesuatu dari gadis itu. Roan sudah cukup bahagia dengan adanya orang yang mau berteman dengannya. Bagi nya, itu sudah lebih dari cukup.
Namun malam itu, untuk pertama kalinya Roan merasakan yang namanya kesepian. Angin malam itu begitu menusuk hingga ia bisa merasakan tulangnya mulai ngilu kedinginan. Di tengah malam yang sepi itu Roan dengan langkah pelan melangkah kan kakinya ke tangga yang melingkar di tengah ruang tamu rumah milik bibinya. Di raihnya kunci yang menggantung di sisi tangga itu ketika ia memutuskan untuk menghabiskan malamnya duduk semalaman di kursi tua di atas sana. Pemandangan yang langsung menyambut Roan adalah atap atap di sekitar rumah bibinya dan juga beberapa pohon kelapa yang menjulang tinggi. Meski Roan harus memeluk dirinya untuk menghalau rasa dingin, ia tetap enggan untuk turun dan mungkin mencoba menghangatkan diri di kamar, di bawah gulungan hangat selimut bulu berwarna merah muda milik anak dari bibinya. Roan masih bersikukuh untuk duduk di atas sana. Matanya memandang jauh ke arah langit.Cuaca mendung malam itu. Tidak ada bintang, bahkan bulan pun tersembunyi di balik awan kelabu. Beberapa kali pula cahaya kilatan samar terlihat di ujung sana, mungkin pertanda bahwa hujan akan turun. Udara dingin itu membuat nafas hangat Roan keluar berupa uap putih yang menggantung.
Roan menoleh ke kanan dan ia mendapati hamparan kebun luas yang terlihat samar samar berkat lampu kuning yang berjajar di tepi kebun itu. Di pagi serta siang hari, kebun itu akan terlihat ramai oleh pekerja di sana yang sibuk merawat tanaman tanaman, memanen yang sudah berbuah, atau hanya berkeliling untuk melihat apakah tanaman tanaman itu tumbuh dengan baik. Dan ketika malam menjelang, kebun itu tampak lebih damai dan tenang. Sama seperti cerobong asap tinggi menjulang jauh di depan sana yang berhenti mengeluarkan asap putih menggumpal ke angkasa, kebun itu juga tampak beristirahat ketika langit sudah menggelap. Roan mengalihkan perhatiannya ke sekitar, semuanya terlihat diam menandakan bahwa mereka tengah beristirahat di tengah malam ini. Semuanya, kecuali Roan. Hal ini tak ayal membuat Roan semakin merasa kesepian.
Itu hari kesekian semenjak pelariannya dan hari kesekian pula semenjak ia menjadi takut untuk tertidur. Otaknya juga seakan menolak untuk beristirahat dan memutuskan untuk memutar ulang kejadian yang membuatnya berada di sana. Berulang ulang membuat Roan takut untuk memejamkan mata, karena kejadian itu akan kembali hadir di mimpinya. Hal itu membuatnya takut sekaligus muak. Melihat apa yang terjadi untuk kedua kalinya, ketiga kali, bahkan kelima kalinya membuat Roan memutuskan untuk menghindari tidur di banding harus mengalami perasaan itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
100 Days Project
Ficción Generalin 100 days I'll be challenge my self to write any kind of stories.