1.Latar belakang

191 18 12
                                    

Untuk gadis yang selalu mengukir senyum manis:

Pada hati yang memiliki rasa.
Pena ku mulai menari, menitipkan cinta yang berada dalam dada.
Maaf aku terlalu pengecut, untuk menyampaikan rasa dan kata penuh cinta.
Semoga kau membaca surat dariku yang hanya berisi aksara dan do'a.
Dalam hidup selalu ada kata sebab dan karena.
Surat ini pun begitu, aku mengirimkannya sebab belum berani untuk berbicara.

#Salam sayang, Kenzie.

Ujung bibir Kenzie terangkat menjadi tersenyum manis setelah memasukan kertas itu pada aplop merah yang di hias cantik mengenakan pita. Ini adalah hari yang ia tunggu-tunggu, menjadikan sahabat sebagai pacar sepertinya sangat menyenangkan. Pikir Kenzie.

"Ken, makan dulu." Panggil Sarah dari meja makan.

Kaki Kenzie mulai melangkah menemui Ibunya. Ia mengambil sepotong roti dan meminum setengah susu lalu berpamitan pada Ibunya. "Lho, Ken. Tumen hari Minggu kamu mau keluar rumah."

"Aku buru-buru, Ma. Bye." Jawab Kenzie lalu tancap gas menuju gadis yang ia tuju.

Kenzie telah sampai di dekat jembatan yang berada di taman, tempat ini memang sangat cocok untuk digunakan sebagai tempat ungkapan rasa cinta. Kenzie harus terlihat tampan di depan gadis tersebut. Ia melihat dirinya pada spion motor lalu merapikan rambutnya agar terlihat tampan, walau sebenarnya ia sudah sangat tampan. "Gue siap!" ucapnya penuh keyakinan.

Senyum itu terus saja merekah saat kakinya berjalan mendekati objek yang tengah berdiri di sana, ia sungguh gugup, aplop berisi untaian surat cinta itu tak henti-hentinya Kenzie pandang dengan bangga, walau terlihat kuno tapi Kenzie memang selalu beda dari laki-laki lain.

"Maaf ya, Cil. Nunggu lama pasti?" tanya Kenzie ketika sudah berada di hadapan gadis cantik yang mengenakan bando berwarna biru langit.

Cila menggeleng. "Nggak kok, Ken. Gue juga tadi ditemenin seseorang di sini, jadi ya nggak terlalu bete nunggu."

"Orang siapa? kitakan janjian cuma berdua saja." Bingung Kenzie sambil tetap tersenyum.

"Iya tahu, tapi ternyata dia udah lama banget mau ketemu gue dan sekarang kita dipertemukan." Jawab Cila dengan senyum yang sangat manis.

Senyum Cila begitu beda dari hari-hari biasanya, ada apa gerangan. Siapakah orang yang Cila temui di sini.

"Siapa si, Cil?" tanya Kenzie semakin penasaran.

Pipi Cila tiba-tiba memarah, ia kemudian melihat kearah kiri. "Orangnya lagi ke toilet." Jawab Cila kemudian ia membenarkan bondunya.

"Gue cantik nggak, Ken?" tanya Cila.

"Tumben nanya soal penampilan, biasanya kalau soal penampilan Cila nggak terlalu peduli, pasti ada apa-apa ni." Batin Kenzie.

"Kenzie!" panggil Cila membuyarkan lamunan Kenzie.

"Nggak, setiap hari lo nggak pernah keliatan cantik." Jawab Kenzie berbohong, Cila di mata Kenzie setiap hari selalu terlihat manis.

Cila memgerutkan bibirnya. "Rese, sahabatan bertahun-tahun sama lo tapi sekali aja lo nggak pernah muji gue."

Laki-laki yang menggunakan kemaja hitam rapi itu tiba-tiba mendatangi Kenzie dan Cila. Ia sangat terlihat cool dan elegan, tidak seperti Kenzie yang selalu memakai hodie dan celana kain.

"Ken, kenalin pacar baru gue." Ucap Cila membuat mata Kenzie langsung membulat.

"Arga Winata." Ucap laki-laki itu sambil mengulurkan telapak tangannya.

"Kenzie Algibran Pratama." Jawab Kenzie sambil membalas uluran tangan tersebut.

Cila nampak tersenyum-senyum dengan pipi yang memerah. "Kalian kapan pacaran?" tanya Kenzie.

"Barusan, gue nembak dia di sini." Jawab Arga.

Kenzie mengangguk-ngangguk. "Kalian kenal sejak kapan?"

"Ken, dia cowok ganteng yang pernah gue ceritain ke lo saat selesai olimpiade matematika." Jawab Cila pelan. Mulut Kenzie membentuk huruf O.

"Semoga langgeng ya." Ucap Kenzie.

Pasangan baru itu hanya dapat tersenyum sebagai balasan. "Apaan tu, Ken?" tanya Cila melihat amplop di tangan Kenzie.

"Surat cinta untuk gebetan gue." Kilah Kenzie.

"Cie." Goda Cila pada Kenzie.

"Apaan si lo, udah ah gue nggak mau jadi nyamuk. Have fun ya lo berdua, bye." Kata Kenzie lalu berjalan mendekati kembali motor miliknya.

"Bye." Jawab Cila berteriak.

Ia melangkah kan kakinya dengan rasa kecewa dan hancur yang mendalam. Kenzie mengakui dirinya memang lah pengecut, coba mungkin bila dari awal ia mengutarakan rasa ini, tak mungkin kejadian ini terjadi.

Kenzie melajukan motornya dengan kecepatan penuh. "I am very fed up." Gumam Kenzie dengan rahang mengeras serta urat di telapak tangan yang mulai bermunculan.

Ia tidak tahu harus meluapkan kesalnya pada siapa, karena dalam kejadian pahit ini dirinya sendirilah yang bersalah.

                                ******

Relationship Stupid [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang