"Terus apa? Dari Minggu lalu hingga sekarang semua pihak lagi mencari kasus pesawat jatuh itu, ditemukan puih-puih bagian pesawat seperti sayap dan kepala, oh ada juga tulang-tulang manusia di sana. Dan itu serem banget, Cil. Serius." Lanjut Clara membuat Cila membeku dengan bibir pucat, tak lama satu tetes air matanya jatuh. Clara jadi merasa bersalah telah menceritakannya.
"Terus apa mereka dikuburkan secara masal?" tanya Cila.
"Nggak, Cil. Ada yang ditemukan tengkorak masih utuh plus dengan bajunya. Ya, para keluarga yang tahu bahwa itu salah satu benda milik korban, langsung dibawa pulang untuk dikuburkan." Tutur Clara.
"Apa mungkin Arga ditemukan, La?" tanya Cila berharap.
"Mungkin lah, Cil. Gue yakin saat Arga baru jatuh itu keluarganya udah temuin jasad dia, tapi secara diam-diam karena keluarganya tahu hutan itu dulu masih ilegal." Jawab Clara.
Cila semakin bingung dan resah. Siapa orang yang bisa ia kabari kalaupun Arga sudah benar-benar ditemukan? Dari pihak keluarga Arga tidak mungkin, bahkan mereka masih membenci Cila atas kejadian tersebut. Hanya satu keluarga Arga yang masih bisa menerima Cila, Raka. Ya, dia adalah sahabat dekat Arga yang tahu semua tentang Arga, termasuk kematian Arga.
"Gue harus bisa temuin kuburan Arga untuk minta maaf." Ucap Cila dengan tangan yang bergetar.
"Cila, come on tenang. Lo pasti bisa cari orang yang dekat sama Arga dan yang jelas masih mau berkomunikasi sama lo." Saran Clara.
Air mata di pipi Cila mulai berjatuhan, selalu begitu bila mengingat Arga. Clara memeluk Cila sebagai penenang.
Kring...kring...kring....
Bel pulang telah berbunyi. Wajah Cila benar-benar terlihat datar, Clara mengantar Cila ke kelas XII menemui Kenzie. Kenzie sangat terkejut, ia langsung pamit pada teman-temannya dan membawa Cila untuk pergi dari sekolah.
Kenzie melihat air mata Cila semakin deras mengalir, beberapa kali Kenzie tanya jawaban Cila selalu berbohong. Kenzie harus bisa membawa Cila pulang dengan kembali menunjukan wajah manis dengan senyumnya.
Mereka sampai di rumah pohon buatan Ayah dan Ibu Kenzie. Disini sangat cocok untuk bisa menenangkan pikiran, angin yang sejuk tanpa debu dan polusi membuat pikiran semakin tenang. Perlahan Kenzie menarik Cila untuk menaiki satu persatu anak tangga menuju kerumah pohon. Cila hanya mengikuti tanpa sepatah kata yang keluar dari mulutnya.
Air mata itu masih membanjiri pipi chabi bersih milik Cila. Kenzie mengusapnya dengan sayang. "Nangis dulu, baru cerita. Beban pahit hidup lo nggak boleh dipikul sendiri, kan ada gue." Ucap Kenzie sambil memandang wajah Cila yang tengah menatap kosong kedepan.
Tiba-tiba Cila menyenderkan kepalanya pada bahu milik Kenzie. Kenzie bernafas lega kemudian tangannya mengusap pelan puncuk kepala Cila. Sedih sekali, Cila masih belum bisa leluasa untuk bercerita pada Kenzie, padahal apapun masalahnya Kenzie siap mendengarkan. "Maafin gue ya, Cil. Kalau gue nggak pernah bisa jadi pendengar terbaik lo." Ucap Kenzie dengan suara serak.
"Nggak kok!" ucap Cila bangkit dari senderan. "Kenzie selalu bisa jadi pendengar baiknya Cila, Kenzie apaan si ngomong kaya gitu."
"Terus, kenapa dari tadi nggak mau cerita?" tanya Kenzie membuat Cila terpaksa jujur.
Ia menceritakan semuanya pada Kenzie berita yang ia dengar dari Clara dengan air mata yang tak henti-hentinya mengalir deras. Kenzie juga ikut sedih, pacarnya ini ternyata masih belum bisa move on. Kenzie menarik Cila dalam dekapannya, kemudian Cila semakin kencang menangis.
"Gue bakalan bantuin lo." Ucap Kenzie sambil mengusap sayang puncuk kepala Cila.
Cila melonggarkan pelukan tersebut. "Lo serius?" tanya Cila dengan suara parau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationship Stupid [END]
Historia Corta[Ini carpen dan udah END, masih mikir-mikir buat perpanjang part-nya] Bukan hubungannya yang bodoh, tapi salah satu pihak yang sengaja bodoh demi angan-angan yang nggak akan pernah kembali nyata lagi. Untuk saat yang tak terduga mereka dipertemukan...