Prolog

200 71 77
                                    

"Pokoknya Nay nggak mau pindah!" teriak Nayya kesal sambil membanting pintu kamarnya.

Nayya kesal, sangat kesal pada mami dan papinya yang terus memaksanya untuk ikut pindah. Padahal ini kan tahun terakhir Nayya SMA. Tanggung sekali kalau ia pindah.

Sebenarnya bukan hanya itu alasan Nayya untuk tetap tinggal di Indonesia. Ada alasan lain sebenarnya, tapi mana mau Nayya ngaku. Yang ada Nayya akan benar-benar dipaksa untuk pindah.

"Mami sama papi aja yang pindah! Ngapain ngajak-ngajak aku?!"

"Harus diajak dong. Masa mami ninggalin kamu sendiri. Kamu itu perempuan, Nayya," balas mami Nayya lembut dari balik pintu kamar Nayya.

"Nay bisa jaga diri, Mami. Abang aja boleh tinggal sendirian di Jepang, masa aku nggak boleh?! Lagian aku cuma tinggal di Indonesia, tempat aku lahir." Nayya terus mengajukan protes pada maminya dari balik pintu kamar.

"Beda Nayya, kamu itu perempuan. Nggak baik ditinggal sendirian." Kali ini Papi Nayya ikut buka suara.

"Emangnya kenapa kalau aku perempuan? Mami sama Papi nggak usah mendiskriminasi gender deh," protes Nayya.

Tidak ada lagi suara yang menyahuti aksi protes Nayya dari balik pintu kamarnya. Nayya pun segera menyandarkan tubuhnya ke sofa kecil yang terdapat di kamarnya.

Nayya menegakkan kepalanya sejenak saat mendengar dering Hpnya yang terletak di atas meja. Tapi setelah melihat nama abangnya tertera di sana, Nayya mengambil Hp itu dan kembali menyandarkan kepalanya ke sofa. Nayya sudah tahu apa yang akan dibahas abangnya kali ini.

"Nayya!" teriak abangnya dari seberang telfon.

Nayya menjauhkan Hp dari telinganya sejenak. Walaupun suara Hp sudah Nayya kecilkan, tetap saja suara teriakan itu berdengung di telinganya.

"Nggak usah teriak-teriak deh, Bang," balas Nayya dengan nada kesal.

"Kamu ngapain main acara banting-banting pintu segala? Emangnya yang bangun rumah itu kamu?!"

"Ck, mami sama papi ngapain pakai acara ngadu ke Abang, sih?"

"Kamu ngapain sih, ribut sama mami papi?"

"Ya gimana lagi, mami sama papi ngeselin, sih," decak Nayya. "Masa aku dipaksa ikut pindah ke Singapura."

Dibanding orang tuanya, Nayya lebih sering bercerita pada abangnya. Ini bukan karena Nayya memiliki hubungan buruk dengan orang tuanya. Ini karena pola pikir remaja yang tidak cocok dengan pola pikir orang tua.

"Apa alasan kamu nggak mau ikut pindah?"

"Aku itu cinta Indonesia, nggak mau tinggal di negara orang."

"Cinta Indonesia atau cinta salah satu rakyatnya?"

"Itu iya juga."

Juna sudah bisa menebak jalan pikiran adiknya ini. Jelas sekali ada gelagat aneh dari Nayya. Dilihat dari seberapa seringnya Nayya mengunggah story di sosial medianya. Juna tahu, Nayya ini sedang mencari perhatian dari seseorang.

"Bang, bilangin sama mami dong, Nay nggak mau pindah. Lagian tanggung, ini dikit lagi aku lulus," bujuk Nayya dengan suara yang ia buat sehalus mungkin.

Juna dengan mudahnya luluh dengan bujukan halus Nayya. "Terus kamu tinggalnya gimana? Abang nggak setuju ya, kamu tinggal sendirian."

"Ya gimana kek. Bisa-bisa abang bujuk mami sama papi deh. Mau dititipin ke sanak saudara, tetangga, temen, panti asuhan juga boleh," balas Nayya asal.

"Sejak kapan mami sama papi punya sanak saudara?" tanya Juna.

"Bener juga, tapi abang bujuk mami sama papi, deh. Aku nggak mau pindah, ya! Aku dititipin kemana kek."

Dari seberang telfon, Juna menggaruk pangkal hidungnya yang tidak gatal. Keinginan Nayya kali ini benar-benar merepotkan. "Ya udah, Abang coba dulu. Awas aja kalau Abang dapat kabar dari mami lagi kalau kamu banting-banting pintu, dasar anak durhaka. Nggak bakal Abang bantuin lagi," ancam Juna.

"Aaa ... Jadi makin sayang abang." Nayya malah bermanja-manja.

"Dasar tukang ngerepotin!"

"Iya, Nay juga sayang Abang, much-much."

"Udah dulu, Abang mau ngomong sama mami papi dulu."

"Oke, makasih Abang!"

Setelah sambungan telfon terputus, Nayya segera meletakkan Hpnya ke atas meja dengan sembarangan. Kemudian ia melompat-lompat kegirangan di atas sofa. Sudah dipastikan kalau Juna yang berbicara dengan orang tuanya, keinginan Nayya akan dikabulkan.

🌱🌱🌱

Ketemu lagi, muehehe😆

Jangan lupa tinggalkan jejak. Kalau mau, cerita ini boleh di rekomendasikan ke teman-teman readers sekalian. Biar rame.

Ada yang mau disampaikan? DM aja, okay?

ZhafraNayyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang