📌 7 Juli 2020
© dhayucaristasy
~
Pritha menatap langit-langit kamar yang saat ini ia tempati. Sudah lima belas menit sejak ditinggal Fathur keluar, ia hanya merebahkan diri di atas kasur. Masih meratapi diri, nggak nyangka bisa pergi sejauh ini. Percaya deh, ini pertama kali dia pergi jauh tanpa keluarga.
"Ini kamar siapa ya?" gumam Pritha sambil menoleh ke kanan.
Kedua alisnya terangkat ketika melihat sebuah meja belajar dengan Al-Qur'an, buku, laptop, dan barang-barang lain. Sangat berantakan. Gadis itu bangun dan mendekat ke arah meja. Jiwa kepo akan sesuatunya kumat.
Kepala yang dibalut hijab menggeleng pelan. Bibirnya manyun, kedua alis ditekuk, dan mata menyipit melihat meja. Ditambah lagi sambil berkacak pinggang. Melihat nama Fathur di salah satu buku membuat Pritha mendengus. Perasaan bilang sama dia pulang baru dua hari yang lalu. Meja udah bisa seamburadul ini.
"Dasar ya, calon imamnya Pita." Pritha menggeleng-gelengkan kepala sembari bergumam.
Tangannya meraih satu persatu benda di sana. Menata ulang sebisanya. Soalnya kan dia nggak tahu tempat barang-barang itu.
"Ck, tripod ambruk, charger laptop masih nyambung, ini calon imamnya Pita kenapa sih?! Sengaja kali ya biar Pita belajar jadi istri yang suka rapi-rapi."
Dahi Pritha mengerut ketika melihat sebuah buku dengan nama Hasna Malikhah pada bagian sampul. Tangannya meraih buku itu, membuka halaman satu persatu.
"Aceh? Satu Agustus dua ribu dua puluh?" gumam Pritha membaca tulisan di buku.
Pritha mencoba mengingat-ingat sesuatu. Otaknya berusaha memutar memori yang pernah terjadi sekitar empat hampir lima tahun lalu. Masa putih abu-abunya. Dimana pertama kali ia mengenal sosok Fathur.
Ia ingat, dua ribu dua puluh adalah satu tahunnya tanpa Fathur. Waktu itu Fathur pergi untuk menjalani masa koas. Belum lagi salah paham yang terjadi selama dua tahun antara mereka. Dua tahun itu, ia ketinggalan apa ya?
"Eh!"
Lagi-lagi Pritha terdiam. Nama Fathur tampak tertulis di halaman bagian tengah buku. Cukup sulit untuk menemukan nama itu, apalagi tulisannya begitu kecil.
Tiba-tiba saja Pritha merasa sesak. Seluruh oksigen di kamar ini seperti menghilang setelah matanya menangkap gambar hati kecil di bagian akhir nama Fathur.
Ceklek!
"Kak Fat-loh! Kamu siapa?!"
Buku di tangannya terjatuh ketika suara dari arah pintu kamar mengusik lamunannya. Pritha refleks menoleh dan melebarkan matanya yang sedang berkaca-kaca.
Seorang perempuan dengan jilbab coklat itu maju ke arahnya dengan wajah galak. Duh, Pritha takut abis ini diusir kaya di film-film indiasiar yang sering mamanya tonton. Kan serem :(
"Kamu ngapain di kamar ini?! Gimana bisa masuk rumah! Mau maling ya?!" tanyanya galak.
"Hiks."
Pritha bukannya jawab malah nangis. Bikin bingung mbak-mbak nya ini dong. Orang ditanyain malah mewek.
"Kok nangis?" tanyanya kebingungan.
"Kok Kak Fathur jahat sama Pita. MASA UDAH LDR PITA MASIH DISELINGKUHIN!! HUWAA!! KAMU PASTI SELINGKUHAN CALON IMAMNYA PITA KAN?! HIKSS, TEGA BANGET SIH KAK FATHUR SAMA PITA!!! HUWEEE!!"
Pritha berjongkok sambil mengusap-usap matanya yang banjir air mata. Sesekali ia menggelengkan kepala tidak percaya. Meratapi nasibnya.
Udah datang sendiri ke Palembang. Dapet kejutan, ketemu selingkuhan Fathur. Double kill pokoknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menolak Ingat
Fanfiction[ Book 2 of Menolak Lupa ] [ COMPLETE ] Tidak ada yang baik. Semua yang mereka pertahankan selama hampir lima sampai enam tahun menghadirkan luka dan rasa yang tak bisa hilang. Semua terjadi, sebab, bagi lelaki ini, gadis itu bukan satu-satunya manu...