Januari itu indah

49 2 1
                                    

Kelas mulai ramai dengan sorakan gembira anak-anak di kelasku karena mendengar jam istirahat. Sekarang aku harus apa? Biasanya hanya diam dikelas dan-

Duak!

"AAHK!" terkejutku mendengar suara gubrakan di mejaku. Ternyata itu temanku, Almira.

"MWUAHAHAHA!" tertawanya dengan lantang sampai mengeluarkan sedikit air mata kegembiraan.

Ya, aku biasanya hanya diam dikelas dan menunggu Mira mengunjungi bangkuku. Dia anak yang sangat ceria di kelas. Tidak heran kalau kelakuannya sangat cerewet. Sedangkan aku? Ah, aku hanya sebongkah es yang menghindari globalisasi.

"Rani! Ayuk ke kantin. Katanya disana ada sate telor limited edition! Cepetan yuk, Ran!" tegas Mira kepadaku dengan semangat sambil menarik tanganku dengan erat. Kita pun bergegas menuju ke kantin.

Suasana kantin sangat ramai. Semua siswa berdesak-desakan untuk mengantri di lapak kantin masing-masing. Disela-sela itu semua, tangan Mira masih menggenggam erat tanganku. Genggamannya terasa sakit, tapi ini menyenangkan.

"Yeay! Akhirnya kita dapet sate telor limited edition!" teriak Mira kegirangan.

Aku ikut senang dengan Mira, walaupun ini sering kurasakan setiap hari. Hangat, aku mulai merasakan kehangatan yang nyaman dalam diriku sendiri.

"Rani, kamu kok nggak ngomong kalau beli tahu crispy juga. Minta dong!" rengeknya kepadaku.

"Aku tadi sarapan cuma sedikit, jadi aku beli jajan yang lain," jelasku pada Mira.

Tak segan-segan Mira mengambil tahunya dari wadah yang kupegang. Memang ini kelakuannya. Aku senang berbagi dengannya seperti ini.

"Ran, ajarin yang ini dong. Sekalian ngerjain pr." suara Mira tentang pekerjaan sekolah.

"Ran, ayo bantuin bawa ini ke gudang." suara meminta bantuanku.

"Ran, kamu kenal David anak sebelah nggak?" bahkan suara saat memulai topik pembicaraan semua kurasakan. Karena dia teman baikku...

Dia teman baikku...

Dia teman baikku...

Dia teman... baikku..

Dia.... meninggalkanku.

Suara cerewetnya mulai pudar ditelingaku. Sifatnya tetap tapi tak sama dengan perlakuannya terhadapku dulu. Rasa ini dingin dan tak sehangat dulu. Mira, tetap denganku, kan?

"Rani, emm. Maaf ya, aku mau ketemu seseorang. Ini penting." hanya kata itu sekarang yang ada ditelingaku. Kata-kata halus yang kupikir akan mengubah segalanya. Perasaan apa ini?

***
Kelas mulai ramai dengan sorakan gembira anak-anak di kelasku karena mendengar jam istirahat. Sekarang aku harus apa? Biasanya hanya diam dikelas dan... kali ini hanya diam. Ya, itu lebih baik. Aku jarang bersosialisasi dengan orang disekitar. Sungguh, aku terlalu sensitif.

Duak!

Ah, ada bola datang dan terkena kepalaku. Mereka selalu bermain di kelas. Bolanya ada didekatku sekarang. Kulempar atau kubocorkan pakai gunting?

"Heh, ambilin bolanya!" ucap salah satu anak untuk menyuruhku mengambil bola. Cih, wajahnya terlihat tanpa dosa.

Aku banyak berpikir hanya untuk mengembalikan satu bola ke satu orang. Tatapanku menajam melihat mereka dan ingin berteriak 'kenapa harus di kelas kalau ada lapangan'. Kutendang bolanya kearah mereka dan langsung pergi keluar kelas dengan langkah cepat. Baik, sekarang mereka menganggapku aneh.

Sekarang aku harus kemana? Menyusul Mira kah? Aku ingin melihatnya sesekali. Di setiap sudut sekolah, aku mencarinya dari depan sampai belakang. Dan aku melihatnya bersama temannya yang lain di dekat kantin. Mira pernah bercerita bahwa dia adalah teman masa kecil, namanya Audy. Pasti yang namanya teman masa kecil sangat akrab. Sedangkan aku? Aku... hanya bertemu dengannya saat masa orientasi saja. Aku... hanya kenalannya saja.

Manusia JanuariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang