Penasaran

16 3 0
                                    

Di meja baca bagian pojok, cahaya yang datang dari arah jendela begitu terang. Terlihat pula langit yang cerah, membuat jiwa menjadi tenang. Serasa berlibur di sebuah villa dengan sekiling pemandangan yang asri.

Namun, tidak dengan suasananya. Disini masih terdengar bising suara kendaran yang berlalu-lalang. Mahasiswa datang dan pergi, tak lengah dari mereka yang membawa motor sport dengan suara yang sangat mengganggu.

Tak bisa dipungkiri, kini gedung ekskul juga sangat berisik dengan suara musik. Mulai dari musik rock, hingga tepukan rebana musik hadroh.
Mereka berlatih untuk memeriahkan event yang akan diagendakan.

Rara, bagaimana dengannya?

Dia tak bisa memprotes dengan keadaan ini. Baginya ini sudah menjadi santapan sehari-hari. Meskipun ia harus berkonsentrasi mencerna tulisan dihadapannya. Namun, ia tetap bisa mengambil posisi yang mantap untuk mengalihkan perhatiannya dari suara-suara itu.

.......

Fadil yang kini tengah duduk di kursi di samping Rara. Mungkin sudah bebrapa menit disana, tapi mereka tidak ada satu kata pun yang terucap. Sombong, tentu saja tidak. Mereka hanya tidak ingin mengeluarkan kata yang tidak perlu.

Entah kurang nyaman atau bagaimana. Rara mengangkat tubuhnya dan berkata,

"Kak Fadil, aku duluan kak." sembari menyaut buku yang ia baca tadi.

"Heh, kamu udah mau pulang?" tanya Fadil bingung. Tidak biasanya seorang Rara yang selama ini ia tahu sangat betah di perpustakaan. Tiba-tiba saja belum ada 30 menit Rara sudah ingin pergi.

"Iya kak, ada seseorang yang harus saya temui." jawab Rara.

"Oh, iya udah. Hati-hati di jalan." kata Fadil, tak ia tanggalkan senyum untuk Rara.

Rara mengangguk, dan pergi meninggalkan perpus. Entah siapa kali ini yang akan Rara temui.

Diam-diam Fadil membuntuti Rara keluar. Dia penasaran. Sebenarnya pun, sejak Fadil melihat Rara yang sering duduk di pojok perpus membuat ia penasaran.

Sehingga, yang dulu Fadil ke perpus hanya untuk mengerjakan tugas, kini tidak lagi. Fadil lebih sering dari biasanya. Tak lain untuk mencari tahu seorang yang sudah membuatnya penasaran.

Bahkan tragedi buku di rak kemarin adalah hal yang sebenarnya ia sengaja. Untuk bisa mengenal sosok wanita yang kerap dipanggil Rara.

Tak jauh, ternyata Rara, hanya berjalan menuju kursi bawah pohon depan kampus. Fadil mengamati dari serambi kampus lantai 1. Fadil duduk dikursi sembari memperhatikan gerak-gerik Rara.

Dorrrr!! Suara letusan diatas kepala Fadil. Author sedang berimajinasi, di atas kepala Fadil ada letusan karena melihat Rara :v.

Rara di datangi oleh seorang pria yang mengendarai motor scoopy dengan warna abu-abu. Dilihat dari penampilannya, dari bawah hingga atas, pria itu terlihat kekinian. Bahkan ketika ia melepas helmnya, ia terlihat begitu tampan.

"Siapa sebenarnya pria itu?" gumam Fadil.

Hati Fadil semakin memanas. Setelah pria itu memberikan sebuah bingkisan untuk Rara. Tak lupa pria itu tersenyum pada Rara. Fadil ingin menghentikan. Namun ia sadar, ia bukan siapa-siapa. Fadil menciut merasa tak pantas. Fadil tak ingin melihat mereka berdua lagi dan pergi menuju kantin.

...

Rara, dan pria itu masih di bawah pohon. Mereka terlihat begitu asyik mengobrol. Tak lupa mereka berdua juga saling melempar senyum. Bahkan sesekali bercanda tawa.

Lalu bagaimana dengan Fadil?
Fadil duduk dikantin, makan bakso, sambil menusuk-nusuk bakso melampiaskan kekesalannya. Pikirannya kacau, kesal, rasanya ingin berperang dengan pria itu.

"Siapa dia sebenarnya?" kata Fadil dengan menusuk-nusuk baksonya. Bahkan ia tak peduli dengan orang-orang disekitarnya yang melihat.

"Ah, baru maju satu langkah. Udah ada hambatan." kata Fadil yang tambah kesal.

"Ah, sudahlah. Ngapain mikirin orang gak penting." lanjutnya.

Walaupun Fadil bilang gak penting, tapi dia masih saja terfikirkan Rara dan pria tadi. Semakin Fadil ingin melupakan kejadian itu, semakin tidak bisa hilang dari ingatan.

Setelah baksonya habis, Fadil bergegas untuk pulang. Ia mengambil motor di parkiran, dan "breemm breeemm..." ia menstater motor dan melaju.

...

Di perjalanan pulang, tibalah di lampu merah. Fadil yang sedari tadi bawa motor ngebut, kini ia rem dengan perlahan. Banyak sekali truk-truk besar di depan. Lalu Fadil mencoba cari celah, untuk ke depan.
Benar di depan hanya ada beberapa motor yang berhenti.

Namun Fadil, lagi-lagi merasa kesal. Fadil melihat Rara dengan motornya berdampingan dengan pria yang tadi bertemu Rara. Masih sama, sesekali sembari menunggu lampu hijau nyala, mereka saling melemparkan kalimat.
Mereka terlihat begitu akrab. Lalu ada hubungan apa mereka?

....

Waah lama gak update, sekalinya update gak banyak.. hehe😁
Mon maap, kalau ceritanya makin nglantur.. semoga menghibur..

Jangan lupa masukannya..
Kasih vote, dan follow author.. biar author lebih semangat lagi dan tambah maju..😊😊
Terimakasih🙏

DreamerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang