Hai, semoga suka sama cerita ini. Tapi sebelumnya, mohon maaf kalo part ini agak cringe. Soalnya riset ku tentang kehidupan di pondok pesantren masih kurang. Jadi mohon maaf kalo mungkin ada yang salah.
Happy Reading.
Jangan lupa tekan tanda bintang 🌟.
.Satu jam sebelum azan subuh berkumandang, para santri dan santriwati sudah banyak yang bangun. Mereka lantas mengambil air wudhu untuk selanjutnya melaksanakan solat malam dua rakaat. Walaupun tidak sedikit dari mereka yang masih tertidur pulas.
"Bangun, woy. Bangun!" Sebuah bantal berhasil mendarat dengan sempurna pada wajah yang masih terlelap itu.
"Lima menit lagi ...," jawabnya lesu kemudian mengubah posisi tidurnya menjadi lebih baik.
"Kamu lupa? Hari ini jadwal patrolinya Ustadz Naufal?"
"Astagfirullah!" Cowok itu berseru kemudian dengan cepat bangkit dari tempat tidurnya.
"Ayok cepat ambil air wudhu, abis itu kita ke masjid nunggu waktu subuh!"
Cowok tadi lantas keluar dari dalam kamar pondok bersama beberapa santri yang lain. Mereka mengantri untuk mengambil air wudhu. Hal seperti ini sudah biasa terjadi di lingkungan pondok.
***
"Agenda setelah solat subuh, apa?" Pria dengan baju koko berwarna putih itu meraih peci yang tergeletak di atas meja kemudian memakainya.
"Ngaji pagi sebentar. Abis itu semuanya siap-siap buat berangkat sekolah."
Naufal Azhar Muzakki, pria itu menggelengkan kepalanya pelan. "Bukan itu, tapi bukannya hari ini ada jadwal razia pondok?"
Orang yang ditanya lantas menoleh kemudian mengangguk.
"Seperti biasa. Yang punya jadwal ngisi ngaji pagi setelah subuh, sisanya kita razia pondok." Muhammad Nizar itu tersenyum tipis sembari memakai jam tangannya.
"Tapi para santri, nggak ada yang tau kalau pagi ini ada razia?" tanya Naufal mendudukkan bokongnya di samping tempat tidurnya.
"Nggak ada."
"Baguslah."
"Ya udah, ayok ke masjid. Bentar lagi subuh, kita solat berjamaah." Nizar membenarkan posisi peci yang dikenakannya. Pria berusia dua puluh dua tahun itu tersenyum menatap dirinya di depan cermin.
"Ustaz Yusril, mana?" Naufal mencari keberadaan salah satu temannya.
"Bangunin santri yang lain."
Naufal mengangguk, pria berusia dua puluh satu tahun itu mengambil sajadah miliknya kemudian menyusul Nizar yang sudah keluar lebih dulu.
Naufal berjalan menuju masjid untuk melaksanakan solat subuh, karena beberapa menit lagi azan akan berkumandang. Para santri berbondong-bondong supaya tidak terlambat untuk solat berjamaah.
***
Selesai solat berjamaah, Naufal menyenggol lengan Nizar yang duduk di sampingnya. Memberi isyarat para pria itu untuk keluar masjid, sementara para santri dan santriwati akan mengikuti ngaji pagi bersama ustaz Riza, salah satu ustaz senior di pondok pesantren ini.
Beberapa pengurus pondok yang lain juga sudah terlihat siap untuk melakukan razia pondok.
Naufal masuk ke dalam kamar pondok nomor lima belas bersama tiga pengurus lainnya, salah satunya adalan Yusril.
"Ehh, aku nemu snack!" seru Yusril saat membuka salah satu lemari santri dan menemukan satu kantong plastik berisi makanan ringan.
"Ustaz ... taruh!" peringat Naufal.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOVELLA [Hiatus]
Teen Fiction"Maaaakk pengen punya jodoh kayak Kim Namjoon!" "Pengen Kim Namjoon, tapi yang versi seiman."~Elleana Nafizatuz Zahra "Gue amiinin juga doa lo lama-lama, Ell!" *** "Saya terima nikahnya Elleana Nafizatuz Zahra binti Abraham Santoso dengan maskawin S...