Peran pendidikan Islam dalam mengembangkan ilmu pengetahuan

1 0 0
                                    

Pendidikan yang umum dalam bahasa arab “Tarbiyah” dengan kata kerja “ Rabba”. Kata pengajaran dalam bahasa arabnya “Ta’lim”  dengan kata kerja “Alamu”. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa arabnya “Tarbiyah Wa Ta’lim”. Sedangkan pendidikan agama islam dalam bahasa arabnya “Tarbiyah Islamiah”. Pendidikan secara teoritis mengandung pengertian “memberi makan” kepada jiwa anak didik sehingga mendapat kepuasan rohaniah, juga sering diartikan dengan “menumbuhkan” kemampuan dasar manusia.

Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan sebagai upaya untuk memajukan budi pekerti pikiran serta jasmani anak agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya. Lebih lanjut lagi beliau menjelaskan (kerja Ki Hajar Dewantara 1962) menjelaskan bahwa pendidikan umumnya berarti daya pekerti (kekuatan batin, karakter, pikiran (intelektual) dan tubuh anak dalam pengertian taman siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian itu, agar supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya. 

Pendidikan islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah sebagaimana islam telah menjadi pedoman bagi seluruh pepek kehidupan manusia.
Pendidikan islam menurut Drs. Ahmad yaitu bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum. Hukum agama islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran islam. Pendidikan islam berati sistem pendidikan yang memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupan sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai islam yang telah menjiwai.

Peran pendidikan Islam terhadap pendidikan nasional yaitu sebagai mata pelajaran wajib serta mempercepat proses pencapaian tujuan pendidikan nasional. Memberikan nilai pada mata pelajaran umum. (Gunawan: 2018: 22) mengatakan bahwa kesejahteraan duniawi harus terlebih dahulu dicapai untuk memperoleh kesejahteraan duniawi hanya diperoleh melalui ilmu dan teknologi, maka umat islam harus terlebih dahulu menguasai ilmu dan teknologi itu. Dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 151 memberikan kesan mendalam, bahwa target pendidikan Al-Quran adalah meningkatkan kualitas diri manusia dalam semua aspeknya, baik kaidah, ibadah, akhlak, Spiritual, sosial,  pemikiran, maupun jasmani secara menyeluruh dan seimbang sehingga dapat menyampaikan seorang hamba kepada tingkat penghambaan diri secara mutlak kepada Allah Swt.

Sikap duniawi umat pernah terlalu kuat, sehingga Allah perlu memperingatkannya: Dalam surah At-Taubah: 122 rumusan "tiada seharusnya... Semuanya" mengundang isyarat bahwa sikap menduniawi itu tidak terpuji, tetapi harus selalu proporsional.  Supaya proporsinya selalu terjaga, perlu dibentuk  suatu kelompok yang khusus mendalami agama.  Di dalam bahasa pembangunan sekarang, tugas kelompok itu dapat dirumuskan sebagai pemberi arah dan landasan moral pembangunan fisik material. Namun disinilah permasalahannya,  titah Allah tentang penguasaan ilmu dan teknologi dan adanya kelompok yang mendalami pengetahuan agama tampak belum sepenuhnya dilaksanakan oleh umat islam indonesia.

Sebab realitanya,  lembaga-lembaga pendidikan negeri hanya mampu menghasilkan manusia pemakai ketimbang pencipta. Memang ada lembaga-lembaga pendidikan dan riset ilmu dan teknologi (IPTEK), namun keberadaannya masih sedikit, dan keberhasilannya terkesan lamban. Dan paling ironisnya menyikapi keadaan tersebut, justru umat islam berlomba-lomba mendirikan lembaga-lembaga yang berlabel islam yang hanya mengajarkan di dalamnya pendidikan agama, dengan doktrinisasi seakan itulah satu-satunya jembatan menuju surga. Akibatnya, lembaga pendidikan umum yang dimiliki mereka jumlahnya dapat dihitung dengan jari, belum lagi persoalan mutunya.

Akhirnya, dalam kurun waktu yang masih culup lama, penguasaan ilmu dan teknologi di kalangan umat Islam masih akan mengalai banyak kendala. Dan kendala bagi umat berarti kendala bagi bangsa Indonesia, karena mereka merupakan mayoritas penduduk. Tetapi saynagnya, mayoritas umat islam terlalu sibuk dengan hal-hal yang sifatnya seremonial: masjid, majelis taklim, haji, dan lain-lain yang tampaknya mereka pandang merupakan jembatan terkukuh menuju surga. Akibatnya, pengusaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi terabaikan. Padahal, sebagaimana sudah dijelaskan diakhirat (surga) direbut dnegan kehidupan dunia, dan kehidupan dunia hanya dapat direbur lewat ilmu dan teknologi. Jadi,  menjadikan hal-hal yang betsifat rohani diatas sebagai jembatan menuju surga amatlah rapuh.  Bahkan untuk mencapai jembatan itu saja, tanpa penguasaan ilmu dan teknologi, umat islam akan perlu bantuan. Dan bantuan disini, artinya ketergantungan.

Dengan demikian, yang diperlukan muslim Indonesia sekarang adalah jembatan berupa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diimbangi pendididkan agama yang efektif. Sebab, jembatan itulah yang akan mampu mengantarkan umat islam menjadi pihak yang menentukan, bukan ditentukan, menjadi umat yang memperebutkan, bukan selalu yang diperebutkan.
Jadi, peran pendidikan islam sangat dekat dan menampakkan kepedulian terhadap mengembangkan ilmu pengetahuan. Seperti misalnya, di era sekarang yaitu berkembangnya teknologi. Dengan adanya kemajuan tersebut dipergunakan  untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan pendidikan agama islam sebagai pedoman kuat ketika sedang menggunakan teknologi tersebut.

WORKHOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang