Satu

69 13 0
                                    

Semoga kalian suka.
Selamat membaca :)

Hembusan angin malam yang dingin menyapa pelan wajah dari seorang gadis bernama Salsya, Salsya Syakilla Azhar. Seorang anak dari Pemilik perusahaan properti Azhar Corporation. Rambutnya yang bergelombang ikut bergerak ke belakang. Ia sedang berdiri di balkon rumahnya. Suara kendaraan saling bersahutan terdengar sangat nyaring di telinga karena memang rumahnya berdiri di kawasan kota metropolitan, Jakarta.

Ia menghela nafasnya pelan dan bergumam,"Nasib gue gini amat ya."

Tubuhnya dibalut piyama tidur bergambar hello kitty. Terkesan bertolak belakang dengan sifatnya yang jutek dan datar.

Suasana yang semula tenang kini berubah menjadi rusuh setelah kedatangan Fika—mamanya yang pulang larut malam. Hidupnya yang semula tentram, aman dan damai kini berganti menjadi resah, rusuh dan ribet.

Setelah cukup pegal berdiri, ia kemudian membaringkan tubuh kecilnya ke atas kasur bergambar hello kitty. Matanya terpejam menikmati alunan lagu Waktu Yang Salah dari Fiersa Besari.

Pergi saja engkau pergi dariku...
Biar ku bunuh perasaan untukmu...
Meski berat melangkah hatiku hanya tak siap terluka...

Beri kisah kita sedikit waktu, semesta mengirim dirimu untukku...
Kita adalah rasa yang tepat di waktu yang salah...

Cklek...

Pintu kamar Salsya dibuka dengan pelan oleh Hendra—papanya. Ia menyembulkan kepalanya diantara pintu berwarna abu- abu tersebut.

"Boleh papa masuk?" tanya Hendra melirik ke arah Salsya yang sedang tengkurap. Salsya kemudian mengangguk pertanda ia menyetujuinya.

Hendra terduduk di ujung kasur Salsya. Ia menatap putrinya lekat, ternyata ia tidak sadar bahwa putinya kini sudah tumbuh besar dan memiliki paras yang cantik.

Salsya merubah posisinya yang tadinya tengkurap menjadi duduk tegak. Ia melepas headset yang menyumpal telinganya.

"Ada apa, Pa?" tanya Salsya dengan dahi berkerut.

"Begini Nak, sekarang kamu sudah besar, kamu berhak menentukan jalan hidupmu sendiri. Papa sudah tidak bisa lagi mempertahankan keluarga kita. Papa sudah muak dengan kelakuan Mama kamu yang setiap hari pulang larut malam," jelas Hendra menundukkan kepalanya.

"Jadi Papa mau tanya, kamu mau ikut sama siapa? Mama atau Pa—"

"Tunggu dulu, Pa. Maksudnya apa nih? Papa ngomong gini sama aku."

"Papa akan menceraikan Mama kamu."

Mendengar hal itu matanya langsung berkaca- kaca. Salsya sangat sensitif jika harus dihadapkan dengan persoalan yang membawa nama Mamanya. Ia tahu, Mamanya sering pulang larut malam, tapi entah kenapa hati kecilnya tidak bisa menerima jika Mamanya harus pergi jauh dari rumah ini.

"Kenapa Pa, kenapa harus berujung perceraian, kan bisa diomongin secara baik- baik, emang Papa gak kasian sama aku sama bang Revan. Dimana hati nurani Papa sebagai Ayah, dimana?" ujar Salsya menangis sesenggukan, air matanya sudah tak mampu untuk dibendung.

"Sya, dengerin Papa dulu, Papa udah coba bicarain masalah ini secara baik- baik tapi apa? Mama kamu masih saja pulang lariut malam. Dia tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan Papa, Dia egois Sya, benar- benar egois," matanya memerah menahan tangis.

"Terserah Papa, aku gamau denger. Aku pusing pa, aku pusing liat Papa sama Mama berantem hampir tiap hari, aku malu. Aku sering diomongin di sekolah gara- gara masalah ini. Aku gak bisa komentar, TERSERAH!!"

Salsya memegang kepalanya dengan berurai air mata, ia mengacak- acak rambutnya karena sudah tidak tahan dengan alur kehidupannya. Kepalanya pusing, pandangannya buram, atmosfernya mendadak gelap. Sedetik kemudian tubuhnya ambruk.

"SALSYA!!"

____

Gimana?
Ya allah ini pendek banget, gpp ya, baru permulaan soalnya :D

Tbc..

SALSYA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang