Part 2

25 4 0
                                    

Sorry jika masih banyak kesalahan and happy reading guys!!

.
.
.

--------------------000------000----------------------

"Kalau bukan karena desakan orangtua ku, aku juga tidak akan menikahimu"

"Kau hanya barang bekas yg sudah di buang"

"Kau hanya laki-laki tidak berguna yang mengemis pekerjaan padaku"

"Harusnya kau bersyukur karena aku sudah mengangkat drajatmu"

....

Sesuatu yg buruk itu.... Semua yg dia benci seakan terputar kembali di ingatannya. Mengusik pikirannya, membuat hatinya terasa sangat sakit

Tangannya mengepal sangat erat, matanya terpejam rapat rapat, keringat dingin semakin terlihat di wajahnya.

"Ught..ssstt"

Semua itu membuat kepalanya terasa sangat sakit.

"Kenapa... Ught.. Sakit sekali"

Kai merintih kesakitan, memegangi kepalanya yang seakan akan ingin meledak saat itu juga.

"Kau tidak berguna... Laki-laki tidak berguna... Barang bekas yang sudah di buang"

Kata kata itu terus mengitari pikirannya. Membuat Kai semakin merasa sakit, dan bertambah sakit setiap detiknya.

"Kai.. Are you oke?"

Daniel yang terbangun dari tidur malamnya seketika merasa panik melihat keadaan suaminya seperti itu. Suara rintihan Kai terdengar sampai ruang tamu dimana Daniel tidur. Mereka memang sudah menikah lagi. Tetapi melihat kondisi Kai yang belum benarkah benar percaya pada Daniel, Daniel lebih memilih mengalah. Membiarkan laki-lakinya merasa nyaman terlebih dahulu di dalam rumahnya.

"Ught.. Sakit Daniel.. Tolong.. Ah"

Kai meramas kepalanya sendiri, mencoba membuang rasa sakit yang tidak mau pergi darinya.

Daniel pov

Tuhan.. Apa yg terjadi padanya? Apa yang harus aku lakukan?

"Kai.. Aku mohon jangan mencoba mengingat sesuatu, apapun itu.. Aku mohon"

Dia tidak mendengarkan aku sedikit pun. Wajahnya semakin pucat, tubuhnya pun bergetar hebat.

"Aku.. Hanya ingin mengingat sedikit tentang kamu Daniel, sedikit ingatan tentang masalalu kita"

"Tidak tidak..  Kamu tidak perlu mengingat itu Kai, tidak perlu"

Kalau aku bisa meminta, aku mohon jangan biarkan dia mengingat aku di masa lalu, hapus semuanya. Lebih baik dia tidak mengenaliku daripada dia kembali ke masa yg menyakitkan itu.

"Tenanglah... Jangan memaksa, tenang. Tak apa jika kamu tidak mengingatku, percaya lah aku juga tidak masalah. Aku akan membantu mu mengingat secara perlahan. Tapi berjanji lah jangan coba mengingat sesuatu lagi, aku takut melihat mu seperti ini"

Cengkramannya ditanganku mulai melemah, bahkan nafasnya sudah mulai teratur normal kembali. Terimakasih tuhan..

Lebih baik aku kehilangan perasaan cinta itu daripada orang yang aku cintai mengingat semua kesakitan yang pernah aku berikan padanya dulu

......

Perlahan matahari mulai mengingintip dari ujung timur.. Mengantar kehangatan di pagi yg masih berselimut kabut.

"Ngghh"

Lenguhan laki-laki tampan berpiyama navi yang mulai terusik dengan hadirnya sang mentari.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang