Ini sudah hampir enam jam sejak Soobin pulang dari kediaman keluarga Wang. Ia habis pergi ke rumah duka bersama ibunya yang kebetulan berteman dengan ibu Yiren.
Kematian Yiren entah bagaimana begitu berdampak pada Soobin. Padahal pemuda itu tidak begitu mengenal Yiren, mereka hanya teman satu sekolah yang kebetulan berhubungan dengan murid misterius yang sama.
Sial! Sekarang Soobin bisa mendengar suara-suara aneh itu lagi.
"Coba deh lo ngaca."
Suara itu seakan memerintah Soobin. Seperti sebuah robot yang diperintah dan digerakkan oleh seseorang, Soobin mulai berjalan menuju cermin setinggi hampir 2 meter di kamarnya.
"S—shit!"
Di cermin, Soobin bisa melihat lengan dan wajahnya yang penuh lebam. Begitu pun kakinya yang dibalut celana pendek sepanjang tiga perempat.
Dengan panik, pemuda itu langsung melepas kaosnya.
Dan, boom! Tubuhnya benar-benar penuh memar.
"I—ini kenapa?!" gumamnya.
Ia meraba seluruh tubuhnya tanpa melepas pandangan dari cermin. Tubuhnya jauh lebih mengerikan daripada sebelumnya. Malah, ada darah yang mengalir dari salah satu lebam di dadanya.
Pikiran Soobin begitu kacau. Ia ketakutan dan bingung. Tubuhnya pun bergetar hebat.
"HAHAHAHAHA!!!"
Suara aneh itu mulai tertawa. Suara itu seperti menertawakan keadaan Soobin yang memprihatinkan.
"Kalau sudah begini, mau gimana? Mati saja sekalian, HAHAHAHA!"
Soobin menutup telinganya rapat-rapat, berusaha menangkal suara mengerikan itu agar tidak memasuki indera pendengarannya. Sayang, suara tawa itu justru semakin keras dan membuatnya takut.
"MATI SAJA, HAHAHAHA!!"
"Setelah segala kebohongan yang lo buat demi menjatuhkan kehidupan Lia, setelah segala drama yang lo lakuin, lo pantesnya mati! Lo seharusnya bunuh diri sekarang!"
Kini, pantulan diri Soobin di cermin tidak menunjukkan gerakan yang sama dengan dirinya yang asli.
Pantulan dirinya di cermin sedang tertawa sambil menunjuk dirinya yang asli. Matanya merah melotot dan masih dengan lebam dan darah di sekujur tubuhnya.
"To—tolong!!" pekik Soobin ketakutan.
Tangan pemuda malang itu tiba-tiba bergerak sendiri mengikuti gerakan Soobin versi cermin. Yang awalnya berada di kedua telinga, kini berpindah ke arah leher secara perlahan.
Kedua tangannya mulai mencekik lehernya sendiri. Soobin menangis sambil terus berteriak meminta tolong, sedangkan pantulan dirinya di cermin melakukan hal yang sama sambil terus tertawa dengan mata melotot.
"MATI! HAHAHAHA!"
"I—IBU! TOLONG!"
Napas Soobin semakin tercekat tatkala tangannya semakin kuat meremas lehernya. Saluran pernapasannya seperti semakin tertutup. Ini sungguh bukan keinginannya, ia seperti sedang digerakkan!
"TO—TOLONG!!"
BRAK!
"Soobin— ASTAGA!"
Pintu kamar Soobin terbuka dengan kencang, menampilkan sosok ibunya dengan wajah terkejut bukan main.
Di hadapan sang ibu, Soobin sedang mencekik dirinya sendiri dengan tubuh yang penuh lebam dan luka. Matanya terus mengeluarkan air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Children of Hell (✔️)
FanficMereka, 7 anak SMA yang tidak biasa-biasa saja. warning! dark theme. revision version.