Terbangun di ruangan yang asing dengan kepala yang terasa sangat sakit adalah hal yang tidak pernah seorang pun ingin rasakan. Terutama perempuan yang sekarang sedang terduduk di tempat tidurnya dan memegang kepalanya. Dirinya berusaha untuk turun dari tempat tidur dan membiarkan kakinya berjalan untuk mencari minum—berharap meminum segelas air mineral dapat menghilangkan rasa sakit kepalanya.
Sudah cukup aneh dengan dirinya hampir melupakan semua hal yang pernah ia lakukan sebelumnya. Hal yang ia ingat hanyalah profil dirinya sendiri, sisanya tidak ada. Pikirannya terasa kosong.
"Gue amnesia apa gimana sih? Tapi masa ga di rumah sakit?" pikir perempuan itu.
Setelah gadis itu sampai di dapur, dirinya segera mengambil segelas air dan segera meneguknya hingga habis. "Nama gue Liana Adiska Diora, umur 16 tahun, apalagi... masa gue cuman inget itu doang? Seriusan ini?" gumam gadis yang bernama Liana itu.
Liana menatap sekitarnya, mencoba untuk mengumpulkan memori yang ia rasa hilang secara tiba-tiba dari kepalanya. Bahkan di kamar tidur tempat ia terbangun tadi terasa asing baginya, tetapi tetap saja tubuhnya terasa seakan-akan sudah mengenal dengan baik tempat ini.
"Gue... sendirian? Ga ada keluarga? Hah? Ini gue lagi mimpi ga sih?" tanya Liana pada dirinya sendiri dan dengan sengaja mencubit dirinya untuk mengetes pertanyaannya. "Aduh, sakit...." keluhnya begitu merasakan ada rasa sakit yang ia rasakan pada permukaan kulitnya.
Liana mulai berjalan keluar dari dapur dan menelusuri setiap bagian dari ruangan yang ia kunjungi. Bukan main, dia tidak mengingat sama sekali setiap hal yang berada di dalam rumah ini. Walaupun begitu, kakinya tetap berjalan santai seperti sudah familiar dengan sekitarnya.
"Apa gue keluar rumah aja? Iya 'kan? Siapa tau ada orang yang gue kenal gitu." Liana menjentikkan kedua jarinya dan kembali bergegas naik ke lantai 2 masuk ke dalam 'kamar tidur'nya. "Bodo amat lah ini rumah siapa," ujarnya saat membuka lemari pakaian yang ada di dalam 'kamar'nya.
Liana baru saja menarik satu pakaian yang tergantung di dalam sana. "Ini 'kan... emang baju gue? Jadi ini tempat tinggal gue?"
Alih-alih berpikir lebih lanjut perihal kebingungan kepemilikan tempat tinggal ini, Liana kembali mencari pakaian yang akan ia kenakan untuk keluar rumah. Berakhir dirinya hanya memakai pakaian yang sederhana, kaos putih dengan gambar mickey mouse di sebelah kiri dan celana jeans hitam.
Liana yang masih merasa asing dengan sekitarnya langsung saja bergegas keluar dari rumah itu tanpa membawa apapun. Bahkan, ia sendiri tidak tahu bagaimana model rumahnya merasa terkaget saat melangkahkan kaki keluar dari pintu.
Rumahnya memiliki halaman depan yang tidak begitu luas, tetapi terlihat sangat asri dengan kumpulan beberapa tanaman pot yang disimpan pada bagian pinggir halaman rumahnya. Terdapat bangku taman berwarna putih yang muat untuk diisi dengan 3 hingga 5 orang.
Liana tidak mengingat dirinya tinggal di tempat seperti ini. Ralat, Liana bahkan tidak mengingat apapun peristiwa yang terjadi sebelum ia terlelap tidur di kamarnya. Memorinya seakan-akan mengalami reboot seperti penghapusan seluruh data pada handphone.
Kakinya membawanya berjalan keluar dari lingkup halaman rumahnya. Liana hanya bisa menaruh kepercayaan pada kakinya untuk mengajaknya berjalan-jalan dan berharap tidak akan tersesat sampai tidak dapat kembali ke rumah yang Liana sama sekali tidak hafalkan alamatnya.
Ia berjalan di daerah pejalan kaki yang tidak begitu ramai, begitu dengan jalanan raya yang tidak begitu ramai dengan kendaraan. Entah sudah berapa menit dirinya terseret dibawa oleh kakinya sendiri, tetapi Liana dapat menyimpulkan bahwa dirinya telah sampai di sebuah taman tempat orang bersantai ataupun berpiknik.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Butterfly Effect | Zhong Chenle
FanfictionKupu-kupu yang mempertemukan mereka secara tiba-tiba, tetapi apakah itu sebuah kebetulan? haeflows, july 2020.