Bapak Dosen Gapil

29 4 8
                                    

"Tidak ada manusia yang kejam. Hanya saja dia kalah dalam peperangan melawan hawa nafsunya."

.
.
.

Author balik lagi! Hohohoho.
Semangat penuh cinta❤


Pak Azka pov

"Saya jam 10 nanti akan meluncur ke Surabaya untuk menemui orang tua kamu!"

"Hah---apaaa ...?" suara Aina naik satu oktaf. Pak Azka mengamati ekspresi kekagetan Aina dengan lekat-lekat.

"Iya, saya serius hari ini saya akan kerumah kamu," jelas lagi si pemilik nama Azkabila Daulay itu.

"Bapak bercanda ya? Ah bapak ini suka sekali becanda," celetuk Aina menambah geram nya Pak Azka.

"Meskipun saya suka bercanda, tapi saya tidak pernah main-main dengan ke Ridho-an orang tua."

Aina hanya terdiam, nyali untuk menimpali Pak Azka kembali menyiut. Hanya terdengar helaan nafas berat yang keluar dari Aina. Entah apa yang di pikirkan wanita berjilbab syar'i itu. Yang bisa Pak Azka lakukan hanya mengamati wanita yang diam-diam disukai itu.

"Tapi Pak! Saya itu masih kecil! Saya belum siap," ucap Aina menunduk tak berani memandang dosen didepan nya.

"Bahahaha," Pak Azka tertawa terpingkal-pingkal mendengar apa yang telah diucapkan Aina. Ditambah lagi raut ketakutan yang tercipta di wajah Aina sangat menggemaskan. "Siapa juga yang mau melamar kamu. Sampai kamu harus bilang saya belum siap," lanjut Pak Azka kembali menertawakan Aina.

Wajah Aina kemudian terangkat dengan sempurna, ia memicingkan mata kepada dosen gapil tersebut. Ya gapil sinonim dari kata rese usil ataupun menyebalkan. Pak Azka telah berhasil membuat Aina sangat malu, gugup, emosi jiwa, dan rasa campur aduk di dadanya.

Bagaimana mungkin Aina bisa memikirkan pernikahan terjadi secepat itu? Padahal Pak Azka tidak berniat untuk melamarnya melainkan hanga ingin bersilaturahmi dengan Bang Syarief, teman satu komunitas pecinta motor.

Pak Azka memang menyukai Aina tapi tidak bisa dipungkiri bahwa dia juga belum ada keinginan untuk menikahi Aina secara cepat. "Kamu jangan ke geeran ya Aina. Masih banyak urusan yang saya harus selesaikan sebelum menikah, jadi jangan harap saya akan mau melamar kamu."

"Tau ah pak! Jika tidak ada kepentingan biarkan saya kembali ke kelas untuk mengerjakan tugas. Jika saya disini terus bisa-bisa saya gila!" tukas Aina.

"Silahkan, pintu tidak pernah saya tutup. Silahkan kembali ke alam mu Aina Kaliya Miregar! ucap Pak Azka yang juga memutar kursi singgah sananya hingga membelakangi keberadaan Aina.

"Hihh sabar Aina sabar. Kamu nggak boleh kepancing emosi bapak dosen pembimbing kamu sendiri," batin Aina yang segera meninggalkan ruangan tersebut. Dia merutuki dirinya sendiri bagaimana mungkin ia mengucapkan hal konyol tersebut kepada Pak Azka. Itu hal yang sangat memalukan Aina.

Setelah kepergian Aina Pak Azka menatap pintu dengan wajah berseri-seri. Senyuman lengkung tercetak jelas diwajahnya. Semenjak Pak Azka sering dipertemukan Aina dengan menjadi dosen pembimbing nya ia tidak bisa sekedar menghapus senyuman kecil Aina. Entah apa yang merasuki Pak Azka sampai ia memang benar-benar menyukai Aina secara diam+diam. Benarkah Aina akan menjadi tambatan hati seorang dosen muda pemilik gelar Magister Humaniora?

*****

Allahu Akbar ... Allahu Akbar ....

Suara adzan ashar berkumandang keras dari speaker masjid area cost nya. Beberapa jam yang lalu ia pulang sendirian karena Manda masih harus rapat dengan teman-teman nya. Bukan perihal mudah bagi Aina dia pulang menaiki ojek online. Kini Aina sedang disibukkan dengan bisnis online nya. Sesaat ia mendengar adzan ter lantunkan ia langsung berhenti untuk mendengar dan menjawab adzan.

Pangeran SarjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang