Prolog

38 7 4
                                    

Cinta.

Merasakan sesuatu yang dinamakan cinta memang akan selalu menyenangkan. Terlebih jika seseorang itu benar-benar membuat kita merasa aman dan nyaman.

Waktu demi waktu juga tidak terasa terlewati dengan cepat dan selalu ingin saat-saat kebersamaan terulang lagi dan lagi.

Akan tetapi, mengapa dari sekian banyak kenangan yang telah dilalui bersama kini ingin dimusnahkan? Bahkan tak lagi diinginkan dan diharapkan pernah ada.

"Sebentar lagi..."

Telinga perempuan itu ingin ia tulikan segera. Bahkan matanya kini sudah terpejam sempurna berharap bahwa pemandangan di depannya saat ini hanyalah ilusi.

Seharusnya dia tidak berada di sini.

Seharusnya Titiana menunggu balasan lelaki itu.

Ah, tidak. Seharusnya Titiana tidak pernah mengenal manusia satu itu.

Pegangan tangannya kian mengerat pada tali tas, masih dengan kepala tertunduk dan mata terpejam sembari mendengar rintihan menjijikkan di dalam ruangan itu.

"Brengsek," desisnya dengan tangis tertahan. Ingin sekali ia menghajar lelaki itu hingga ia merasa lega. Kemarahan melingkupinya. Namun, ia sadar. Dari awal, keseriusan Fahri memang tidak ada tanda-tandanya. Akhirnya ia tahu mengapa hal itu sulit didapatkan dari seseorang seperti lelaki itu.

Ah, dia harus pergi dari tempat terkutuk ini. Kenapa pula kaki-kakinya memaksa masuk ke dalam neraka buatan lelaki brengsek itu?

Kini Titiana sadar dengan apa yang harus ia lakukan selanjutnya.

Ya, mengakhiri semua adalah jawaban pastinya.

Dating App(es)!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang