Faiz

12 3 0
                                    

Di pagi itu seorang gadis berjilbab panjang berwarna biru, sedang duduk dibawah ayunan pohon rindang, menatap jauh rerumputan hijau yang terbentang tanpa ujungnya.

Burung-burung terbang di angkasa saling menyerukan suara tanda mereka bahagia, menikmati setiap kepakan sayap di ambang udara. Tak peduli arah tujuan kemana, mereka hanya ingin terbang bebas di angkasa.

Cahaya mentari pagi memberi peluk hangat kepada gadis itu, jilbab nya yang menjuntai terbawa angin kesana kemari. Bibir yang senantiasa merapalkan dzikir kepada Tuhannya. Hati yang senantiasa mengingat kepada sang pencipta nya.

Ada senyum manis terukir di wajahnya. Binar mata Hazell yang menatap sejuk keindahan alam yang tiada habisnya.

Oh lihatlah, gadis berjilbab biru itu seakan tidak sendiri. Seperti ada seseorang yang menemani, mengayunkan ayunan membuat gadis berjilbab biru itu tertawa riang.

Sekejap tawanya hilang, lupa jika dirinya benar-benar sendiri. Lalu, siapakah orang yang mengayunkan ayunan gadis itu. Ah, hanya sebuah angan yang tak pernah hilang, harap yang tak pernah putus, doa yang tak akan pernah berhenti ia minta.

Seorang pemuda berbaju Koko putih, memakai celana hitam bahan. Lengkap dengan Al-Qur'an dan tasbih yang selalu ia genggam ditangannya.

Pemuda itu berdiri kokoh tersenyum menampakkan lesung pipi, sorot teduh yang senantiasa terpancar pada matanya, memandang sang gadis berjilbab biru yang juga menatapnya.

Gadis itu menggelengkan kepala, merutuki dirinya yang telah memikirkan seorang pemuda yang belum halal baginya. Seorang pemuda yang pertama kali ia temui di sebuah Masjid berkubah putih bersih.

Saat itu pukul 20.00, gadis berjilbab biru mampir untuk melaksanakan shalat Isya yang seharusnya ia laksanakan satu jam lalu. Tapi langkahnya terhenti ketika ia menemukan seorang pemuda yang sedang duduk khusyuk, melantunkan ayat suci Al-Qur'an dengan merdu. Gadis itu menatap punggung pemuda dari jarak jauh, namun suaranya terdengar begitu jelas dari mix Masjid yang ia genggam di tangan kirinya. Dan ketika sang pemuda menyelesaikan bacaannya, pemuda itu bangkit dari duduknya meninggalkan masjid. Gadis berjilbab biru sadar jika pemuda yang sedari tadi mengalihkan fokusnya kini berjalan menuju arah pintu tempatnya berdiri, bergegas gadis itu melanjutkan langkahnya untuk melaksanakan shalat Isya.

Sementara pemuda itu hanya berjalan lurus memandang ke arah depan, menghiraukan para perempuan yang memandang dengan tatapan kagum akan ketampanannya.

"Faiz!" Seorang pemuda bertubuh tinggi berkulit sawo matang tampak sedang memanggil seseorang, kemudian ia berlari kecil menghampiri orang yang di panggil nya.

"Assalamualaikum, Faiz. Apa kabar kawan? lama sekali kita tak jumpa" Pemuda itu memeluk dan menepuk-nepuk punggung yang ia panggil Faiz, seperti baru bertemu dengan sahabat yang sudah lama tidak berjumpa.

"Waalaikumussalam, Ziyad. Seperti yang kau lihat saat ini,  Alhamdulillah aku sehat selalu. Bagaimana tak lama berjumpa, bahkan selama ini aku tidak tau keberadaan mu," ucap Faiz

"Iya itulah Faiz, aku harus pulang ke kampung halaman ku, ke Jambi. Dan baru menginjakan kaki di kota seribu kenangan lagi hari ini," ucap Ziyad. Faiz dan Ziyad berbincang sebentar, mengenang masa-masa ketika mereka kuliah di fakultas dan jurusan yang sama. Lama mereka tidak berjumpa, setelah dua tahun lalu pendidikan mereka selesai.

Perbincangan singkat namun hangat, lantas mereka menghentikan obrolan mereka dan berpisah ketika seorang gadis menghampiri dan mengajak Ziyad untuk melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda.

"Baiklah, Faiz. Aku jamin ini bukan pertemuan terakhir kita, tapi ini awal untuk pertemuan kita selanjutnya," ucap Ziyad penuh arti. Faiz tersenyum senang dengan ucapan Ziyad, meski dahinya juga mengerut tidak mengerti mengingat Ziyad hanyalah pemuda rantauan dari Jambi untuk menempuh pendidikan di Bandung. Ah mungkin Ziyad kembali ke Bandung untuk melanjutkan hidupnya, mengingat seorang gadis yang telah berlalu tiga menit lalu memanggil Ziyad begitu akrab. Sepertinya gadis itu istri Ziyad, tapi kenapa Ziyad tidak memberitahu jika ia sudah menikah, sepertinya kita terlalu asik mengenang masa lalu sampai lupa bertanya alasan kenapa ia kembali ke Bandung. Pikir Faiz.

Gadis berjilbab biru masih setia ditempatnya. Ia sudah tak lagi mengayunkan ayunan yang ia duduki, kini ia sedang menggenggam sebuah buku kecil bersampul merah yang selalu ia simpan di kantung bajunya.

Tangannya menari indah di atas kertas putih bersih, menulis sesuatu yang kini sedang memenuhi relung hati. Sebuah kebahagiaan kecil, tapi tak jarang membuatnya gelisah. Sebuah harap sederhana, tapi sering ia minta melalui doa.

Gadis itu tersenyum, tapi sedetik kemudian mengeluh. Oh Tuhan, gadis itu sedang jatuh cinta. Tapi ia tidak tahu cinta seperti apa yang hadir dalam dirinya. Gadis itu hanya berharap, jika cinta itu benar-benar hadir di hatinya, maka jangan biarkan cinta kepada sang makhluk

Tangannya tak lagi menuliskan sesuatu, buku kecil berwarna merah itu kembali ia simpan di kantung bajunya. Kemudian ia kembali menatap rerumputan yang terbentang, menikmati setiap hembusan angin yang menerpa wajah. Angin disini selalu menyenangkan, pemandangan nya menenangkan. Bahkan gadis itu bisa menghabiskan seharian penuh hanya sekedar untuk berdiam diri  merasakan setiap damainya suasana favorit yang tak pernah bosan ia lakukan sendiri, sayangnya ia tak bisa berlama-lama diam, ia harus ingat tujuan awal ia datang ke kota ini, yaitu untuk menempuh pendidikan yang seperti kakaknya lakukan dua tahun lalu, merantau dari kota nya, meninggalkan keluarga demi secuil harapan yang masa depan janjikan.

Gadis itu bangkit dari duduknya, meninggalkan suasana nyaman yang sebenarnya tak ingin ia tinggalkan. Dalam hati, ia berjanji, ia pasti akan kembali kesini. Ya, hanya untuk berdiam diri sendiri menikmati hembusan angin yang penuh ketenangan ini. Kemudian gadis itu menaiki sepeda miliknya yang sudah setia menemani selama satu tahun ini. Gadis berjilbab biru mulai mengayuh sepeda, dengan santai ia membelah lautan rerumputan tempat favoritnya, tersenyum riang dibawah mentari pagi yang menghangatkan hati.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Just Saved My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang