30± Coba

585 53 39
                                    

Dia kembarannya bukan?

Gue minta bantuan dengannya, boleh?

Gue ga maksud manfaatin dia.

-Satrio-

"Rama." Rega membuka pintu dengan perlahan menemukan anak tampannya kini duduk ditepi jendela kamar.

"Kamu kenapa?"

Rama memutar bola mata jengah pada Rega dan kembali menatap kearah luar jendela. Rega mengelus dadanya, duduk ditepi ranjang putranya dengan terus berusaha dekat dengan anaknya.

"Eh, kamu mau kemana?"

Rama tak menggubrisnya, dia mengambil jaket, helm dan kunci motornya. Meraih ganggang pintu tanpa berbalik.

"Sayang, kamu mau kemana?"

"Ga usah sok peduli Ma." Rama membanting pintu kamar dengan kasar lalu menuju bagasi rumah.

Dia menghidupkan mesin motornya dan melaju meninggalkan perkarangan tanpa ia sadari setetes air mata jatuh memandanginya dari lantai atas.

"Kenapa kamu tidak memberikan Mama kesempatan?"

🍄🍄🍄

"Kenapa lagi sih Lo? Banyak amat masalahnya." Nathan memberikan sekaleng Coca-Cola.

"Gue nginap disini."

"Uhuk!" Nathan tersentak kaget, "Ngapain Lo nginap disini? Ini kos-kosan kecil Bro!"

"Bolehkan?"

"Hmm, tapi gue–"

"Gue bayar."

Nathan mengetuk-ngetuk jari didagunya, hingga mengangguk pelan membuat Rama bernafas lega segera melepas jaketnya.

"Saran gue ya, Lo beri kesempatan buat nyokap Lo."

Rama menatap manik mata Nathan dengan geram, "Lo tau sendirikan? Bagaimana masa kecil gue? Ga pernah merasakan kasih sayang dari nyokap ma bokap gue. Mereka selalu sibuk dengan bisnis."

"Iya. Tapi, Lo bisa nikmatin semuanya kan sekarang? Dan itu berkat ortu lo."

"Ga! Bahkan gue lebih mending hidup sederhana dikelilingi dengan kasih sayang. Karena harta ga menjamin kebahagiaan."

Nathan menghela nafas pelan, "Iya. Lo benar. Ya udah, kuy jalan-jalan."

"Malas gue."

"Rumah Laura yuk!"

🍄🍄🍄

"Launa."

Merasa dirinya dipanggil, dia menghentikan langkah namun tetap tidak berbalik. Alden menautkan dahi ketika Satrio berjalan mendekati Launa.

"Boleh kita bicara?" tanya Satrio berdiri tepat disebelah Launa.

Launa tentunya tak tertarik dengan hal itu dan melanjutkan langkahnya hingga sebuah genggaman tangan membuat ia kaget dan terpaksa mengikuti Satrio.

"Loh. Satrio mau bawa Launa kemana?" tanya Ica.

Mereka mendadak diam sejenak hingga teriakan histeris dari Ica membuat mereka terkekeh melihat Alden yang tak bisa berkutik dan pasrah lengannya dipeluk Ica.

"Maaf Ca." Alden mengisyaratkan agar Ica tidak menempel.

"Ups! Maaf. Habisnya Ica terlalu senang lihat Calim ada didepan mata."

Kembar Beda Perlakuan [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang