06

71 11 2
                                    

"Ayo pergi" ucap Hikaru dengan wajah datarnya sambil mendorong troli belanjaan mereka ke kasir.

"Ayo Ryuusei" Keito mengulurkan tangannya yang langsung dipegang oleh Ryuusei.

"Kami permisi"

Setelah sedikit membungkuk ke Honda, Keito segera membawa Ryuusei bersamanya menyusul Hikaru.

Walaupun Hikaru hanya mengatakan 2 kalimat yang sangat singkat, Keito bisa merasakan kebencian di setiap huruf yang dikatakannya.

Keito tidak menyalahkannya jika Hikaru tidak menyukai Honda lagi, tapi bisakah dia setidaknya mendengarkan Honda sebentar?

Honda mungkin saja datang dengan maksud baik.

Lagipula tidak semua antagonis berakhir menjadi antagonis bukan?

"Keito kun" Honda menahan tangan Keito.

"Ma-maafkan aku... aku bisa menje----"

Grep

"Tidak ada yang perlu kau jelaskan. Lepaskan tanganmu."

Honda perlahan melepaskan tangannya dari Keito.

"Kita pulang sekarang." Ujar Hikaru penuh penekanan.

"Tapi Hikaru kun---"

"Aku tidak mau melihat wajahmu lagi." Hikaru segera menarik suami dan anaknya pergi dari mall itu.

Melihat itu, Honda hanya bisa menghela nafasnya.

Dia tau hal ini akan terjadi.

Saat dia akan melapor pada Yuto, ponselnya sudah berdering lebih dulu.

"Halo?"

"Bagaimana?"

"Dia langsung pergi begitu melihatku"

"Tsk. Kejar terus dia"

"Aku tidak tega merusak rumah tangga mereka Nakajima... mereka punya anak"

"Berisik! Kau mau uangnya atau tidak?!"

Honda bisa mendengar Yuto mengembuskan nafasnya.

Sepertinya Yuto sedang mengontrol emosinya.

"Nanti kita bicara lagi."

Katanya sebelum mematikan telepon itu.

Honda memasukkan ponselnya ke dalam tasnya. Dia perlahan menghampiri troli belanjaan Hikaru yang ditinggalkannya.

Dia mengambil salah satu makanan dari dalam troli itu.

"Masih menyukai umeboshi huh?"

Berbeda dengan Honda mengingat kembali hal hal menyenangkan bersama Hikaru, pikiran Hikaru berkalut pada cara Honda memanfaatkan amnesianya yang membuatnya melupakan Keito.

Sekarang Hikaru semakin membenci Honda.

Cih.

Dia tidak pantas disebut teman.

Begitu ketiganya sudah masuk ke dalam mobil, Hikaru segera menyandarkan dirinya pada kursi mobil.

Tangannya menutupi dahinya.

Kepalanya mulai terasa sakit.

Dengan posisi mobil yang tidak bergerak sama sekali, suasana di dalam mobil menjadi sangat berat.

"Kau tidak apa apa?"

Hikaru mengacuhkan pertanyaan Keito.

"Apa kau mau istirahat sebentar? Aku bisa menyetir" tawar Keito.

My StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang