Part 3

111 64 17
                                    

Alam tak henti hentinya membentak semua yg mendengarkan gemuruhnya, angin yang tadi terlihat normal kini menjadi sebuah petaka terlihat dari semakin rendahnya udara dan beberapa benda yang bertebangan karena kedatangan sang angin itu. Hari saat ini mulai berubah menjadi menakutkan, tidak seperti tadi baru saja ada cahaya yang datang dan menerangi tapi kini kembali kepada kesuraman. Dua anak manusia sedang berjalan di atas benda beroda dua dengan kecepatan dibawah rata rata. Suara menggelegar dari sang guntur membuat suasana menjadi mencekam. Lidia melihat benda yang sedari tadi menempel pada pergelangan tanganya, jarum pendeknya menunjukan angka 4 dan jarum panjangnya hampir menyentuh angka 12 yang berarti sekarang pukul 4 sore, namun suasana disana seperti sudah jam 6 sore benar benar gelap dan dingin.

"Lo gak dingin?" Suara Lidia mengagetkan seseorang yang sedari tadi sedang fokus menatap jalanan.
"Nggak" jawabnya singkat. Namun Lidia langsung mengerti jika cowo didepanya itu sedang kedinginan, terlihat dari bahunya yg terlihat bergetar yang menandakan jika dia sedang menggigil, Lidia tidak bisa melihat bibir cowo itu yang pasti sedang membiru akibat udara dingin ini karena dia berada di belakangnya.

"Lo gak pinter bohong" ucap Lidia sambil memiringkan senyumnya

"Lebih baik lo diem" ucap Ardian datar.

"Gue tau kok, soalnya kan biasanya lo bawa motor kaya setan! Dan sekarang? Dari tadi gak nyampe nyampe, soalnya lo dingin jadi gak mau bawa motornya cepet. Terus bahu lo juga bolak balik bergetar. Udahlah lo ngaku aja." Ucap Lidia dengan panjang lebar dan tatapan tajam pada bahu pria didepanya itu. Namun, tak ada jawaban dan hanya suara angin dan guntur yang sedari tadi memekakan rungu. Perjalanan di lewati tanpa sebuah pembicaraan sama sekali.

Sunyi.

💫💫💫

"Gak mampir?" Tanya Lidia pada cowo yang sedang melepaskan benda bundar yang menempel pada kepala Lidia. Dasar manja😂.

"Gak usah, gue masih ada urusan lain" jawab cowo itu dengan simpul lengkung di bibirnya yang menandakan dia tersenyum. Cepet banget dia berubah, semenit lalu dia bersikap datar dan sekarang menjadi ramah seakan tadi tak terjadi apa apa. Mungkin efek dingin dan gengsinya.

"Beneran? Lo keliatan lagi kedinginan dari tadi. Mending masuk dulu, lagian bentar lagi hujan secara rumah lo kan jauh dari sini." Ucap Lidia menyarankan namun cowo itu tetap bersikeras untuk menolak dan terus memberi alasan jika dia ada urusan lain. Jadi Lidia tak bisa melarang, mungkin memang penting. "Yaudah, ati ati ya"

"iya, jangan lupa mandi terus keramas biar lo gak masuk angin. Gue pergi dulu kalo lo ada apa apa lo telfon gue. Sepenting apapun urusan gue, lo bakal gue jadiin prioritas, Lid." Ucap pria itu dengan wajah sedikit cemas tapi segera ditutupi dengan senyum hangatnya untuk menutupi rasanya itu.

"Iya, gue bisa jaga diri kok"

"Its oke. Bay"

"Ati ati ya."

Setelah perbincangan singkat itu selesai, Lidia segera menuruti perintah Ardian untuk mandi dan keramas. Suara guntur tak terlalu terdengar didalam rumah Lidia, jadi saat Lidia sedang mandi dia masih bisa mendengar suara ponselnya berdering.

Tunggu! Ponselnya berdering.

Tapi Lidia tak bisa mengangkatnya, dia tidak mungkin keluar dari kamar mandi hanya untuk mengambil ponselnya diluar. Dia kan bisa menelfon balik jika nanti dia tak bisa mengangkatnya. Jadi dia biarkan.
Beberapa kali ponsel itu terus berdering sehingga membuat Lidia geram sendiri. Dia menggerutu.

Kau Miliku Tapi Bukan UntukkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang