04

23.4K 3.6K 1.5K
                                    

"Loving you was the perfect way to killing me."

— Xa

Darah terus mengalir dari mulut mungil lelaki itu, ia menadahi petal sakura yang
kerap jatuh paksa dari kerongkongannya, seakan tak ingin terus mendekap dalam paru-paru.

"Siapa sangka, cinta terasa begitu menyedihkan."

Ia mempertahankan senyumnya, mengetahui ia masih ada harapan, walau hanya sedikit dan hampir tak mungkin. Tetapi demi cinta dan nyawanya, ia akan terus berjuang.

"Tsukki, aku harap suatu saat kau menyadari perasaanku. Sebelum bunga bunga ini menenggelamkanku."

Ia bangkit dengan tertatih-tatih, berusaha menyeimbangkan tubuhnya. Kepalanya terasa pening, dadanya sesak, dan ia hampir tak bisa bernafas.

Yamaguchi kemudian berjalan dengan perlahan sembari membuang petal itu ke tempat sampah yang telah disediakan, ia mengusap darahnya sendiri dengan sapu tangan miliknya.

Suara tangisan siapa itu ?

Lelaki itu yakin, ia baru saja mendengar suara sesenggukan seseorang, dan langsung saja menghampiri ke sumber suara.

Langit sudah sangat gelap, mereka seharusnya sudah tidur untuk saat ini.

"Kozume-san ?!"

"Huh ?"

Sama sama diam. Lelaki berambut pudding itu memutuskan untuk memulai percakapan agar canggung tak mengiringi mereka berdua.

"Bukankah kau... Pinch server nomor dua belas dari Karasuno ?"

"Ya itu aku, Kozume-san. Aku Yamaguchi Tadashi, kelas satu dari Karasuno. Memegang role pinch server, dan bernomor punggung dua belas. Mengapa
Kozume-san masih ada disini semalam ini ? Dan ada apa menangis ? Kalau tidak keberatan, Kozume-san boleh cerita kepadaku," ujarnya lemah lembut.

Kenma memaksakan senyumnya. Tumben sekali seorang Kozume Kenma terpisah dari nintendo nya, biasanya ia tidak bisa satu jam saja terlepas dari benda favoritnya itu. Dan, bukankah itu disebabkan oleh seseorang ?

"Seseorang yang baik hati sepertimu saja dapat disia-siakan, Yamaguchi."

"M-maaf, Kozume-san. Aku tidak mengerti apa yang anda bicarakan."

Pandangannya teralih. Yang semula menatap paparan cahaya bulan, kini memusatkan perhatiannya pada lelaki yang mengajaknya mengobrol.

"Kami semua tidak bodoh, kecuali ia sendiri. Aku tau caramu menatap pada blocker cerdas sahabatmu itu. Aku tau kau menaruh harapan padanya."

Yamaguchi menarik kedua sudut bibirnya, membentuk lengkungan sempurna yang tulus, "aku kemari karena mengkhawatirkan keadaanmu, Kozume-san. Ini bukan tentangku, tetapi tentangmu."

Kenma hanya mendesah perlahan, "kondisimu lebih mengkhawatirkan dibandingkan aku, benar kan ?"

"U-um-"

"Jangan memaksakan dirimu sendiri untuk mencintai seseorang yang tidak mencintaimu. Kalau itu menyakitkan, itu bukan cinta, Yamaguchi."

Kenma hendak meninggalkan lelaki yang kini masih mencerna kata-katanya barusan, namun ia merasakan tangannya ditahan.

"Kozume-san... Apa jangan jangan, anda ada perasaan dengan Kuroo-san ?"

Ia diam saja, lalu kembali duduk disebelah Yamaguchi.

"Itu benar. Rasanya sakit ya, ketika seseorang yang penting melanggar janji yang kalian buat bersama."

Ia menahan tangisnya, tak ingin terlihat lemah didepan juniornya.

"Kozume-san, aku memang tidak mengerti rasanya, tetapi aku harap anda tabah. Tolong jangan menangis. Apabila Kozume-san ingin bercerita, aku selalu ada."

"Terima kasih, tidak usah terlalu formal terhadapku. Aku akan memanggilmu Tadashi, dan kau akan memanggilku Kenma, deal ?"

"Baiklah," balasnya.

"Jangan menyakiti dirimu sendiri, Tadashi. Hanahaki tak se-sepele yang kau bayangkan. Aku tak mau kehilanganmu," Kenma menepuk pundaknya.

One Last Time - Tsukiyama [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang